Melansir dari dataindonesia.id, sejak tahun 2015 hingga 2024, Indonesia masih menempati posisi pertama sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia一bahkan mengalahkan Australia.
FYI, di Inggris, AS, dan Eropa umumnya menggunakan nikel sebagai bahan baku pembuatan koin.
Dari data tersebut, kamu pasti sudah melihat bagaimana peluang bahan tambang yang satu ini untuk investasi. Sejauh ini, sudah ada 8 emiten yang bergerak di sektor pertambangan nikel di BEI. Yuk, simak apa saja!
11 Saham Nikel yang Terdaftar di Bursa
Nikel selalu menjadi bahan tambang yang disorot karena pertumbuhan volume ekspor yang tajam. Sejak tahun 2019 hingga 2023, permintaan global terhadap nikel meningkat signifikan yakni 10%, dengan kisaran angka 2,44 juta menjadi 3,61 juta ton.
Langsung saja simak apa saja saham nikel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berikut ini. Jika penasaran dengan harga sahamnya, langsung klik kode saham masing-masing.
- Aneka Tambang Tbk. - ANTM
- Vale Indonesia Tbk. - INCO
- Central Omega Resources Tbk. - DKFT
- Harum Energy Tbk. - HRUM
- Merdeka Battery Materials Tbk. - MBMA
- Trimega Bangun Persada Tbk. - NCKL
- Ifishdeco Tbk. - IFSH
- Resource Alam Indonesia Tbk. - KKGI
- Timah Tbk. - TINS
- PAM Mineral Tbk. - NICL
- Adhi Kartiko Pratama Tbk. - NICE
Baca Juga: Saham ANTM - Profil, Kinerja Keuangan, Riwayat Dividen, dan Prospek Bisnisnya
Prospek Bisnis Tambang Nikel di Indonesia
Indonesia memegang peran yang sangat strategis dalam pasar nikel global, bahkan dijuluki sebagai "episentrum nikel dunia". Berdasarkan data USGS tahun 2024, cadangan nikel di Indonesia sudah mencapai 55.000.000 ton. Artinya, Indonesia menjadi negara dengan cadangan nikel terbanyak dibanding negara lainnya.
Berdasarkan Kementerian ESDM tahun 2020, pembangunan smelter nikel di Indonesia turut memainkan peran strategis dalam memastikan keberlanjutan sumber daya nikel. Produk-produk yang dihasilkan dari smelter nikel termasuk berbagai macam logam paduan, seperti feronikel, matte nikel, dan pig iron, yang merupakan bahan baku penting dalam industri manufaktur, konstruksi, dan teknologi.
Sementara data dari Ristekdikti tahun 2019, pertambangan nikel berhasil menyediakan tenaga kerja sekitar 23.202 orang.
Baca Juga: 28 Saham Kelapa Sawit dan Prospek Bisnisnya di Masa Depan
Dampak Hilirisasi Nikel di Indonesia
Sekitar 90% sebaran nikel ada di Pulau Sulawesi dan Maluku. Dengan adanya fakta itu, justru menyebabkan cadangan nikel di negara ini tidak bertahan lama karena terus digerus oleh banyak perusahaan.
Alhasil, tahun 2020 pemerintah mengambil langkah tegas dengan kebijakan hilirisasi. Kebijakan ini melarang ekspor bahan mentah utama di sektor pertambangan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai tambah mineral dengan mengolahnya di dalam negeri.
Langkah tersebut juga diperkuat dengan Pasal 102 dan 103 UU No.3 Tahun 2020 atau UU Minerba. Dalam UU ini mewajibkan adanya Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) demi meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan batubara.
Dampak Ekonomi
Hilirisasi nikel berdampak pada sektor ekonomi. Dari aturan pembatasan ekspor bijih mentah, maka sama saja dengan mendorong produksi feronikel, nikel matte, stainless steel, dan baterai kendaraan listrik, yang meningkatkan daya saing global sekaligus mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Secara langsung, dampak tersebut juga menciptakan lapangan kerja bagi tenaga kerja lokal.
Selain itu, larangan ekspor nikel mentah justru meningkatkan nilai ekspor hingga 263% sehingga mampu memperbesar cadangan devisa sekaligus menambah penerimaan negara melalui pajak dan royalti yang dapat dialokasikan untuk pembangunan.
Pembangunan smelter juga turut berpengaruh pada pengembangan infrastruktur. Mulai dari pelabuhan, jalan, dan fasilitas energi, sehingga meningkatkan aksesibilitas sekaligus kesejahteraan masyarakat.
Dampak Lingkungan
Jika membahas hilirisasi nikel di Indonesia, maka pasti akan turut berkenaan dengan pendekatan green criminology.
Sayangnya, hilirisasi nikel justru berdampak negatif bagi lingkungan. Mulai dari kerusakan lingkungan, konflik sosial, hilangnya sumber daya alam, hingga gangguan kesehatan masyarakat sekitar tambang.
Terlebih lagi, pengaruh politik yang dimainkan perusahaan tambang besar turut andil dalam pelaksanaan kebijakan, sehingga pemerintah pun kurang responsif pada pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.
Sebut saja penambangan nikel di Sulawesi yang saat ini mengalami deforestasi alias penghancuran hutan permanen. Dalam kurun waktu 2011 sampai 2018, hutan-hutan di Sulawesi sudah tertutup 4,4%.
Alhasil, kesejahteraan masyarakat lokal ikut menurun akibat degradasi lingkungan. Kualitas udara dan sumber daya air juga turut terganggu. Pada tahun 2021, , tercatat 2.304 kasus diare dan 271 kasus tuberkulosis, yang menunjukkan dampak polusi terhadap kesehatan masyarakat.
Baca Juga: 8 Perusahaan Merger Paling Fenomenal di Indonesia, Apa Saja?
Mau Untung dari Saham Nikel?
Nah, itulah penjelasan tentang apa saja saham nikel yang terdaftar di bursa. Pengolahan nikel saat ini sudah berinovasi dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, yakni dengan metode Green Smelter.
Metode ini mendukung produksi yang lebih aman dan hemat biaya, dengan aplikasi dalam aktivitas antimikroba, pengiriman obat, dan remediasi lingkungan, menunjukkan potensi teknologi hijau dalam pemrosesan nikel.
Semua saham nikel tersebut bisa kamu investasikan melalui aplikasi InvestasiKu. Jangan khawatir, aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga legal dan terpercaya.
Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.
Sumber:
Randrikasari, Octaviana, dkk. (2025). Penguatan Hilirisasi Nikel di Indonesia Melalui Teknologi Smelter Berbasis Energi Hijau. Jurnal Pengelolaan Lingkungan Pertambangan: Vol.2 (1).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. (2020). Peluang Investasi Nikel Indonesia.