Daftar Isi
Krisis moneter atau krisis ekonomi di Indonesia, identik dengan tahun 1998. Tapi tahukah kamu, bahwa krisis tersebut sudah melanda Indonesia sejak awal 1997.
Jadi, hampir dua tahun Indonesia lumpuh dari kegiatan ekonomi, dan menjadi momen paling menyedihkan. Memangnya, ada hal-hal apa saja yang terjadi, saat krisis moneter 1998 yang dilihat sebagai dampak?
7 Fakta Tentang Krisis Moneter 1998
1. Nilai Rupiah Anjlok
Jika dibanding dengan nilai tukar rupiah saat ini, tentu jauh. Pasalnya, di tahun 1998, titik tukar rupiah ke dalam dolar mencapai Rp16.650, yang awalnya Rp2.380.
Di 2022 saja (6 Oktober 2022), nilai tukar rupiah berapa di angka Rp15.197. Kamu bisa bayangkan betapa anjloknya nilai rupiah saat itu.
Jadi, semua berawal pada tahun 1997, dan menjadi indikasi terjadinya krisis moneter 1998. Nilai mata uang mulai terjun bebas dari bulan Agustus 1997, dan mencapai nilai terendah di bulan berikutnya, yakni September.Tidak berlama-lama, dalam jangka waktu setahun saja, kedudukan nilai rupiah sudah sangat atuh hingga 600%. Di mana awalnya berada di angka Rp2.380 per dolarnya, dan puncaknya pada bulan Juli 1998, dan sudah mencapai Rp16.650 per dolar.
Di saat nilai rupiah sudah tidak ada artinya, di bulan Desember 1998 nilai rupiah mulai bangkit kembali. Saat itu, nilai rupiah ada di angkat Rp8.000 per dolarnya.
Tentunya kebangkitan tersebut juga menjadi awal pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meski, saat itu masih tidak banyak memberi pengaruh yang signifikan, karena ekonomi rakyat Indonesia sudah terlanjur terpuruk.
Baca juga: Saham Uptrend, Beli atau Ngga?
2. Utang Luar Negeri Membengkak
Peristiwa yang terjadi saat krisis moneter 1998 berikutnya adalah utang Indonesia di luar negeri membengkak. Dari anjloknya nilai rupiah pada 1997 sampai 1998, dipicu dari membengkaknya angka utang luar negeri oleh swasta.
Peristiwa tersebut terjadi tepatnya pada Maret 1998. Berapa banyak? Tercatat ada USD 72,5 miliar dari USD 138 miliar, yang merupakan utang swasta. Di mana dua dari tiga utang tersebut adalah utang jangka pendek yang jatuh tempo, pada masa tenggat pembayaran di tahun tersebut.
Sedangkan, cadangan devisa milik Indonesia adalah sebanyak USD 14.44 miliar, tentu jauh dari kata cukup untuk membayar utang negara.
Bisa dibayangkan, betapa besar tekanan negara Indonesia saat itu, memiliki utang yang sangat besar, Itulah mengapa perekonomian Indonesia mengalami krisis hebat.
3. Mahalnya Harga Bahan Pokok
Karena turunnya nilai tukar rupiah, maka menyebabkan harga barang-barang hingga bahan pokok naik dan mahal. Karena harganya tidak masuk akal, masyarakat jadi kehilangan daya beli.
Akhirnya tidak laku, dan beberapa barang jadi sulit ditemukan. Sekalinya ada, harganya sangat mahal, mungkin seperti kasus minyak goreng langka kemarin.
Karena merusak harga pasar dari mahalnya harga, maka banyak aksi masyarakat yang protes,dan terjadi di banyak tempat.
4. Perusahaan-perusahaan Bangkrut & PHK
Rupiah anjlok, bahan pokok dan baku naik, sehingga banyak perusahaan yang tidak mampu membayar dan membeli bahan baku impor. Bahkan, tidak sedikit juga perusahaan yang tidak mampu bayar utang.
Yang mereka butuhkan saat itu adalah mata uang dolar Amerika Serikat, untuk membeli bahan baku dan melanjutkan proses produksi. Tapi, hal tersebut sepertinya juga sulit untuk dilakukan, karena daya beli masyarakat di Indonesia juga sudah hilang.
Bahkan tidak hanya itu, hal terburuknya lagi adalah banyak perusahaan yang terpaksa untuk melakukan pengurangan pekerja, alias pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dampaknya, tentu saja pengangguran tinggi, kemiskinan karena banyak orang yang tidak punya penghasilan, terlebih harga bahan pokok semakin tinggi.
5. Terjadi Demo Besar-besaran Berujung Bentrok
Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan masyarakat pada saat krisis moneter 1998 lalu, selain demo dan menggelar protes. Saat itu, tepatnya pada pertengahan 1998 sampai akhir tahun, aksi demo dilakukan oleh mahasiswa di seluruh Indonesia, hingga terjadi bentrok.
Isi demo tersebut, menuntut Presiden Soeharto untuk mundur. Pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto akhirnya mengundurkan diri menjadi Presiden, dan digantikan oleh B.J. Habibie.
Tidak sampai di situ, krisis moneter bahkan menjadi sejarah kelam Indonesia, karena saat demo mengakibatkan kerusuhan warga, mahasiswa, dan aparat.
Dampaknya, banyak pertumpahan darah, hingga menewaskan beberapa mahasiswa. Karena kondisi tak terkendali, banyak juga peristiwa penarahan dan kerusakan, hingga memunculkan kemarahan warga.
6. Hilangnya Rasa Kepercayaan Negara Asing
Krisis moneter 1998 membuat hilangnya rasa kepercayaan negara asing. Pasalnya, sebelum krisis investor asing dimanfaatkan sebagai penanam modal untuk perusahaan-perusahaan dalam negeri.
Tapi, karena turunnya nilai tukar rupiah, membuat investor tidak percaya lagi, dan akhirnya banyak perusahaan di Indonesia yang gulung tikar.
7. Penyebab Krisis Moneter
- Indonesia memiliki sistem devisa yang bebas, tanpa pengawasan memadai, sehingga bisa membuat nilai rupiah konvertibel
- Kebebasan masyarakat untuk membuka rekening valas, baik untuk luar negeri dan dalam negeri
- Banyak perusahaan yang tidak bisa membayar utang jatuh tempo, beserta bunganya
- Pertukaran mata uang rupiah melemah, terhadap dolar AS
- Meningkatnya utang luar negeri
- Pada 1998 situasi politik memanas sehingga, berdampak pada kondisi ekonomi