Ada aksi korporasi yang konsepnya demi pengelolaan struktur modal dan harga saham, yakni reverse stock.
Reverse stock ini kebalikan dari stock split, tetapi tetap menjadi bagian dari aksi korporasi yang umum dilakukan oleh perusahaan terbuka. Yuk, langsung simak apa itu reverse stock!
Pengertian Reverse Stock
Reverse stock adalah aksi korporasi berupa menggabungkan beberapa lembar saham dengan nilai nominal tertentu menjadi satu lembar saham yang nilai nominalnya lebih tinggi. Reverse stock dilakukan dengan rasio tertentu.
Misalnya rasio 3:1, maka artinya 3 lembar saham yang bernilai 50 akan digabungkan menjadi 1 saham bernilai 150.
Umumnya, emiten yang melakukan reverse stock ini adalah perusahaan yang menilai harga per lembar sahamnya di pasar terlalu rendah, sehingga kebijakan ini sengaja diambil untuk meningkatkan nilai nominal per lembar. Jadi, supaya lebih menarik untuk diperjualbelikan.
Di Indonesia, stock split memang sering terjadi, tetapi tidak dengan reverse stock. Perusahaan yang melakukan aksi korporasi ini justru karena memang meningkatkan harga sahamnya menjadi lebih mahal dan supaya harga sahamnya tidak terkesan murahan.
Baca Juga: Pemecahan Saham Alias Stock Split, Strategi Emiten Supaya Harga Saham Tidak Terlalu Mahal
Alasan Melakukan Reverse Stock
Ada banyak alasan kenapa perusahaan melakukan aksi korporasi yang satu ini, yakni:
1. Meningkatkan Harga Saham
adalah untuk membuat harga saham menjadi lebih maksimal, terutama pada tingkat optimal trading range alias kisaran harga yang bisa mempengaruhi pertimbangan investor supaya tertarik untuk melakukan transaksi.
Jika harga sahamnya terlalu rendah, maka tentu tidak menarik perhatian para investor ‘kan. Selain itu, rendahnya harga saham juga mengakibatkan likuiditasnya menurun.
2. Memenuhi Persyaratan Bursa
Beberapa bursa saham memiliki persyaratan harga minimum agar saham dapat tetap tercatat.
Jika harga saham perusahaan turun di bawah batas minimum tersebut, reverse stock split dapat menjadi cara untuk memenuhi persyaratan dan menghindari delisting saham (penghapusan pencatatan saham).
3. Meningkatkan Daya Tarik bagi Investor Institusional
Seperti yang tertulis sebelumnya, alasan perusahaan melakukan reverse stock antara lain adalah untuk meningkatkan daya tarik investor, khususnya investor institusional.
FYI, banyak dana institusional dan manajer investasi memiliki batasan investasi pada saham dengan harga tertentu. Jadi, dengan meningkatkan harga per saham, perusahaan berharap dapat menarik minat investor yang lebih besar.
4. Meningkatkan Citra Perusahaan
Harga saham yang lebih tinggi dapat memberikan persepsi bahwa perusahaan lebih stabil dan bernilai.
Perbedaan Reverse Stock dengan Stock Split
Sekalipun sama-sama aksi korporasi yang biasa dilakukan oleh perusahaan terbuka, tetapi tetapi keduanya tetap punya perbedaan.
Reverse Stock Split |
Stock Split |
|
Dampak pada Jumlah Saham |
Mengurangi jumlah saham beredar |
Meningkatkan jumlah saham beredar |
Dampak pada Harga Per Saham |
Meningkatkan harga per saham |
Menurunkan harga per saham |
Dampak pada Nilai Nominal |
Meningkatkan nilai nominal per saham |
Menurunkan nilai nominal per saham |
Tujuan Umum |
Meningkatkan harga saham, penuhi syarat bursa, tingkatkan citra |
Meningkatkan likuiditas, menjadikan saham lebih terjangkau |
Persepsi Investor |
Seringkali dilihat sebagai upaya penyelamatan, bisa negatif |
Umumnya dilihat positif, menunjukkan pertumbuhan |
Contoh Rasio |
1:5, 1:10, 1:20 |
2:1, 3:1, 1:2 (jika diartikan kebalikannya) |
Baca Juga: Kenapa Harga Saham Bisa Naik Turun? Berikut Ini Penjelasan Beserta Jenis-Jenisnya
Contoh Perusahaan yang Melakukan Aksi Reverse Stock
Sekalipun reverse stock masih jarang dilakukan oleh perusahaan di Indonesia, tetapi ada juga yang sudah melakukan aksi korporasi ini.
Paling terbaru adalah NETV. Pada Oktober 2024 silam, PT Net Visi Media Tbk. (NETV) melakukan reverse stock saham seri A sebesar 2:1. Artinya, setiap 2 saham yang bernilai Rp100, akan digabungkan menjadi 1 saham bernominal Rp200.
Sayangnya, usai aksi korporasi ini jumlah saham NETV justru menurun. Dari yang mulainya 23,45 miliar menjadi 11,72 miliar.
Mau Untung dari Aksi Korporasi?
Nah, itulah penjelasan tentang apa itu reverse yang menjadi salah satu aksi korporasi tetapi masih jarang dilakukan oleh perusahaan di Indonesia. Khususnya jika kamu menanamkan saham pada perusahaan terbuka, maka wajib memperhatikan apa saja aksi korporasi yang emiten lakukan, karena berpengaruh pada saham milikmu.
Untuk urusan investasi saham, kamu bisa memantaunya lewat aplikasi InvestasiKu. Jangan khawatir, aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga aman dan terpercaya.
Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.