Zaman sudah semakin modern, maka segalanya akan serba konsumtif. Ditambah lagi, sekarang masyarakat pun mudah terkena gejala FOMO alias takut ketinggalan tren di sosial media.
Padahal, tren apapun itu一model pakaian, sepatu, kacamata, tas, hingga warna jilbab pun semuanya akan selalu berubah, dalam waktu seminggu sekalipun.
Maka dari itu, daripada dompetmu akan selalu boncos, terapkan frugal living dan minimalism sekaligus.
Memangnya, apa perbedaan frugal living dan minimalism? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Garis Besar Perbedaan Frugal Living dan Minimalism
Dari fokusnya saja, memang kedua gaya hidup ini berbeda, tetapi tetap berkaitan.
Frugal living lebih fokus pada bagaimana kamu mengelola uang secara bijak dan efisien. Tujuannya untuk mencapai financial freedom.
Sementara itu, minimalisme lebih menekankan pada pengurangan kepemilikan barang untuk menciptakan ruang fisik dan mental yang lebih lapang. Jadi, supaya lebih memahami bahwa setiap barang yang kamu miliki itu benar-benar bernilai.
Keterangan |
Frugal Living |
Minimalisme |
Fokus Utama |
Efisiensi finansial; menghemat uang |
Mengurangi kepemilikan; kesederhanaan hidup |
Motivasi |
Tujuan finansial (tabungan, investasi, bebas utang) |
Ketenangan pikiran, ruang fisik dan mental, fokus pada esensi saja |
Pendekatan |
Selektif dalam pengeluaran, mencari nilai terbaik |
Sengaja mengurangi barang, hanya membeli yang penting dan bermanfaat |
Hubungan Barang |
Mempertimbangkan nilai guna dan harga |
Prioritas pada kualitas daripada kuantitas; barang yang memiliki lebih sedikit |
Fleksibilitas |
Lebih fleksibel dalam pengeluaran jika ada nilai |
Lebih ketat dalam mengurangi kepemilikan barang |
Dampak Emosional |
Kepuasan karena pintar mengelola uang |
Kebebasan dari beban materi; fokus pada pengalaman; tanpa disadari ruangan pribadi lebih leluasa. |
Poin Utama Frugal Living dan Minimalism
1. Fokus dan Motivasi
Perbedaan paling mendasar antara kedua hal ini terletak pada fokus utama dan motivasi di baliknya.
Frugal living berpusat pada bagaimana mengelola uang secara efektif dan efisien. Tujuannya seringkali bersifat finansial, seperti menabung untuk tujuan tertentu (seperti rumah, pendidikan anak, pensiun dini), melunasi utang, atau mencapai kebebasan finansial.
Sementara itu, minimalisme lebih menekankan pada pengurangan kepemilikan barang secara sengaja. Motivasi utamanya adalah untuk menciptakan ruang fisik dan mental yang lebih lapang, mengurangi stres akibat konsumerisme.
Jadi, lebih berfokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup saja. Misalnya seperti hubungan, pengalaman, dan pertumbuhan pribadi.
2. Pendekatan terhadap Pengeluaran
Dalam frugal living, seseorang akan sangat selektif dalam mengeluarkan uang. Mereka akan mencari diskon, membandingkan harga, memanfaatkan kupon, dan berusaha mendapatkan nilai terbaik dari setiap pembelian.
Namun, mereka tidak selalu menghindari pengeluaran jika memang dianggap penting atau memberikan nilai jangka panjang.
Contoh: tetap membeli peralatan rumah tangga berkualitas tinggi meskipun lebih mahal, asalkan lebih tahan lama.
Di sisi lain, seorang minimalist cenderung menghindari pembelian barang baru kecuali memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat.
Jika membutuhkan barang untuk satu atau dua momentum saja, lebih memilih untuk meminjam, menyewa, atau membeli barang bekas jika memungkinkan.
Dalam hal ini, memang kebiasaan frugal living dan minimalism akan berkaitan satu sama lain.
3. Hubungan dengan Barang
Orang yang menerapkan frugal living melihat barang dari sudut pandang nilai guna dan harga.
Mereka akan mempertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan dan apakah harganya sepadan dengan manfaatnya.
Orang yang frugal living tetap memiliki banyak barang, tetapi setiap barang tersebut memiliki fungsi dan alasan kepemilikannya.
Namun sebaliknya, seorang minimalist akan memiliki hubungan yang lebih sedikit dengan barang.
Mereka akan secara aktif mengurangi kepemilikan mereka hingga hanya menyisakan barang-barang yang benar-benar mereka gunakan saja. Kualitas seringkali menjadi prioritas daripada kuantitas.
4. Fleksibilitas
Gaya hidup frugal living cenderung lebih fleksibel dalam hal pengeluaran.
Jika berkesempatan mendapatkan pengalaman berharga maupun membeli barang yang memang dibutuhkan dengan harga yang wajar, seorang frugalist pasti akan melakukannya.
Seorang frugalist lebih fleksibel, selama pengeluarannya tetap sesuai anggaran.
Namun, seorang minimalist cenderung lebih ketat dalam hal mengurangi kepemilikan. Proses decluttering atau mengurangi barang adalah bagian integral dari gaya hidup ini.
Jadi, pembelian barang baru akan mereka hindari sebisa mungkin.
5. Dampak Emosional
Kedua gaya hidup ini tentu saja memberikan dampak emosional yang positif.
Frugal living dapat memberikan kepuasan dan rasa aman karena seseorang merasa memiliki kendali atas keuangan mereka dan mampu mencapai tujuan finansialnya.
Terlebih lagi di situasi ekonomi seperti ini, seorang frugalist akan merasa aman karena punya dana darurat.
Sementara itu, seorang minimalist lebih sering punya perasaan lega, tenang, dan fokus karena terbebas dari beban materi dan distraksi akibat terlalu banyak barang.
Jadi, di ruangan pribadinya baik itu kamar atau ruang kerja, barang-barangnya sedikit sehingga akan terlihat lebih leluasa dan tidak sumpek.
Solusi Untuk Menangkis FOMO
Zaman sekarang, segalanya sudah tentang sosial media. Alhasil, melalui konten-konten iklan seperti link affiliate pun mendorong orang untuk konsumerisme.
Mereka takut ketinggalan tren apapun itu, sehingga secara tak sadar langsung checkout barang-barang yang ditampilkan pada konten iklan affiliate tersebut.
Sekadar thread di X tentang cara berpakaian sesuai bentuk tubuh, yang kemudian diberi beberapa rekomendasi pakaian beserta link tokonya, orang akan langsung menyerbu.
Padahal, kamu bisa saja mengenakan pakaian lama dan hanya perlu di-mix-and-match.
Terlebih lagi jika kamu follow influencer yang selalu memamerkan gadget terbaru atau fashion kekinian, pasti akan memicu keinginan untuk membelinya. Padahal, kamu pun tidak benar-benar membutuhkan barang tersebut.
Maka, ada solusi yang bisa kamu terapkan perlahan:
- Kurangi screen time di media sosial atau unfollow saja akun-akun yang selalu memamerkan barang-barang baru.
- Sebelum membeli sesuatu karena terpengaruh tren, tanyakan pada dirimu sendiri apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan. Pikirkan juga apakah barang tersebut akan memberikan nilai jangka panjang atau tidak.
- Jika memang butuh sesuatu yang sedang tren seperti gadget untuk menunjang pekerjaan, maka pertimbangkan untuk membeli versi sebelumnya dengan harga lebih terjangkau. Kamu juga bisa mencari barang bekas dengan berkualitas baik.
- Alihkan keinginan untuk membeli barang dengan mencari pengalaman yang berkesan yang tidak mahal. Misalnya seperti piknik di taman kota atau alun-alun, hiking di alam, hingga menghabiskan waktu berkualitas dengan orang terdekat. Kamu bisa juga memanfaatkan aplikasi atau platform komunitas untuk mencari kegiatan gratis.
- Tetapkan anggaran bulanan yang realistis. Alokasikan dana hanya untuk kebutuhan prioritas. Jadi, akan menangkis kebiasaan impulsif akibat FOMO.
Investasi, Solusi Jangka Panjang Seorang Frugalist
Salah satu tujuan utama dari frugal living adalah untuk memiliki lebih banyak uang yang bisa dialokasikan untuk hal-hal yang lebih penting di masa depan. Salah satu caranya adalah dengan investasi.
Seorang frugalist pasti punya pola pikir “daripada menghambur-hamburkan uang untuk mengikuti tren sesaat yang nilainya cenderung menurun, mending investasi ke instrumen yang bertahan dalam jangka waktu panjang.”
Alih-alih membeli smartphone terbaru setiap tahun, uangnya bisa kamu investasikan ke instrumen yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan.
Lagipula, kamu tidak harus berinvestasi pada instrumen yang high risk kok. Sebagai pemula, coba dulu dengan yang berisiko rendah seperti reksa dana pasar uang.
Mau Berinvestasi dalam Rangka Frugal Living?
Nah, itulah beberapa perbedaan frugal living dan minimalist. Keduanya punya poin utama yang sama, yakni demi kehidupan masa depan yang financial freedom.
Jika frugal living lebih fokus pada mengurangi daya beli, maka minimalist cenderung pada mengurangi barang-barang.
Jadi, daripada foya-foya demi FOMO belaka, kamu bisa berinvestasi saja.
Manfaatkan platform investasi digital yang semakin mudah diakses dengan modal kecil, salah satunya InvestasiKu. Sekalipun kamu masih pemula, tetap harus konsisten untuk berinvestasi setiap bulannya.
Tenang saja, ada banyak opsi instrumen investasi yang bisa kamu pilih, terutama dengan menyesuaikan profil risiko. Mulai dari saham, reksa dana, hingga obligasi.
Kamu bisa berinvestasi hanya lewat smartphone saja, salah satunya lewat aplikasi InvestasiKu.
Jangan khawatir sebab aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga aman dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.