Tahukah kamu jika salah satu indikator majunya perekonomian dari suatu negara itu dilihat dari bagaimana perkembangan sektor pasar uang (perbankan) dan sektor pasar modal (bursa).
Nah, pada awal 2025 ini eksistensi investor ritel ternyata mendominasi pasar modal Indonesia, tepatnya sebesar 99.7% dari total 15,5 juta investor (data dari KSEI). Lonjakan ini memperlihatkan meningkatnya minat masyarakat terhadap investasi.
Investor ritel berarti para individu-individu yang berinvestasi untuk dirinya sendiri, sehingga volume transaksi lebih kecil daripada investor institusional.
Jadi, jika kamu berinvestasi atas nama sendiri, maka disebut sebagai investor ritel. Langsung saja yuk simak serba-serbi investor ritel berikut ini!
Apa Itu Investor Ritel?
Investor ritel alias retail investor adalah individu atau pihak non-profesional yang bertransaksi sekuritas baik itu saham, obligasi, maupun reksa dana untuk rekening pribadi atas namanya sendiri.
Para investor ritel ini berinvestasi menggunakan tabungan atau dana pribadi, bukan dana dari klien atau institusi.
Wajar saja jika jumlah transaksi investor ritel lebih kecil volumenya daripada investor institusional seperti dana pensiun atau perusahaan asuransi.
Jadi, jika kamu berinvestasi atas nama sendiri, maka disebut sebagai investor ritel.
Baca Juga: Divestasi Saham - Tujuan, Metode, Kelebihan, Kekurangan, dan Langkah-Langkahnya
Karakteristik Investor Ritel
Investor ritel tentu berbeda dengan investor institusional dengan beberapa karakteristik khas, yakni:
1. Modal Terbatas
Meskipun memang ada investor ritel yang berinvestasi dengan modal besar, tetapi tetap saja tidak sebanyak investor ritel yang berinvestasi dengan modal relatif kecil.
2. Keputusan Mandiri
Investor ritel cenderung membuat keputusan investasi berdasarkan analisis pribadi, rekomendasi, atau informasi publik, tanpa tim riset profesional yang mendalam.
3. Tujuan Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Beberapa investor ritel berfokus pada investasi jangka panjang (buy and hold). Namun, ada juga yang berinvestasi jangka pendek, yang mana cenderung pada kegiatan perdagangan harian (day trading).
4. Akses Informasi
Investor ritel biasanya hanya mengandalkan platform online sebagai sumber informasi untuk investasi. Misalnya seperti berita finansial, media sosial, dan forum diskusi.
Cara Kerja Investor Ritel Ketika Berinvestasi
Berhubung investor ritel itu bertransaksi sekuritas atas nama pribadi, maka mereka juga melakukannya sendiri tanpa tim.
Zaman sekarang, investor ritel pasti menggunakan aplikasi investasi online. Salah satunya InvestasiKu.
Investor dapat membuka rekening secara digital, menyetor dana, dan mulai membeli atau menjual saham dengan cepat melalui aplikasi.
Namun, ada juga investor ritel yang mengakses pasar modal melalui pialang (broker).
Baca Juga: Bagaimana Cara Kerja Saham di Pasar Modal? Pemula Wajib Simak!
Risiko yang Dihadapi
Meskipun akses pasar semakin mudah, investor ritel tetap menghadapi berbagai risiko, yakni:
1. Kurangnya Informasi dan Analisis Mendalam
Khususnya investor ritel pemula, pasti masih merasa kurang akses informasi sekaligus analisis teknikal yang mendalam. Jadi, Investor ritel cenderung akan membuat keputusan investasi asal-asalan alias noise trading.
Selain itu, mereka juga rentan FOMO saham akibat paparan dari sosial media.
2. Pengambilan Keputusan Masih Emosional
Banyak investor ritel yang mengambil keputusan pada transaksi investasi didasarkan pada emosi seperti rasa takut atau euforia sesaat saja, sehingga menyebabkan kerugian. Investor ritel cenderung panik saat pasar turun dan terlalu optimis saat pasar naik.
3. Volatilitas
Investor ritel cenderung lebih reaktif terhadap volatilitas pasar, yang dapat menyebabkan keputusan jual-beli yang tidak optimal.
Eksistensi Investor Ritel dalam Pasar Modal
Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, eksistensi investor ritel dalam pasar modal menunjukkan tren yang menarik dan bahkan cenderung mendominasi dari segi jumlah, meskipun tidak selalu dalam hal volume transaksi.
Menurut data dari PT KSEI, pada awal tahun 2025 ini saja investor ritel di Indonesia telah melonjak hingga 99,7% dari total 15,5 juta investor.
Seiring dengan meningkatnya partisipasi investor ini secara langsung menunjukkan bahwa edukasi keuangan sangat diperlukan, terutama supaya mereka dapat mengambil keputusan investasi secara lebih baik.
Itulah kenapa, sudah banyak dilakukan program literasi keuangan terutama dalam hal dasar-dasar investasi, manajemen risiko, hingga diversifikasi portofolio.
Baca Juga: Diversifikasi Portofolio - Strategi Cerdas Mengurangi Risiko Investasi, Berikut Konsepnya!
Mau Jadi Investor Ritel yang Untung?
Nah, itulah penjelasan tentang apa itu investor ritel yang ternyata dapat bertransaksi hanya lewat aplikasi investasi saja. Meskipun volume transaksi investor ritel tidak sebanyak investor institusional, tetapi tetap saja jumlahnya kian meningkat sehingga berpengaruh pada pasar modal Indonesia.
Untuk urusan investasi pada instrumen saham, obligasi, maupun reksa dana, kamu bisa memantaunya lewat aplikasi InvestasiKu. Jangan khawatir, aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga aman dan terpercaya.
Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.