Ketika kamu pertama kali berinvestasi saham, pasti akan selalu bertanya-tanya berapa harga saham yang hendak kamu beli itu.
Yap, memang harga saham menjadi konsep paling fundamental yang perlu dipahami terutama bagi pemula.
Harga saham dari emiten apapun itu tidak hanya angka random yang ditentukan oleh perusahaan penerbitnya, tetapi juga hasil dari berbagai faktor.
Harga saham dapat berubah-ubah kapan saja. Naik-turun-naik lagi-turun lagi, seperti roller coaster~~
Yuk simak apa itu harga saham beserta jenis-jenis dan faktor penyebabnya.
Apa Itu Harga Saham?
Harga saham adalah nilai yang bersedia dibayar oleh pembeli untuk satu lembar saham suatu perusahaan pada waktu tertentu.
Hal ini juga selaras dengan definisi dari Weston dan Brigham (1993), yang menyatakan bahwa harga saham sebagai “the price at which stock sells in the market”.
Sama halnya dengan barang-barang yang ada di pasar tradisional, harga saham pun ditentukan oleh kekuatan permintaan (demand) dan penawaran (supply) di pasar sekunder.
Singkatnya, saat ada banyak investor yang ingin membeli saham suatu perusahaan maka permintaannya tinggi. Alhasil, harga saham juga akan cenderung cenderung naik.
Sebaliknya, jika banyak investor ingin menjual saham tersebut (penawaran), tetapi ternyata hanya sedikit investor yang membelinya (permintaan), maka harga saham cenderung turun.
FYI, harga saham yang terlalu tinggi dan bahkan tidak mampu dijangkau oleh calon investor, maka perusahaan akan memberlakukan pemecahan saham.
Pada umumnya, kinerja dari perusahaan juga akan berpengaruh pada berapa harga sahamnya.
Semakin baik kinerja perusahaan = semakin tinggi laba usaha = pemegang saham menikmati dividen = menarik perhatian calon investor baru = harga saham naik.
Harga saham juga menjadi indikator keberhasilan dalam mengelola perusahaan.
Semakin tinggi harga saham di pasar modal, maka itu berarti perusahaan tersebut juga mampu mengelola aktiva keuangan dengan baik.
Harga saham yang terbentuk di pasar sekunder menjadi acuan bagi investor dalam melakukan transaksi jual beli.
Sekalipun perusahaan A dan perusahaan B itu “bersaudara” karena berada di bawah holding yang sama, tetapi harga saham masing-masingnya berbeda.
Misal: PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. memiliki banyak anak perusahaan termasuk PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI).
Baik ADMR dan AADI punya harga saham yang berbeda; sekalipun keduanya juga bergerak di industri yang sama.
Per 20 Mei 2025 ini, harga saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) adalah Rp1,005.
Per 20 Mei 2025 ini, harga saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) adalah Rp7,075.
Baca Juga: 1 Lot Ada Berapa Lembar Saham? Ini Jawabannya!
Jenis-Jenis Harga Saham
Secara Umum
1. Harga Nominal
Adalah harga yang tercantum dalam sertifikat saham dari emiten.
Besaran harga nominal ini memberikan arti penting pada saham karena biasanya dividen minimal ditetapkan dari nilai nominal ini.
2. Harga Perdana
Adalah harga saham yang tercatat di BEI.
Harga ini biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten, kemudian baru dijual ke masyarakat.
3. Harga Pasar
Adalah harga jual dari investor kepada investor lain. Harga ini terbentuk setelah saham tersebut dicatatkan di BEI.
Jika kamu membeli saham dengan harga pasar ini, maka transaksinya sudah tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi.
Baca Juga: Fenomena UMA di Pasar Modal Indonesia, RATU Juga Kena!
Berdasarkan Situasinya
Dalam praktik perdagangan saham, terdapat beberapa jenis harga saham yang perlu kamu bedakan.
Dalam sehari itu saja, harga saham dapat langsung berubah.
1. Harga Pembukaan (Opening Price)
Adalah harga saham pada saat dimulainya sesi perdagangan di bursa pada hari tersebut.
Harga pembukaan ini ditentukan oleh order beli dan jual yang telah masuk sebelum sesi perdagangan dimulai (pre-opening).
2. Harga Penutupan (Closing Price)
Adalah harga saham pada saat berakhirnya sesi perdagangan di bursa pada hari tersebut.
Harga penutupan ini ditentukan oleh transaksi terakhir yang terjadi pada sesi perdagangan.
Harga penutupan seringkali menjadi acuan untuk analisis teknikal dan valuasi di hari berikutnya.
3. Harga Sebelumnya (Previous Price)
Adalah harga saham pada saat penutupan hari sebelumnya.
4. Harga Tertinggi (High Price)
Adalah harga saham tertinggi yang pernah tercapai selama periode perdagangan pada hari tersebut.
5. Harga Terendah (Low Price)
Adalah harga saham terendah yang pernah tercapai selama sesi perdagangan pada hari tersebut.
6. Harga Terakhir (Last Price)
Adalah harga terakhir dari suatu saham.
7. Harga Perubahan (Change Price)
Adalah harga saham yang menunjukkan selisih antara opening price dan last price.
Baca Juga: Trading Halt ー Pengertian, Penyebab, dan Rekam Jejak Sejarahnya di Indonesia
Faktor Penyebab Harga Saham Berubah
Harga saham itu bersifat fluktuatif alias selalu bergerak naik turun.
Jadi, memang menjadi fenomena yang wajar saja jika harga saham naik-turun bahkan pada hari yang sama.
Seperti yang tertulis sebelumnya, semakin banyak orang membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung naik.
Pun jika semakin banyak orang yang menjual suatu saham, maka harga saham tersebut akan cenderung mengalami penurunan.
Berikut ini beberapa faktor penyebab harga saham berubah, yakni:
1. Kinerja Keuangan Perusahaan
Ini menjadi faktor internal karena berkaitan dengan operasional perusahaan dari saham terkait.
Laporan keuangan perusahaan, seperti laba bersih, pendapatan, dan pertumbuhan aset, sangat mempengaruhi persepsi investor terhadap nilai saham perusahaan.
Kinerja keuangan yang baik tentu mampu mendorong harga saham naik. Sebaliknya, kinerja yang buruk dapat menyebabkan harga saham turun.
Perusahaan terbuka (Tbk.) tentu saja akan selalu mempublikasikan laporan keuangan tahunan di website resmi.
2. Prospek Pertumbuhan Perusahaan dan Industri
Semua investor pasti berekspektasi tinggi terhadap pertumbuhan perusahaan yang diinvestasikannya di masa depan.
Berita positif tentang ekspansi bisnis, peluncuran produk baru, atau tren industri yang menguntungkan dapat meningkatkan minat investor.
3. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah di berbagai sektor turut berpengaruh pada harga saham.
Mulai dari perpajakan, regulasi industri, hingga kebijakan ekonomi makro.
Itu semua jelas berdampak besar pada kinerja perusahaan dan sentimen investor, yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham.
Contohnya pada Mei 2020 silam, terbit Peraturan Pemerintah No.25/2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) dengan mitra bank BTN.
Alhasil, harga saham BTN dengan kode BBTN pun naik.
4. Sentimen Pasar
Sadarkah kamu jika kondisi psikologi dan emosi investor secara kolektif dapat mempengaruhi harga saham dalam jangka pendek.
Sentimen positif (bullish) dapat mendorong harga saham naik, meskipun tidak selalu didukung oleh fundamental yang kuat.
Sebaliknya, sentimen negatif (bearish) dapat menyebabkan penurunan harga saham secara luas.
Baca Juga: Saham DATA ー Profil, Kinerja Keuangan, Riwayat Dividen, dan Prospek Bisnisnya
5. Tingkat Suku Bunga
Suku bunga dari Bank Indonesia sangat berpengaruh pada harga saham.
Hal itu karena perubahan suku bunga berapapun itu akan berpengaruh ada kondisi fundamental perusahaan.
Wajar saja, sebab hampir semua perusahaan yang terdaftar di bursa punya pinjaman bank.
6. Tingkat Suku Bunga Deposito Domestik
Hampir sama dengan sebelumnya, tingkat suku bunga deposito yang meningkat akan berpengaruh pada harga saham.
Suku bunga deposito yang meningkat akan mendorong investor untuk menjual saham dan beralih ke deposito.
Penjualan saham secara besar-besaran tentu saja akan menyebabkan harga saham anjlok.
Sebaliknya, menurunnya tingkat bunga pinjaman atau tingkat bunga deposito akan menaikkan harga saham di bursa.
Penurunan tingkat bunga umum ini akan menyebabkan para investor secara beramai-ramai membeli saham.
Alhasil, harganya juga akan naik karena meningkatnya permintaan saham.
7. Kurs Valuta Asing
Harga saham juga dipengaruhi oleh bagaimana kondisi perekonomian negara asing, terutama US Dollar.
Terlebih lagi pada emiten yang berhutang dalam bentuk Dollar, maka mereka wajib membayar Rupiah yang lebih besar untuk melunasi utang tersebut.
Jika kebutuhan emiten terhadap Rupiah semakin besar, maka harta maupun aset perusahaan akan semakin menipis karena untuk membayar utang.
Alhasil, reaksi dan sentimen publik terhadap perusahaan akan memburuk dan harga saham menurun.
Jika harga saham sudah jatuh, maka emiten akan bangkrut karena tidak dapat lagi dana segar dan sulit membayarkan dividen kepada investor.
8. Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi termasuk pada faktor kondisi ekonomi makro.
Tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan banyak perusahaan mengalami kesulitan keuangan hingga bangkrut.
Jika inflasi terjadi terus-menerus, maka harga saham akan anjlok.
Namun jika inflasi rendah, juga mengakibatkan harga saham bertumbuh dan bergerak lambat.
FYI, kondisi ekonomi makro ini juga mencakup pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), dan nilai tukar mata uang.
9. Hukum Permintaan dan Penawaran
Pada akhirnya, interaksi antara jumlah investor yang ingin membeli saham (permintaan) dan jumlah investor yang ingin menjual saham (penawaran) turut menjadi penentu utama harga saham dalam jangka pendek.
Sama halnya dengan barang-barang yang dijual di pasar tradisional, hukum permintaan dan penawaran berlaku pada harga saham.
Baca Juga: Risiko Investasi Adalah - Pengertian dan 7 Jenisnya, Wajib Paham!
Mau Punya Saham dari Emiten Ternama?
Nah, itulah penjelasan tentang apa itu harga saham beserta faktor pengaruh yang menyebabkannya naik turun bahkan dalam waktu sehari pun.
Jika kamu ingin berinvestasi saham dengan harga yang relatif stabil dan “aman”, maka pilih saham blue chip dari emiten ternama.
Contohnya seperti BBCA, ANTM, BBHI, ADRO, ASII, TLKM, AMRT, BFIN, EMTK, dan masih banyak lainnya.
Manfaatkan platform investasi digital yang semakin mudah diakses dengan modal kecil, salah satunya InvestasiKu. Sekalipun kamu masih pemula, tetap harus konsisten untuk berinvestasi setiap bulannya.
Tenang saja, ada banyak opsi instrumen investasi yang bisa kamu pilih, terutama dengan menyesuaikan profil risiko. Mulai dari saham, reksa dana, hingga obligasi.
Kamu bisa berinvestasi hanya lewat smartphone saja, salah satunya lewat aplikasi InvestasiKu.
Jangan khawatir sebab aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga aman dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.