Sebagaimana dengan pasar modal global, pasar modal Indonesia pun turut digerakkan oleh dua jenis pelaku utama yakni investor ritel dan investor institusional. Kedua tipe investor ini sama-sama ingin meraih keuntungan dari kegiatan investasi, sekalipun volume transaksinya berbeda.
Apa saja perbedaan investor ritel dan investor institusional dari berbagai aspek? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
1. Definisi
Dari definisinya saja, investor ritel dan investor institusional sudah berbeda.
-
Investor Ritel
Investor ritel alias retail investor adalah individu atau pihak non-profesional yang bertransaksi sekuritas baik itu saham, obligasi, maupun reksa dana untuk rekening pribadi atas namanya sendiri, sehingga volume transaksi lebih kecil.
-
Investor Institusional
investor institusional adalah pihak yang mengelola dana publik maupun dana perusahaan untuk diinvestasikan pada aset maupun reksa dana tertentu, sehingga volume transaksi lebih besar daripada investor ritel, sekaligus memiliki tim ahli yang profesional.
2. Volume Transaksi
-
Investor Ritel
Umumnya melakukan transaksi dengan volume yang lebih kecil. Mereka mungkin membeli atau menjual saham dalam lot kecil. Misalnya, 1 lot saham atau reksa dana dengan nominal tertentu. Skala investasi mereka bergantung pada kondisi finansial individu.
-
Investor Institusional
Melakukan transaksi dengan volume yang sangat besar bahkan dari miliaran hingga triliunan rupiah dalam sekali transaksi. Aksi beli atau jual mereka dapat memengaruhi harga aset secara signifikan karena besarnya volume.
Baca Juga: Yuk, Intip Apa Saja 35+ Harga Saham Termahal 2025 dengan Peluang Untung Besar!
3. Akses Informasi
-
Investor Ritel
Akses informasi lebih terbatas, terutama yang masih pemula. Umumnya bergantung pada berita publik, analisis dari media massa, atau riset yang disediakan oleh broker.
Kalaupun hendak mengakses analisis fundamental dan teknikal yang komprehensif, akan memerlukan biaya atau langganan.
-
Investor Institusional
Akses informasi justru jauh lebih superior dan mendalam karena memiliki tim riset internal yang kuat, berlangganan data pasar premium, dan memiliki jaringan langsung dengan manajemen perusahaan (melalui roadshow, dan pertemuan analis). Jadi, lebih memungkinkan untuk melakukan due diligence yang lebih ekstensif.
4. Proses Keputusan
-
Investor Ritel
Proses keputusan investasi seringkali lebih emosional dan dipengaruhi oleh sentimen pasar, rumor, atau bahkan saran dari teman/media sosial. Khususnya pemula, justru cenderung FOMO saham.
-
Investor Institusional
Proses keputusan lebih terstruktur, rasional, dan didasarkan pada analisis yang ketat. Hal itu karena mereka memiliki tim sekaligus strategi yang jelas.
5. Pengambilan Risiko
-
Investor Ritel
Tingkat toleransi risiko sangat bervariasi karena bergantung pada masing-masing individu. Ada yang konservatif, moderat, hingga agresif.
Namun, mayoritas cenderung lebih sensitif terhadap kerugian karena menggunakan dana pribadi yang mungkin terkait dengan kebutuhan hidup. Selain itu, diversifikasi portofolio mungkin terbatas.
-
Investor Institusional
Strategi manajemen risiko lebih terdiversifikasi. Meskipun mengelola dana besar, investor institusional memiliki kerangka risiko yang jelas dan seringkali diatur oleh regulasi.
6. Instrumen Investasi yang Banyak Dipilih
-
Investor Ritel
Cenderung lebih banyak berinvestasi pada instrumen yang mudah diakses dan dipahami, sekalipun oleh pemula. Misalnya seperti saham perusahaan populer (blue chip), reksa dana pasar uang, atau reksa dana campuran.
-
Investor Institusional
Instrumen yang dipilih justru lebih kompleks. Tidak hanya sekadar saham saja, tetapi juga obligasi korporasi dan pemerintah, private equity, hingga real estate.
Baca Juga: Apa Itu Saham Blue Chip? Berikut Pengertian & Contohnya!
7. Tujuan Investasi
-
Investor Ritel
Tujuannya beragam, bergantung individu masing-masing. Ada yang demi mencapai tujuan finansial pribadi seperti dana pensiun, pendidikan anak, pembelian aset (rumah/kendaraan), hingga sekadar mencari passive income saja.
-
Investor Institusional
Tujuannya justru lebih spesifik dan terukur, sesuai dengan tujuan institusi. Misalnya, dana pensiun bertujuan memastikan ketersediaan dana untuk pensiunan di masa depan, perusahaan asuransi mengelola premi untuk pembayaran klaim, dan manajer investasi bertujuan memaksimalkan return bagi klien sesuai dengan profil risiko.
8. Dampak Eksistensinya Terhadap Pasar Modal Indonesia
-
Investor Ritel:
- Meningkatkan Likuiditas: Meskipun transaksi individu kecil, akumulasi transaksi dari jutaan investor ritel dapat secara signifikan meningkatkan likuiditas pasar.
- Meningkatkan Volatilitas (Jangka Pendek): Keputusan yang lebih emosional atau berdasarkan rumor dapat menyebabkan fluktuasi harga yang lebih besar dalam jangka pendek.
- Mendorong Inklusi Keuangan: Pertumbuhan investor ritel menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat akan investasi, mendukung program inklusi keuangan.
- Basis Investor yang Lebih Luas: Memberikan diversifikasi basis investor bagi emiten, mengurangi ketergantungan pada investor institusional.
-
Investor Institusional:
- Pembentuk Harga Utama: Berhubung volume transaksinya yang besar, investor institusional menjadi penentu utama pergerakan harga di pasar.
- Penstabil Pasar (Jangka Panjang): Dengan orientasi jangka panjang dan analisis fundamental yang kuat, mereka cenderung memberikan stabilitas pada harga saham dan pasar secara keseluruhan.
- Penyedia Modal Besar: Merupakan sumber utama modal bagi perusahaan yang melakukan IPO atau emisi obligasi, mendukung pertumbuhan ekonomi.
- Pengawas Korporasi: Sebagai pemegang saham mayoritas atau signifikan, mereka memiliki pengaruh untuk mendorong tata kelola perusahaan yang baik dan akuntabilitas manajemen.
- Indikator Kepercayaan: Kehadiran investor institusional asing seringkali dianggap sebagai indikator kepercayaan terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Scalping Saham - Pengertian, Hal yang Harus Diperhatikan, Risiko, dan Contoh Skenarionya
Kamu Tipe Investor Ritel atau Institusional?
Nah, itulah penjelasan tentang apa saja perbedaan investor ritel dan institusional dari berbagai aspek. Sekalipun berbeda, keduanya tetap sama-sama bertujuan memperoleh keuntungan sekaligus berperan besar dalam ekosistem pasar modal Indonesia.
Untuk urusan investasi saham maupun reksadana, kamu bisa memantaunya lewat aplikasi InvestasiKu. Jangan khawatir, aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga aman dan terpercaya.
Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.