Daftar Isi
Jika dengar kata Go-Jek, mungkin yang ada pikiranmu adalah Nadiem Makarim. Tapi, tahukah kamu, bahwa ada sosok lainnya dari keberhasilan Go-Jek, yakni Alamanda Shantika.
Ya, Nadiem Makarim dan Alamanda Shantika adalah orang dibalik kesuksesan Go-Jek, di mana mereka merintis start up terbesar di Indonesia tersebut, dari nol. Namun, saat Go-Jek sedang naik daun dan stabil, Alamanda Shantika justru memutuskan untuk mundur.
Wah, kenapa nih? Diketahui, setelah mundur dari Go-Jek, Alamanda membuat aplikasi belajar online dan setelah itu langsung ditunjuk sebagai Komisaris Independen Blue Bird.
Wah, keren yah! Pasti perjuangannya juga sangat keras dan panjang! Mau kenal lebih dekat sama Alamanda Shantika? Yuk, intip profil lengkapnya berikut ini!
Profil Lengkap Alamanda Shantika
Alamanda Shantika memiliki nama lengkap Alamanda Shantika Santoso, dan biasa dipanggil Ala. Ia adalah perempuan jenius yang lahir di Jakarta pada 12 Mei 1998.
Masih memiliki usia yang muda, untuk menjadi seorang ahli IT terutama pembuatan dan desain website dan sistem coding. Sementara ayah dan ibunya, memiliki latar belakang pendidik dan menempuh pendidikan sebagai guru di salah satu universitas di London, Inggris.
Masa Kecil Alamanda Shantika
Sejak usianya 4 tahun Ala sudah diperkenalkan angka-angka untuk menghafalkannya, bahkan sampai dengan ratusan, sekaligus menjumlahkannya.
Ketika ia sudah remaja, yakni masuk SMP dan SMA, Ala justru dikenal dengan anak yang nakal. Pasalnya, ia tidak suka dengan aturan-aturan baku yang ada di sekolah, sehingga ia sering tertangkap bolos sekolah, bahkan merokok dan akhirnya dihukum.
Namun, meskipun nakal tapi Ala merupakan sosok siswa yang sangat cerdas. Tidak banyak anak yang menyukai pelajaran matematika, tapi Ala justru senang dengan pelajaran berhitung seperti matematika.
Tidak hanya itu, Ala juga menyukai musik dan senang memainkan saxophone dan piano. Tidak sampai disitu, di usianya yang masih sangat muda yakni sekitar umur 13 tahun, dia mulai tertarik dan menekuni teknologi coding website.
Ketertarikannya dengan dunia teknologi coding, bertepatan saat Indonesia, juga berada di fase awal-awal mengenal dan menggunakan internet.
Pendidikan Alamanda Shantika
Sama seperti saat ia remaja, di bangku kuliah Alamanda juga tergolong bukan anak yang rajin masuk kelas. Ia tidak seperti mahasiswa lainnya yang ambisius dan cepat menyelesaikan studi.
Hal tersebut dikarenakan kebiasaannya yang jarang masuk kuliah. Terlebih, saat ia kuliah ayahnya menderita stroke, di usia 45 tahun. Penyakit ayahnya tersebut menyebabkan kelumpuhan pada sebagian anggota tubuhnya.
Saat itu, Alamanda memilih kuliah di Bina Nusantara University (BINUS), dan mengambil double degree (title ganda). Adapun gelar yang ingin diraihnya adalah Matematika dan Teknologi Informasi (TI).
Butuh waktu yang cukup lama, yakni tujuh tahun untuk menyelesaikan kuliahnya. Alamanda juga merupakan tipe mahasiswa yang sering mengcounter dosen dengan argumen-argumen yang berisikan kritik.
Alasannya, Alamanda menginginkan sebuah pembaruan yang signifikan dalam bidang teknologi, khususnya di kampusnya saat itu. Meski begitu, Alamanda adalah mahasiswa yang cerdas dan pintar mencari peluang, untuk mendapatkan uang karena jiwa wirausahanya.
Mulai dari menjual DVD bajakan yang di-burn sendiri, menjadi guru les privat, sampai jualan tokek. Hal tersebut ia lakukan, karena melihat banyak rekan sesama mahasiswa di BINUS, yang juga memiliki jiwa wirausaha tinggi.
Tidak sampai di jualan DVD hingga tokek, Alamanda juga pernah menawarkan jasa pembuatan website, dan bisnis tersebutlah yang paling berhasil. Hanya butuh satu hari pengerjaan, ia langsung mendapatkan banyak orderan, di mana nilai keuntungannya saat itu adalah sekira 6-15 juta Rupiah.
Gabung ke Kaskus dan Terjun ke Dunia Fashion
Piawai membuat website, membuatnya tertarik untuk menjadi wirausahawan dan secara tidak sengaja terjun ke dunia fashion. Ia akhirnya bergabung ke Kaskus, lalu membuat komunitas yang bernama "Denim Heads".
Komunitas ini bergerak di bidang fashion, yang mana berisi orang-orang kutu buku. Bukan hanya sekadar membuat dan menjualnya, mereka di sana berdiskusi tentang bagaimana membuat Jeans yang berkualitas.
Mulai dari mencari bahan yang tepat, hingga cara menjahitnya. Nah, dari situ Alamanda dan komunitas tersebut membuat brand lokal jeans. Adapun tugas Alamanda adalah membuatkan website hingga mendesain website, untuk ajang promosi dan berjualan secara online.
Setelah lulus kuliah, ia tidak lagi menjadi pembuat website, dan mulai berkarir di sebuah perusahaan bernama Kartuku. Ia hanya bekerja selama 2 tahun, namun karirnya di Kartuku melonjak cepat. Tawaran proyek pun berdatangan, yang membuatnya menjadi "public enemies" karena prestasinya yang cemerlang.
Alamanda dan Nadiem Makarim Mendirikan Go-Jek
Setelah bekerja di Kartuku, Alamanda bergabung dengan startup Go-Jek, bersama sahabatnya Nadiem Makarim dan membangunnya dari nol, pada 2014 hingga 2016.
Sebelum ada aplikasinya, Ala yang membantu membuatkan timnya. Saat itu usianya sekitar 23-24 tahun, dan jabatan Alamanda saat itu di PT Gojek Indonesia adalah Tech Product Consultant. Setahun berikutnya, Alamanda diangkat menjadi Vice President dari tahun 2015 hingga 2016.
Di tahun 2016, Alamanda beralih menjadi Vice President Product People and Culture. Namun tidak lama kemudian, ia memutuskan untuk keluar dari Go-Jek.
Alasan Alamanda keluar dari Go-Jek adalah ia ingin melanjutkan passionnya dan lebih fokus di dunia edukasi. Ia rela meninggalkan Go-Jek disaat sedang jaya dan menjadi first unicorn company di Indonesia, demi membangun Binar Academy.
Baca juga: Berita GOTO terbaru
Pendiri Binar Academy
Jadi, Ala merupakan Founder sekaligus Presiden Direktur Binar Academy. Binar Academy ini merupakan lembaga pendidikan non formal yang berfokus di bidang teknologi.
Namun, dibalik berdirinya Binar Academy pada 2017 silam, ada hal yang membuatnya sangat ingin terjun di dunia pendidikan.
Hal tersebut adalah tentang ketidaksukaannya dengan sekolah. Nah, dengan Binar, ia ingin membuat belajar atau sekolah menjadi suatu hal yang menyenangkan.
Ala tidak suka sekolah, bukan berarti tidak suka belajar. Tapi, lebih ke sistem, cara, dan aturan kaku, yang membuatnya tidak enjoy.
Ala mengakui, ia sangat suka baca buku dan belajar, tapi tidak semua orang bisa menemukan rasa enjoynya saat belajar. Dari situ, Ala ingin mengubah bagaimana cara belajar, dan menjadikan Binar sebagai sekolah yang Saved place.
Jadi Komisaris Independen Blue Bird
Perempuan perancang Go-Jek dan Founder Binar Academy ini, tiba-tiba ditawari dan ditunjuk untuk menjadi Komisaris Independen Blue Bird. Saat itu, Ala langsung dihubungi oleh Komisaris Utama Blue Bird, yakni Noni Sri Aryati Purnomo.
Saat itu, Alamanda sangat sulit untuk tidak menerima tawaran tersebut. Karena, Noni menginginkan Alamanda bergabung dan membantunya untuk mempertahankan keberadaan Blue Bird.
“Saya pengin hatinya Bluebird terus ada” ucap Noni, kepada Alamanda. Sehingga Alamanda tidak memiliki alasan untuk menolaknya.
Akhirnya, Alamanda resmi bergabung dengan perusahaan transportasi Blue Bird. Di perusahaan tersebut, ia berjanji akan berusaha membuat perubahan Blue Bird, tanpa menghilangkan jati dirinya, seperti ketika ia berada di Gojek, yang sama-sama di bidang transportasi.
Di balik kesuksesan, pasti ada proses dan perjalanan yang panjang. Kira-kira setelah berhasil mendirikan Go-Jek, apakah Blue Bird masih bisa eksis seperti dulu? Bagaimana dengan kondisi sahamnya?
Yuk, intip semua informasi terkait saham PT Blue Bird Tbk dengan kode saham BIRD, di platform InvestasiKu!