Istilah FOMO alias “fear of missing out” itu tidak hanya seputar tren fashion, sepatu, atau coffee shop terbaru saja, tetapi juga pada saham.
FOMO ini mengacu pada perasaan cemas atau tidak nyaman karena melewatkan tren yang ada.
Jika pada konteks saham, maka biasanya kamu sebagai investor pemula akan merasa cemas dan panik karena tidak ikut-ikutan bertransaksi saham yang kebetulan sedang ramai dibicarakan oleh para investor ternama atau influencer.
Fenomena ini biasanya didukung oleh konten-konten para influencer di berbagai media sosial.
Yuk, simak ulasannya berikut ini!
FOMO Saham Adalah
Dalam konteks investasi, FOMO saham adalah situasi di mana seorang investor merasa takut dan panik akan kehilangan peluang transaksi investasi saham di pasar modal.
FOMO saham menjadi masalah umum yang dapat terjadi pada siapa saja, baik itu investor baru dengan akun perdagangan ritel sampai investor profesional yang bekerja untuk institusi besar.
Mayoritas dari mereka akan selalu mengalami ketakutan akan kehilangan momen untuk bertransaksi saham yang kebetulan tengah ramai. Padahal, saham tersebut belum tentu berpeluang untung.
Perasaan kehilangan perdagangan itu terjadi ketika kamu melihat pasar yang bergejolak naik ataupun turun secara tajam.
Alhasil, akan muncul pemikiran: “Aku harus cepat-cepat transaksi saham ini juga”
Intinya, FOMO saham justru akan mengaburkan rencana berinvestasi-mu, sehingga harus putar otak lagi untuk menganalisis strategi lainnya.
Padahal, setiap momen di pasar adalah unik dan apapun bisa terjadi kapan saja. Berdagang saham karena FOMO justru menunjukkan bahwa kamu dipenuhi dengan keserakahan dan kecemburuan.
Seolah kamu ingin mendapatkan keuntungan yang sama dengan orang-orang yang sudah ikut dalam transaksi tersebut一tanpa mempertimbangkan bahwa pergerakan harga saham kedepannya juga tidak ada yang tahu.
Dari pengalaman, sebagian besar transaksi saham yang karena FOMO, sering berakhir dengan hasil yang merugikan.
Baca Juga: Strategi Contrarian dalam Investasi Saham, Berani Beda Berani Cuan
Ciri Kamu Mengalami FOMO Saham
Investor FOMO saham selalu berkeyakinan bahwa setiap peluang yang lewat harus dimanfaatkan. Sekalipun tidak sesuai dengan profil risiko atau tujuan investasi.
Ada beberapa ciri kamu mengalami FOMO saham ini, coba deh lihat baik-baik dirimu.
1. Kurang Percaya Diri
Untuk beberapa investor yang FOMO saham, cenderung merasa kurang percaya diri akan strateginya saat berinvestasi saham.
Misalnya, saat ada influencer yang sedang membicarakan konten tentang saham yang kebetulan baru IPO, langsung cepat-cepat membeli saham tersebut dengan jumlah lot yang banyak.
FYI, sosial media memang punya algoritma unik. Jika kamu menyukai suatu konten A, maka konten serupa akan terus bermunculan.
Jadi, apabila kamu menyukai konten tentang saham X, maka konten serupa akan bermunculan, sehingga semakin memperkuat perasaan FOMO.
Padahal seharusnya, kamu harus percaya diri ketika berinvestasi saham. Perhitungkan semuanya supaya tidak menemui kerugian dalam jumlah besar.
2. Selalu Merasa Ragu
Beberapa investor pemula masih buruk dalam membuat keputusan. Wajar saja karena mereka benar-benar baru di dunia investasi.
Akibatnya, investor ini akan FOMO dengan berbagai obrolan di sepanjang konten sosial media tentang saham.
Mulai dari kapan harus memasuki pasar bursa, di mana menempatkan stop loss, hingga target keuntungan.
Investor pemula cenderung belum mampu membuat keputusan, sehingga rentan terhadap FOMO.
Maka dari itu, tidak apa-apa belajar tentang istilah-istilah dunia saham. Perbanyak literasi keuangan.
Sesekali ikut saja kelas belajar saham
3. Tidak Ada Strategi Perdagangan
Investor yang FOMO sering tidak memiliki strategi perdagangan.
Mereka akan bertransaksi saham sesuka mereka saja.
Ketika harga bergerak ke satu arah, mereka akan berpikir bahwa harganya memang akan bergerak selamanya ke arah itu.
4. Tidak Ada Perspektif Jangka Panjang
Investor FOMO cenderung tidak memikirkan perspektif jangka panjang.
Di benaknya, yang terpenting adalah saat itu juga harus bertransaksi saham sesuai tren. Mungkin saja, demi kebutuhan konten atau ajang pamer belaka.
Padahal, bertransaksi saham itu selalu ada hubungannya dengan uang yang jumlahnya tidak sedikit.
5. Memprediksi Kemenangan
Seorang yang FOMO saham sering percaya bahwa dirinya mampu memprediksi hal yang akan terjadi selanjutnya di pasar.
Seolah punya keyakinan bahwa dengan dirinya terlibat dalam transaksi saham tersebut, investor lain akan ikut-ikutan juga sehingga pasar akan terus bergerak ke arah mereka.
6. Kurangnya Pengetahuan Analisis Teknikal dan Fundamental
Beberapa investor yang FOMO saham cenderung kurang dalam hal pengetahuan analisis teknikal maupun fundamental.
Investor FOMO rentan terhadap rekomendasi dari influencer atau berita viral tanpa melakukan verifikasi dan analisis independen.
Padahal, banyak hal yang perlu kamu pelajari jika ingin menjadi investor saham, tidak hanya sekadar transaksi jual-beli saja.
Investor FOMO justru tidak memahami banyak hal.
Mulai dari kinerja keuangan perusahaan, prospek bisnis, atau valuasi saham. Dirinya hanya fokus pada pergerakan harga jangka pendek saja.
7. Tidak ada Rencana Manajemen Risiko
Mereka yang berdagang karena takut ketinggalan tidak sering merencanakan bagaimana mengelola risiko dalam perdagangan.
Sering kali, ketika mereka memasuki perdagangan, harga sudah diperpanjang sehingga menjadi sulit untuk menemukan tempat yang tepat untuk menempatkan stop loss order.
8. Keputusan Impulsif
Berhubung investor FOMO ini takut ketinggalan tren, maka dirinya akan melakukan pembelian saham secara terburu-buru. Tanpa riset yang memadai.
Semua dilakukan hanya karena melihat harga saham tersebut sedang naik atau direkomendasikan oleh banyak orang.
9. Terlalu Sering Memantau Portofolio
Investor FOMO selalu obsesif dalam memeriksa pergerakan harga saham setiap waktu.
Dirinya akan merasa cemas jika portofolionya tidak menunjukkan keuntungan secepat investor lainnya.
Baca Juga: Profil Risiko Adalah - Pengertian, Jenis, Perbedaan, dan Faktor Pengaruhnya
Dampak Negatif FOMO Saham
FOMO saham jelas saja memberikan dampak negatif, terutama bagi investor pemula.
Jika sudah FOMO, justru cenderung berperilaku panik, was-was, obsesif, dan tidak bisa berpikir rasional ketika hendak bertransaksi saham.
FYI, jika perasaan FOMO ini terus-menerus menimpa dirimu, dalam waktu singkat bisa saja menurunkan kesehatan mental.
Yap, FOMO saham memang sangat berpengaruh pada kerugian finansial dan psikologis.
Jadi, ketika kamu memutuskan untuk ikut-ikutan influencer, coba pikirkan beberapa hal berikut ini.
1. Fomo Memang Menguntungkan, Tapi Berisiko Tinggi Pula
Perlu diketahui bahwa berinvestasi itu pasti punya risikonya. Itulah kenapa selalu diperjelas dengan “high risk-high return”.
Jika kamu berinvestasi pada saham yang fundamentalnya belum stabil, memang akan memberikan peluang 50:50, keuntungan besar atau kerugian tinggi.
Jadi, jika kamu sudah siap berinvestasi, maka siap juga untuk merugi. Karena hal tersebut bagian dari konsekuensi, sehingga perlu kamu hindari dengan tidak perlu FOMO.
2. Kerugian Finansial
Keputusan investasi yang tidak didasari analisis yang kuat, tentu saja berisiko pada kerugian finansial.
Membeli saham di harga puncak dan menjual saat panik sering kali berujung pada kerugian yang jumlahnya tidak sedikit.
3. Portofolio Tidak Seimbang
Siapa sangka jika berinvestasi impulsif itu dapat menyebabkan portofolio menjadi tidak terdiversifikasi dengan baik.
Alhasil, malah akan meningkatkan risiko secara keseluruhan.
4. Stres dan Kecemasan
Jika sudah FOMO, memang akan menjadikanmu sebagai pribadi yang terobsesi terhadap pergerakan harga saham.
Kamu akan merasa stress, cemas, dan takut ketinggalan keuntungan.
Jika terus-menerus, psikologis akan terganggu.
Baca Juga: 6 Jenis Status Order Saham, Apa Saja? Pemula Wajib Cermati!
Tips Menghindari FOMO Saham
Untuk menghindari jebakan FOMO saham ini, seorang investor perlu mengembangkan pola pikir yang rasional dan disiplin.
Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan:
1. Perbanyak Literasi Saham
Pertama, bekali diri dengan pengetahuan yang cukup tentang dunia investasi.
Mulai dari pasar modal, analisis fundamental, hingga strategi investasi yang sesuai.
Lakukan riset mendalam sebelum memutuskan untuk membeli saham.
Ingat, jangan biarkan emosi sesaat mengubah strategi dan risetmu.
2. Tetapkan Tujuan Investasi yang Jelas
Coba deh definisikan tujuan investasimu. Apakah jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang.
Cermati juga bagaimana profil risikomu.
Hal ini akan membantumu fokus pada investasi yang sesuai dengan tujuan, bukan sekadar ikut tren saja.
4. Fokus pada Fundamental Perusahaan
Sebelum membeli saham, coba analisis bagaimana kinerja keuangan perusahaan, prospek bisnis, posisi kompetitif, dan valuasi saham.
Keputusan investasi sebaiknya didasarkan pada fundamental yang kuat, bukan sekadar pergerakan harga jangka pendek.
5. Bijak dalam Mengikuti Saran Influencer
Eits, kata siapa kamu tidak boleh mengikuti konten-konten seputar saham dari influencer di sosial media.
Boleh-boleh saja mendengarkan saran dari para influencer, tetapi jangan langsung menelannya mentah-mentah.
Lakukan riset dan analisismu sendiri sebelum mengambil keputusan.
Ingatlah bahwa uang yang kamu investasikan adalah hasil kerja kerasmu sendiri.
6. Hati-Hati Terhadap Saham Baru (IPO)
Jangan terburu-buru membeli saham yang baru saja melantai di bursa (IPO).
Cermati prospektus perusahaan, analisis potensi keuntungan dan risiko, serta bandingkan dengan alternatif investasi lainnya.
7. Kelola Emosi dengan Baik
Sadari bahwa fluktuasi harga saham adalah hal yang wajar.
Jangan biarkan emosi seperti ketakutan dan keserakahan mendikte keputusan investasimu.
8. Diversifikasi Portofolio
Sebarkan investasimu ke berbagai instrumen investasi untuk mengurangi risiko.
Ingat, ibarat kata jangan taruh semua telur pada satu keranjang saja, tempatkan di keranjang lain pula.
9. Evaluasi Portofolio Secara Berkala
Terakhir, selalu tinjau kinerja portofolio secara rutin.
Sesekali, lakukan penyesuaian jika memang perlu. Penyesuaian ini harus berdasarkan tujuan investasi dan kondisi pasar
Baca Juga: 42+ Daftar Saham Teknologi di Indonesia yang Cocok Untuk Jangka Panjang
Mau Menjadi Pemegang Saham dari Emiten Ternama?
Nah, itulah penjelasan tentang apa itu FOMO saham yang harus kamu hindari. Hanya karena seorang investor ternama berinvestasi pada saham X, kamu langsung ikut-ikutan.
Namun jika ingin bermain “aman”, bisa saja kamu berinvestasi pada saham blue chip dari emiten ternama.
Tenang saja, ada banyak saham dari emiten ternama seperti BBCA, ANTM, BBHI, ADRO, ASII, TLKM, AMRT, BFIN, EMTK, dan masih banyak lainnya.
Manfaatkan platform investasi digital yang semakin mudah diakses dengan modal kecil, salah satunya InvestasiKu. Sekalipun kamu masih pemula, tetap harus konsisten untuk berinvestasi setiap bulannya.
Ada banyak opsi instrumen investasi yang bisa kamu pilih, terutama dengan menyesuaikan profil risiko. Mulai dari saham, reksa dana, hingga obligasi.
Kamu bisa berinvestasi hanya lewat smartphone saja, salah satunya lewat aplikasi InvestasiKu.
Jangan khawatir sebab aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga aman dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.