Di dunia ekonomi maupun investasi, ada istilah capital outflow yang harus kamu pahami. Capital flow merujuk pada keluarnya aliran modal dari suatu negara ke luar negeri. Fenomena ini mungkin terlihat normal, apalagi saat investor asing menarik keuntungan mereka dari negara yang diinvestasikannya.
Namun jika terjadi secara besar-besaran, bisa jadi itu karena negara terkait tengah mengalami krisis ekonomi, ketidakstabilan politik, sehingga menimbulkan hilangnya kepercayaan terhadap negara tersebut.
Fenomena ini justru menjadi sinyal bahaya karena seluruh modal asing keluar, sehingga nilai mata uang bisa jatuh, pasar saham tertekan, dan cadangan devisa bahkan bisa menipis. Langsung saja simak bagaimana fenomena capital outflow ini terjadi!
Apa Itu Capital Outflow?
Capital outflow adalah pergerakan keluarnya dana, investasi, atau aset finansial dari suatu negara menuju negara lain. Pergerakan keluarnya dana atau modal ini dapat secara langsung (direct investment) maupun secara tidak langsung (indirect investment).
Bentuknya bisa bermacam-macam, antara lain:
- Investor asing menjual saham atau obligasi di pasar domestik lalu membawa uangnya keluar negeri.
- Perusahaan lokal menempatkan dana di luar negeri karena merasa lebih aman.
- Pemilik modal domestik mengalihkan asetnya ke dolar AS atau instrumen luar negeri untuk menghindari risiko di dalam negeri.
- Foreign Direct Investment (FDI) yakni upaya menanamkan modal dalam bentuk aset berwujud maupun tidak berwujud ke negara lain dalam jangka panjang. Biasanya kepemilikannya 10% pada saham perusahaan negara domestik.
- Mendirikan kantor cabang perusahaan yang sudah ada di dalam negeri.
- Trading company.
- Perilaku menyimpan kekayaannya di bank luar negeri, biasanya dilakukan oleh sebagian kelompok masyarakat tertentu.
Alasan paling klise bagi pihak yang melakukan penanaman modal di luar negeri alias capital outflow ini adalah untuk mencari bahan mentah atau komoditas perdagangan. Biasanya, memang dilakukan oleh negara-negara yang kekurangan sumber daya alam sebagai bahan baku.
Baca Juga: Poin Utama Metode Budgeting 50/30/20 Untuk Mengatur Keuangan Bulanan
Penyebab Capital Outflow
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan modal asing keluar dari suatu negara. Beberapa di antaranya adalah:
1. Ketidakstabilan Politik Negara
Aksi aliran modal asing keluar bisa terjadi karena negara terkait tengah tidak stabil politiknya. Seperti terjadi kudeta, kerusuhan, atau darurat militer tentu membuat investor asing takut.
Contohnya saat terjadi kudeta militer di Thailand pada tahun 2006 silam membuat investor asing menarik dana besar-besaran.
Capital outflow juga sempat terjadi di Indonesia pada awal September 2025 ini. Sejumlah dana Rp1,2 triliun mengalami capital outflow akibat gelombang demo yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia.
2. Krisis Ekonomi
Jika ekonomi negara melemah seperti adanya pertumbuhan melambat, inflasi tinggi, atau cadangan devisa menurun, tentu saja investor asing memilih keluar.
3. Perubahan Kebijakan Moneter Global
Kenaikan suku bunga di negara maju, terutama Amerika Serikat, sering memicu capital outflow dari negara berkembang.
Contohnya fenomena Taper Tantrum 2013 yakni reaksi panik para investor saat The Fed mengumumkan pengurangan stimulus moneter. Alhasil, para investor ini tidak hanya panik tetapi juga langsung melakukan capital outflow khususnya dari Indonesia, India, dan Brazil.
4. Risiko Nilai Tukar
Jika nilai tukar Rupiah melemah tajam, investor akan merasa khawatir nilai investasinya tergerus. Langsung saja mereka menarik modal dari negara yang diinvestasikan.
5. Krisis Kepercayaan
Jika suatu negara mengalami skandal korupsi besar, ketidakjelasan hukum, atau lemahnya regulasi tentu membuat investor asing kehilangan kepercayaan. Alhasil, langsung saja mereka melakukan capital outflow besar-besaran.
6. Pandemi
Pada pandemi Covid-19 silam, tidak hanya Indonesia saja yang mengalami capital outflow tetapi juga negara-negara berkembang lainnya. Pandemi ini memberikan dampak pada Indonesia berupa capital outflow mencapai Rp145,28 triliun.
Baca Juga: Bagaimana Tren Global Berpengaruh Pada Reksadana?
Dampak Capital Outflow
Capital outflow tidak hanya soal “uang keluar negeri” saja, tetapi justru berefek domino yang serius bagi ekonomi negara terkait, seperti:
1. Pelemahan Nilai Mata Uang
Ketika banyak investor asing menjual aset dalam nilai Rupiah dan menukarnya ke Dollar, tentu akan membuat permintaan Dollar melonjak. Akibatnya, nilai rupiah melemah.
Contoh: Saat krisis moneter Asia 1997, rupiah terjun bebas dari Rp2.500/USD menjadi lebih dari Rp15.000/USD.
2. Penurunan Pasar Saham
Ingat, investor asing adalah salah satu pemain besar di bursa saham. Jika mereka menjual saham secara masif, IHSG bisa jatuh tajam.
Contohnya saja pada krisis global 2008 silam, IHSG anjlok lebih dari 50% karena capital outflow sebesar Rp69,9 triliun.
3. Naiknya Yield Obligasi
Saat para investor asing yang keluar dari pasar obligasi negara, tentu membuat harga obligasi turun. Nah kalau harga obligasi turun, tentunya bikin yield (imbal hasil) naik. Artinya, pemerintah harus membayar bunga lebih mahal jika ingin berutang.
4. Berkurangnya Cadangan Devisa
Bank sentral biasanya menggunakan cadangan devisa untuk menstabilkan nilai tukar. Jika capital outflow terlalu besar, cadangan devisa bisa terkuras. Akibatnya, negara semakin rentan terhadap guncangan eksternal.
5. Menurunnya Kepercayaan Investor
Sadar gak kalau capital outflow itu menciptakan efek psikologis. Investor yang masih bertahan bisa ikut-ikutan keluar karena takut ketinggalan alias herd behavior. Akhirnya, lingkaran setan terbentuk yakni semakin banyak yang keluar, semakin dalam krisis yang terjadi.
Contoh Negara yang Pernah Capital Outflow
1. Indonesia – Krisis Moneter 1997-1998
Saat krisis Asia, rupiah ambruk lebih dari 80%. Investor asing beramai-ramai melakukan capital outflow dengan menarik dananya dari saham dan obligasi.
Akibatnya pasar saham jatuh parah, banyak bank kolaps, dan ekonomi terkontraksi lebih dari 13%. Secara langsung, capital outflow yang masif justru mempercepat krisis politik hingga jatuhnya rezim Orde Baru.
2. India – Taper Tantrum 2013
Ketika The Fed memberi sinyal pengurangan stimulus, investor global menarik modal dari negara berkembang, termasuk India dan Indonesia. Namun di India, mata uang Rupee melemah lebih dari 20% dalam beberapa bulan.
Kala itu, pasar saham India sempat tertekan, tetapi berhasil pulih setelah bank sentral mengambil langkah agresif.
3. Turki – Krisis Lira 2018
Pada tahun 2018, Turki sempat terjadi ketegangan politik dengan Amerika Serikat sehingga menyebabkan inflasi tinggi. Akibatnya, banyak investor asing keluar dari Turki.
Kala itu, nilai tukar Lira anjlok lebih dari 40% terhadap dolar. Tak hanya itu, bursa saham Istanbul jatuh, dan cadangan devisa terkuras.
4. Argentina – Krisis Peso 2018-2019
Pada tahun 2018, Argentina mengalami krisis Peso akibat hiperinflasi dan gagal bayar utang. Imbasnya, investor asing keluar dan mata uang Peso Argentina anjlok.
Saking hancurnya, pasar obligasi di Argentina, IMF bahkan terpaksa turun tangan memberikan suntikan dana.
5. Thailand – Kudeta Militer 2006
Aksi kudeta yang terjadi di Thailand pada tahun 2006 tentu membuat investor asing ragu dengan stabilitas politik Negara Gajah tersebut.
Bursa saham Bangkok (SET Index) sempat turun drastis, bahkan pemerintah harus menerapkan capital control atau pembatasan arus modal keluar untuk menahan capital outflow.
Sayangnya, kebijakan ini justru menimbulkan kepanikan tambahan.
Baca Juga: 25+ Saham BUMN yang Terdaftar di Bursa dari Berbagai Sektor
Minat Berinvestasi Sekarang?
Nah, itulah penjelasan tentang apa itu capital outflow yang menjadi momok bagi negara berkembang, terutama Indonesia. Fenomena serius ini dapat menghantam perekonomian suatu negara dari berbagai sisi seperti nilai mata uang, pasar saham, obligasi, hingga cadangan devisa.
Maka dari itu, pemerintah dan bank sentral harus selalu menjaga stabilitas politik maupun pasar domestik, memperkuat fundamental ekonomi, dan menjaga kepercayaan investor agar aliran modal tetap masuk, bukan keluar.
Nah, salah satu cara menjaga stabilitas pasar domestik adalah dengan mendorong investor lokal menanamkan modal. Baik itu berupa saham, reksadana, maupun obligasi bisa kamu investasikan demi stabilitas pasar domestik.
Dari segi saham, ada ASII, BBCA, WIFI, COIN, dan banyak lainnya. Lalu dari reksadana ada Mega Asset Greater Infrastructure, Cipta Dana Cash, Reksadana Pendapatan Tetap PNM Cinta Anak Bangsa Kelas Gold dan lainnya. Semua instrumen investasi itu ada di aplikasi InvestasiKu.
Jangan khawatir, aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga legal dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.
Sumber:
Tambunan, K. F., & Fauzie, S. (2014). Pengaruh Capital Inflow Dan Capital Outflow Di Indonesia Terhadap Nilai Tukar Rupiah. Jurnal Ekonomi Dan Keuangan, 2(5), 14797.