SAHAM
 

Drama Mie Gaga Vs Indomie - Sejarah, Kronologi, & Fakta

by William Fernandes - 06 Sep 2023 - Reviewed by Rifdah Fatin H.

 

Siapa pemilik Mie Gaga? Nah, pertanyaan ini cukup unik karena sedang viral Indomie vs Mie Gaga yang ternyata ada hubungan dan fakta mengejutkan dibalik keduanya. Apa saja itu? Yuk, kita simak artikel investasiKu berikut ini!

 

Viral Indomie vs Mie Gaga

Pasti kamu pernah makan mie instan, bukan? Makanan ini telah melahirkan berbagai merek yang bertebaran di pasaran, menjadi pilihan enak, ekonomis, dan sederhana dalam pembuatannya. Beberapa merek bahkan telah mencapai tingkat popularitas yang tinggi sehingga menjadi merek yang pertama terlintas ketika seseorang ingin menyantap atau membeli mie instan.

Salah satu contohnya adalah Indomie, sebuah merek mie instan yang telah meraih kesuksesan global dan diminati oleh masyarakat di berbagai negara. Asal mula nama Indomie sendiri adalah singkatan dari Indonesia-Mie dan mulai diperkenalkan ke publik pada tahun 1972. Jika Anda beranggapan bahwa Indomie merupakan karya dari perusahaan Grup Salim, yaitu Indofood, maka itu adalah sebuah kesalahpahaman.

Kenyataannya, Indomie lahir dari usaha Djajadi Djaja bersama dengan empat rekan bisnisnya, dan diperkenalkan kepada publik setelah dirilisnya produk Supermi.

 

Profil dan Perjalanan Bisnis Djajadi Djaja

Djajadi Djaja menjadi salah satu tokoh penting di dunia industri mie instan di Indonesia.

Lahir pada tahun 1941, pria ini memulai karirnya sebagai pengusaha pada tahun 1959 dan kemudian menjadi salah satu pendiri Sanmaru Food Manufacturing pada tahun 1964. Bersama dengan teman-temannya, Chow Ming Hua, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma, mereka mendirikan perusahaan tersebut yang kemudian mendorong lahirnya Indomie.

Dalam PT Sanmaru Food Manufacturing, Djajadi pernah menjabat sebagai Direktur dari tahun 1971 hingga 1978. Pada tahun 1982, grup Salim baru terlibat dalam bisnis mie instan dan meluncurkan merek Sarimi. Dengan posisinya yang kuat dalam industri tepung terigu melalui Bogasari, Salim kemudian memberikan tawaran agar kepemilikan Indomie beralih ke Grup Salim.

Tawaran ini kemudian diterima oleh Djajadi dan rekannya, dan pada tahun 1984, keduanya membentuk perusahaan patungan bernama PT Indofood Interna Corporation. Djajadi dan rekannya mendapatkan 57,5 persen saham sementara Salim mendapatkan 42,5 persen.

Namun, saat perusahaan Djajadi mengalami kendala keuangan pada tahun 1993, Grup Salim mengakhiri keterlibatannya dengan perusahaan Djajadi dan mengeluarkannya dari Indofood. Ini menyebabkan saham Djajadi dan rekannya di PT Indofood Interna sepenuhnya diambil alih oleh Salim.

Beruntungnya, Djajadi tetap memiliki beberapa jabatan lain, seperti menjadi Komisaris PT Slat Indah Mekar dari tahun 1981 hingga 1991. Dia juga menjabat sebagai Komisaris PT Cometstar Elektrindo dari tahun 1984 hingga 1991.

 

Djajadi Menggugat Indofood 

Dilansir dari CNBC Indonesia, pada artikel Wall Street Journal yang dipublikasikan pada 2 Februari 1999, berdasarkan dokumen yang diperoleh dari Dow Jones News Wire pada waktu itu, PT Wicaksana Overseas International yang dimiliki oleh Djajadi pernah berperan sebagai distributor produk Indofood.

Dalam tuntutannya yang diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Djajadi menuntut ganti rugi sebesar Rp620 miliar dari Indofood, termasuk Chief Executive Officer (CEO) Salim Group, Anthony Salim, serta tiga mantan pejabat Indofood, yaitu Ibrahim Risjad, Djuhar Sutanto, dan Sudwikatmono.

Saifullah, pengacara dari firma hukum Lubis, Santosa & Maulana di Jakarta yang mewakili Djajadi, mengonfirmasi bahwa Indofood dan keempat eksekutifnya dilaporkan atas praktik bisnis yang dianggap tidak etis oleh Djajadi terkait perjanjian jual beli saham pada pertengahan tahun 1980-an.

"Kami mendapati bahwa Djajadi terpaksa menjual 11 merek makanan kepada para terdakwa dengan harga hanya 30.000 rupiah, dan di antara merek-merek tersebut, tiga di antaranya merupakan merek yang sangat populer di Indonesia pada waktu itu," demikian pernyataan Saifullah.

 

Lahirnya Merek Mie Gaga

Selanjutnya, Djajadi melanjutkan usaha produksi mie instan di bawah naungan perusahaan yang dikenal sebagai PT Jakarana Tama. Di entitas bisnis barunya ini, ia juga tidak hanya fokus pada produksi makanan kalengan, sosis siap saji, dan bumbu penyedap. 

PT Jakarana Tama terkenal sebagai perusahaan yang menghasilkan Mie Gaga. Perusahaan ini juga memproduksi beberapa merek mie instan lain seperti "100," "1000," Mie Gepeng, Mie Telor A1, Otak-otak, hingga Sosis Loncat. Djajadi menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Jakarana Tama dari tahun 1991 hingga 2006. Setelah tahun 2006, perannya berubah menjadi Komisaris PT Jakarana Tama.

 

Beli saham di investasiKu dapet cashback points

 
Share this article via :
whatsapp-investasiku
 
InvestasiKu-footer
 

#YukInvestasiKu For Better Tomorrow

Download aplikasi InvestasiKu di Android, iOS, dan Windows serta nikmati kemudahan berinvestasi saham, reksa dana, obligasi, dan rencana keuangan

 
Download di Google Play Download di App Store Download desktop version
 

InvestasiKu adalah produk dari PT Mega Capital Sekuritas

Menara Bank Mega, Lantai 2, Jalan Kapten Tendean Kavling 12-14A,
RT 002/RW 002, Kelurahan Mampang Prapatan,
Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Kode Pos 12790

Telepon : 021-79175599
Email : customer.care@investasiku.id
WhatsApp : +6282260904080

 
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Spotify
  • LinkedIn
  • Facebook
  • Twitter
Eduvest
 

©2024 InvestasiKu. All rights reserved.

InvestasiKu adalah aplikasi finansial yang dikelola dan dikembangkan oleh PT Mega Capital Sekuritas, dengan misi membuka akses lebih luas bagi masyarakat pada produk-produk keuangan dengan mudah, aman dan terjangkau. Semua transaksi saham, reksa dana, dan obligasi difasilitasi oleh PT Mega Capital Sekuritas sebagai broker saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sekaligus agen penjual reksa dana yang memiliki izin usaha dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan

OJK
KOMINFO