REKSADANA
 

8 Kesalahan Umum Investor Reksadana, Pemula Wajib Tahu Cara Mencegahnya!

by Rifda Arum Adhi Pangesti - 24 Sep 2025 - Reviewed by Revo Gilang Firdaus M.

 

Bisa dibilang reksadana menjadi opsi investasi yang ramah bagi investor pemula atau bahkan mereka yang terlalu sibuk mengurusi grafik saham. Pasalnya, reksadana itu dikelola oleh Manajer Investasi profesional dan modalnya juga relatif kecil, sehingga siapapun bisa berinvestasi pada instrumen investasi yang satu ini. 

Sayangnya, masih banyak investor pemula yang melakukan kesalahan sederhana tetapi berulang, sehingga secara tidak sadar malah menggerus return-nya. Langsung saja simak apa saja kesalahan umum para investor reksadana pemula sekaligus cara mencegahnya supaya tidak berulang kerugiannya. 

1. Tidak Mengenal Profil Risiko Diri Sendiri

Kesalahan umum investor reksadana yang pertama adalah tidak mengenal profil risikonya sendiri. Ketika hendak berinvestasi reksadana justru asal pilih karen FOMO atau tegiur return tinggi saja. 

Misalnya Archen baru kerja 6 bulan dan mulai tertarik investasi. Temannya bilang reksadana saham bisa memberi return tinggi. Tanpa pikir panjang, Archen langsung memasukkan semua tabungan Rp10 juta ke reksdana saham. 

Namun ternyata, 2 bulan kemudian terjadi tren global yang menyebabkan pasar terkoreksi, sehingga nilainya turun jadi Rp8,5 juta. Archen pun panik dan buru-buru jual. Alhasil, malah merugi.

Cara Mencegah:

  • Cek dulu profil risikomu apakah konservatif, moderat, atau agresif. Lagipula, sekarang sudah banyak aplikasi investasi yang menyediakan kuis sederhana untuk mengetahui apa profil risikomu.
  • Kalau kamu masih belajar, sebaiknya mulai dari reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap. Jika sudah terbiasa dengan fluktuasi, baru deh naik ke reksadana campuran atau reksadana saham.

2. Hanya Fokus pada Return Jangka Pendek

Kesalahan yang kedua adalah kamu menilai reksadana hanya dari kinerja bulanan atau tahunan alias hanya fokus pada return jangka pendek saja. Padahal seharusnya, kamu menyesuaikan jangka waktu investasi dengan tujuan keuangan.

Misalnya, Davika membeli reksadana campuran untuk biaya pendidikan anaknya yang masih SD. Tujuannya adalah investasi jangka panjang, sekitar 10 tahun lagi. 

Namun ternyata dalam 6 bulan pertama hasilnya kecil, sehingga Davika merasa rugi dan gonta-ganti produk reksadana lain. Padahal jika konsisten menunggu, nilainya bisa tumbuh lebih optimal.

Cara Mencegah:

Sesuaikan jangka waktu investasi dengan tujuan keuangan.

  • < 1 tahun → reksa dana pasar uang.
  • 1–3 tahun → reksa dana pendapatan tetap.
  • 3–5 tahun → reksa dana campuran atau saham.

Selalu ingat bahwa reksadana itu tidak bisa untung secara instan. Kamu juga harus cermat mengikuti berita tren global yang terjadi. Jika memang ingin pindah produk investasi, pikirkan secara matang. 

3. Tidak Diversifikasi

Umumnya, diversifikasi portofolio itu perlu dalam investasi apapun. Namun, biasanya investor reksadana pemula malah menaruh semua dana di satu produk reksa dana saja.

Misalnya, Emy memiliki dana Rp50 juta dan semuanya dimasukkan ke reksadana saham sektor properti. Begitu sektor properti lesu, nilai investasinya jatuh drastis. 

Seharusnya, Emy membagi investasinya ke beberapa jenis reksadana, supaya kerugiannya bisa ditekan.

Cara Mencegah:

  • Selalu terapkan prinsip “jangan taruh semua telur di satu keranjang.” 
  • Kamu bisa mencampurkan reksa dana saham, pendapatan tetap, dan pasar uang sesuai proporsi risiko.
  • Bisa juga pilih reksadana campuran yang sudah otomatis melakukan diversifikasi. Namun tetap ingat bagaimana profil risikomu. 

Baca Juga: Diversifikasi Portofolio - Strategi Cerdas Mengurangi Risiko Investasi, Berikut Konsepnya!

4. Mengabaikan Fee Investasi

Kesalahan umum selanjutnya adalah tidak memperhatikan biaya pembelian, penjualan, atau fee lainnya. Terlebih lagi investasi reksadana saat ini pasti dilakukan melalui aplikasi. 

Aplikasi investasi itu ada fee jual dan fee beli, yang berbeda-beda pada setiap aplikasi. Biasanya rentang 1% sampai 2%. 

Cara Mencegah:

  • Selalu baca prospektus dan fund fact sheet karena pasti mencantumkan fee jual dan fee beli. 
  • Hindari keluar-masuk produk terlalu sering. Untuk reksa dana, strategi “buy and hold” justru lebih efisien.
  • Bandingkan biaya antar produk. Kadang ada reksa dana dengan return mirip, tapi biaya lebih rendah.

5. Tidak Review Portofolio

Pemula sering menganggap reksa dana adalah investasi “tanam sekali, lalu lupakan.” Padahal seharusnya kamu melakukan review portofolio minimal 6-12 bulan sekali. Gunakan fitur laporan bulanan dari aplikasi investasi untuk mengecek perkembangan portofolio. 

6. Panik Saat Pasar Turun

Kesalahan selanjutnya adalah merasa panik saat pasar turun, kemudian langsung menjual reksadana karena takut rugi lebih besar. Hal ini banyak dialami saat awal pandemi Covid-19 silam yang mana nilai reksadana saham banyak turun 20–30%. 

Alhasil, sebagian besar investor pemula buru-buru jual rugi. Namun ternyata, setahun kemudian, pasar pulih dan bahkan nilainya melejit lagi. 

Cara Mencegah:

  • Selalu ingat tujuan jangka panjang. Jika masih 5–10 tahun ke depan, maka jangan terburu-buru menjual reksadana begitu saja. 
  • Jika memang ingin menjual reksadana, sebaiknya jangan semuanya. Ingat diversifikasi portofolio.
  • Gunakan metode Dollar Cost Averaging (DCA), yaitu rutin beli di setiap periode seperti bulanan supaya harga rata-rata lebih stabil.

7. Tidak Memperhatikan Kualitas Manajer Investasi

Hal sepele yang ternyata mempengaruhi hasil reksadana adalah ketika kamu hanya melihat riwayat return tanpa mengecek track record manajer investasinya. Ingat, manajer investasi adalah pihak utama yang mengelola reksadanamu. 

Cara Mencegah:

  • Selalu cermat melihat rekam jejak manajer investasi minimal 3–5 tahun, bukan hanya 1 tahun kebelakang saja. 
  • Cek reputasi perusahaan manajer investasi, apakah terdaftar dan diawasi OJK.
  • Jangan terpaku pada “return tertinggi” saja, tapi cari konsistensi.

Baca Juga: 20 Kewajiban dan 15 Larangan Manajer Investasi dalam Mengelola Reksadana

9. Terlalu Sering FOMO

Ketika berinvestasi pada instrumen investasi apapun, jangan FOMO. Yap, kamu jangan membeli produk hanya karena sedang ramai dibicarakan oleh netizen di sosial media saja. 

Ingat pada tahun 2021 silam, sektor teknologi sempat jadi primadonna. Banyak investor pemula buru-buru masuk ke reksadana saham teknologi. Sayangnya, begitu hype mereda, banyak yang rugi karena tidak siap dengan volatilitasnya.

Cara Mencegah:

  • Jangan asal ikut tren. Lihat dulu apakah produk tersebut cocok dengan profil risikomu.
  • Bedakan antara hot news di media sosial dengan analisis jangka panjang.

Baca Juga: Reksadana VS Deposito, Perbedaan dan Tips Memilihnya Untuk Pemula!

Siap Berinvestasi Reksadana?

Nah, itulah penjelasan tentang apa saja kesalahan umum investor reksadana ketika baru pertama kali berinvestasi pada instrumen yang satu ini. Poin utama yang harus selalu kamu ingat adalah kenali profil risikomu, lakukan diversifikasi portofolio, dan jangan FOMO. 

Ingat,  investasi itu maraton, bukan sprint. Ada banyak jenis reksadana yang bisa kamu investasikan, bahkan ada juga reksadana syariah. Mulai dari Reksadana Insight Renewable Energy Fund, Capital Fixed Income Fund, hingga RD Haji Syariah I Hajj. 

Semua reksadana tersebut dapat kamu investasikan melalui aplikasi InvestasiKu. Namun ingat, contoh reksadana tersebut hanya sebagai contoh saja dan bukan merupakan rekomendasi. Pastikan membaca prospektus dan fund fact sheet sebelum berinvestasi. 

Jangan khawatir, aplikasi InvestasiKu ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga legal dan terpercaya. Yuk, mulai berinvestasi reksadana melalui aplikasi InvestasiKu yang sudah diawasi OJK.



 
Share this article via :
whatsapp-investasiku
 
InvestasiKu-footer
 

#YukInvestasiKu For Better Tomorrow

Download aplikasi InvestasiKu di Android, iOS, dan Windows serta nikmati kemudahan berinvestasi saham, reksa dana, obligasi, dan rencana keuangan

 
Download di Google Play Download di App Store Download desktop version
 

InvestasiKu adalah produk dari PT Mega Capital Sekuritas

Menara Bank Mega, Lantai 2, Jalan Kapten Tendean Kavling 12-14A,
RT 002/RW 002, Kelurahan Mampang Prapatan,
Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Kode Pos 12790

Telepon : 021-79175599
Email : customer.service@megasekuritas.id
WhatsApp : +6282260904080

 
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Spotify
  • LinkedIn
  • Facebook
  • Twitter
Eduvest
 

©2025 InvestasiKu. All rights reserved.

InvestasiKu adalah aplikasi finansial yang dikelola dan dikembangkan oleh PT Mega Capital Sekuritas, dengan misi membuka akses lebih luas bagi masyarakat pada produk-produk keuangan dengan mudah, aman dan terjangkau. Semua transaksi saham, reksa dana, dan obligasi difasilitasi oleh PT Mega Capital Sekuritas sebagai broker saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sekaligus agen penjual reksa dana yang memiliki izin usaha dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan

OJK
KOMINFO