Jika ada pertanyaan apakah tren global berpengaruh pada investasi reksadana, maka jawabannya iya. Tren global punya pengaruh besar terhadap kinerja reksadana.
Tren global adalah pola perubahan besar yang terjadi di tingkat internasional dan mempengaruhi banyak negara sekaligus. Tren global ini berlangsung dari aspek ekonomi, politik, teknologi, sosial, hingga lingkungan.
Tren global bersifat jangka menengah hingga panjang. Jadi, dampaknya tidak hanya sesaat saja, tetapi bisa bertahun-tahun. Itulah mengapa, tren global sering menjadi faktor pengaruh utama dalam pembuatan kebijakan pemerintah, strategi bisnis, dan bahkan keputusan investasi di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Langsung saja simak apa saja tren global yang berdampak pada masing-masing jenis reksadana.
Tren Global Apa Saja?
Sebenarnya, setiap tren global yang terjadi di level internasional itu akan menjadi pemicu awal yang bisa merugikan atau bahkan menguntungkan pasar keuangan dunia.
Contoh tren global yang sering mempengaruhi investasi:
- Kebijakan suku bunga global (terutama AS dan Eropa)
- Perubahan harga komoditas utama seperti minyak, batubara, CPO, dan emas.
- Geopolitik seperti perang, embargo, dan perang dagang.
- Krisis kesehatan global seperti pandemi.
- Tren teknologi dan perubahan preferensi konsumen global.
Misalnya, ketika Bank Sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga maka dampaknya tidak hanya dirasakan di Amerika Serikat saja, tetapi juga di negara berkembang termasuk Indonesia.
Begitu juga dengan kenaikan harga minyak dunia akibat konflik di Timur Tengah. Hal tersebut bisa menekan biaya energi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Begitu tren global muncul, dampaknya jelas langsung ke kondisi ekonomi dan pasar keuangan domestik. Indonesia sebagai negara terbuka tidak bisa lepas dari arus global, baik melalui perdagangan internasional maupun arus modal.
- Nilai tukar rupiah → Jika dolar AS menguat akibat kenaikan suku bunga, rupiah bisa melemah.
- Inflasi domestik → Harga barang impor bisa naik, terutama energi dan pangan.
- Pertumbuhan ekonomi nasional → Bisa terhambat jika permintaan global melemah, misalnya ekspor batubara atau CPO turun.
- Indeks saham domestik (IHSG) → Bisa ikut terkoreksi mengikuti sentimen pasar global.
Baca Juga: Dampak Perang Iran-Israel Bagi Pasar Modal Indonesia, Apa Saja?
Pengaruh Tren Global Pada Jenis-Jenis Reksadana
Pengaruh tren global tentu berdampak pada jenis-jenis reksadana yang ada. Mulai dari reksadana pasar uang hingga reksadana campuran, pasti akan ikut imbasnya.
1. Reksadana Pendapatan Tetap
Kamu pasti tahu dong kalau reksadana pendapatan tetap itu umumnya berinvestasi pada obligasi. Nah, harga obligasi itu dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga global.
Misalnya, ketika Bank Sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga, maka investor asing cenderung menarik dana dari obligasi Indonesia, sehingga harga obligasi turun. Alhasil, kinerja kinerja reksa dana pendapatan tetap bisa melemah.
Sebaliknya, saat tren global suku bunga turun, maka harga obligasi naik, sehingga reksa dana pendapatan tetap diuntungkan.
2. Reksadana Pasar Uang
Bisa dibilang reksa dana pasar uang adalah yang cenderung lebih relatif stabil atas terjadinya tren global. Hal itu karena reksadana jenis ini berisikan deposito atau obligasi jangka waktu kurang dari 1 tahun. Meskipun dampak tren global pada reksadana pasar yang mungkin tidak terlalu besar, tapi tetap ada.
Misalnya, saat terjadi krisis global besar, investor cenderung mencari instrumen paling aman. Reksa dana pasar uang bisa jadi pilihan, karena relatif stabil meski kondisi ekonomi bergejolak.
3. Reksadana Saham
Reksa dana saham justru sangat terpengaruh atas kondisi global. Jangankan ke reksadana saham ke pergerakan IHSG pun turut berdampak.
Jika sentimen global saja sudah buruk, maka harga saham emiten domestik akan ikut terkoreksi sekalipun fundamental mereka masih baik. Namun jika tren globalnya positif seperti harga komoditas naik, maka emiten di sektor tersebut bisa untung besar. Alhasil, mendorong kinerja reksadana saham.
Saat terjadi ketidakpastian ekonomi dunia atau krisis di negara besar pun, investor global bisa menarik dananya dari pasar saham negara berkembang seperti termasuk Indonesia. Akibatnya, harga saham bisa turun, dan imbasnya reksa dana saham ikut tertekan.
Contoh nyata saat pandemi Covid-19 lalu, pasar saham di seluruh dunia anjlok一termasuk IHSG. Alhasil, reksadana saham pun ikut turun tajam.
4. Reksadana Campuran
Reksadana campuran itu berisi gabungan saham, obligasi, dan pasar uang. Jadi, bagaimana tren global terjadi jelas berpengaruh dominan pada reksadana jenis ini.
Saat pasar saham turun karena krisis global, tetapi obligasi naik karena suku bunga turun, maka reksa dana campuran masih bisa relatif stabil. Namun hasilnya bisa positif maupun negatif, bergantung bagaimana strategi Manajer Investasi.
Baca Juga: Apakah Reksadana Bisa Rugi? Tentu Bisa dan Berikut Antisipasinya
Contoh Kasus Tren Global Berpengaruh Pada Reksadana
Sudah banyak tren global yang berpengaruh pada reksadana hingga 2025 ini.
1. Pandemi Covid-19 (2020)
Kamu pasti jelas masih ingat saat pandemi Covid-19 silam yang menyebabkan resesi global, lockdown, dan ketidakpastian ekonomi di seluruh dunia. Pengumuman libur sekolah dan kuliah yang awalnya hanya 2 minggu saja, kemudian berlanjut hingga bertahun-tahun.
Pandemi tersebut berdampak ke Indonesia dalam aspek ekonomi seperti:
- IHSG jatuh lebih dari 30% dalam waktu singkat.
- Arus modal asing keluar (capital outflow).
- Ekonomi Indonesia kontraksi -2,07% (2020).
Atas hal tersebut, maka tentu saja berpengaruh ke masing-masing jenis reksadana.
- Reksadana saham: kinerjanya kinerjanya anjlok karena harga saham turun tajam.
- Reksadana pendapatan tetap: tertekan karena volatilitas obligasi.
- Reksadana pasar uang: sebenarnya masih relatif stabil, sehingga jadi pilihan aman investor saat krisis.
2. Booming Harga Komoditas (2021–2022)
Adalah kondisi ketika harga barang mentah (komoditas) seperti minyak, batubara, kelapa sawit (CPO), emas, tembaga, gandum, atau karet naik sangat tinggi dalam waktu tertentu. Kenaikan ini terjadi pada berbagai komoditas, tidak hanya satu komoditas saja, dan diakibatkan karena permintaan meningkat tajam atau pasokan berkurang.
Sebenarnya, kenaikan harga komoditas ini sudah berlangsung sejak tahun 2003 sampai 2008, kemudian lanjut lagi pada tahun 2021 sampai 2022 silam.
Pada tahun 2021-2022, disebabkan karena memangnya ada kenaikan global atas komoditas dan sekaligus perang Rusia-Ukraina. Pada perang ini, menyebabkan pasokan gandum dan minyak terganggu, sehingga harga kedua komoditas tersebut pun naik.
Booming harga komoditas ini tentu berpengaruh pada jenis-jenis reksadana seperti:
- Reksadana saham: terutama yang portofolionya banyak di sektor komoditas batubara dan minyak sawit, pasti akan mencatatkan kinerja positif tinggi.
- Reksadana campuran: terutama dengan bobot saham di sektor komoditas pasti ikut diuntungkan.
3. Kebijakan The Fed (2022-2023)
Pada tahun 2022-2023, The Fed selaku Bank Sentral AS membuat kebijakan berupa menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi. Jika suku bunga AS naik, maka dolar AS menguat dan investor global cenderung menarik dana dari negara berkembang seperti Indonesia.
Para investor global tersebut pasti akan memilih berinvestasi kembali ke AS karena imbal hasilnya lebih menarik dengan risiko lebih rendah. Efek kebijakan naiknya suku bunga ini kemudian berdampak ke Indonesia seperti:
- Rupiah melemah terhadap USD.
- IHSG tertekan
- Yield obligasi naik, sehingga harga obligasi pun turun.
- Investor asing keluar dari pasar obligasi domestik.
Alhasil, turut berpengaruh pula pada setiap jenis-jenis reksadana, yakni:
- Reksadana pendapatan tetap: kinerjanya menurun karena harga obligasi jatuh.
- Reksadana saham: terdampak karena investor global cenderung menarik dana dari negara berkembang alias capital outflow, sehingga menekan IHSG.
- Reksadana pasar uang: justru lebih stabil karena bunga deposito ikut naik.
Baca Juga: Reksadana Halal atau Haram? Ini Pendapat MUI!
Mau Berinvestasi Pada Reksadana?
Nah, itulah penjelasan tentang bagaimana tren global yang terjadi pada berbagai aspek turut berpengaruh pada reksadana jenis apapun itu. Sebagai investor, kamu tidak boleh mengabaikan berita global terutama tentang naik atau turunnya suku bunga The Fed, harga minyak dunia, perang antar negara, maupun perang dagang.
Jika ingin jangka panjang dan siap dengan fluktuasi global, reksadana saham bisa dipilih. Kalau lebih hati-hati, campurkan dengan pendapatan tetap atau pasar uang. Pemilihan jenis reksadana ini harus disesuaikan dengan profil risikomu.
Saat ini, kamu bisa berinvestasi reksadana hanya melalui aplikasi saja, salah satunya InvestasiKu. Di aplikasi ini, ada banyak pilihan reksadana seperti reksadana pasar uang hingga reksadana syariah.
Jangan khawatir, aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga legal dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.