PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI berencana membuka kantor cabang di Arab Saudi, pada tahun 2024.
Langkah ini dilakukan untuk memanfaatkan potensi pasar jemaah haji dan umroh asal Indonesia, yang mencapai hampir Rp100 triliun per tahun.
BSI juga ingin menunjukkan eksistensinya sebagai bank syariah terbesar di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia.
Sedang Proses Perizinan
Direktur Treasury & International Banking BSI Moh Adib mengatakan bahwa perseroan telah mengajukan permohonan perizinan untuk membuka kantor cabang di Arab Saudi kepada otoritas setempat, yaitu Saudi Arabian Monetary Authority (SAMA).
Proses perizinan ini diharapkan dapat selesai pada kuartal I atau kuartal II 2024.
Adib mengakui bahwa proses perizinan ini tidak mudah, karena Arab Saudi memiliki regulasi yang ketat dan selektif terhadap bank asing yang ingin masuk ke negaranya.
Oleh karena itu, BSI terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, baik dari sisi bisnis maupun pemerintah, untuk mempercepat proses perizinan ini.
"Kami terus berupaya untuk mendapatkan izin dari SAMA. Kami juga berkomunikasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi di Indonesia untuk mendapatkan dukungan dari sisi G2G (government to government)," ujar Adib dalam konferensi pers virtual, Selasa (6/2/2024).
Potensi Pasar
Adib menjelaskan bahwa alasan BSI ingin membuka kantor cabang di Arab Saudi adalah untuk menggarap potensi pasar jemaah haji dan umroh asal Indonesia, yang merupakan salah satu pasar terbesar di dunia.
Menurut data Kementerian Agama, setiap tahun Indonesia mengirimkan sekitar 220.000 jemaah haji dan lebih dari 1 juta jemaah umroh ke Arab Saudi.
Dengan adanya kantor cabang di Arab Saudi, BSI dapat memberikan layanan transaksi pembayaran kepada jemaah haji dan umroh melalui BSI, tanpa harus menukar mata uang rupiah ke riyal.
Selain itu, BSI juga dapat memberikan layanan lain, seperti pembiayaan, tabungan, dan investasi, yang sesuai dengan prinsip syariah.
"Kami ingin memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada jemaah haji dan umroh asal Indonesia, yang merupakan salah satu segmen pasar kami. Kami juga ingin meningkatkan pendapatan fee based income kami dari layanan transaksi internasional," kata Adib.
Adib menambahkan bahwa potensi pasar jemaah haji dan umroh asal Indonesia mencapai hampir Rp100 triliun per tahun, dengan asumsi rata-rata biaya per jemaah haji sebesar Rp35 juta dan per jamaah umroh sebesar Rp25 juta.
Dari jumlah tersebut, BSI menargetkan dapat mengambil porsi sebesar 10 persen, atau sekitar Rp10 triliun per tahun.
Eksistensi Global
Selain untuk menggarap potensi pasar jemaah haji dan umroh, pembukaan kantor cabang di Arab Saudi juga merupakan bagian dari strategi BSI untuk menunjukkan eksistensinya sebagai bank syariah terbesar di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia.
BSI ingin menjadi pemain global di bidang perbankan syariah, dan berkontribusi bagi pengembangan ekonomi syariah di dunia.
"Kami ingin menunjukkan bahwa bank syariah Indonesia tidak kalah dengan bank syariah lain di dunia. Kami ingin menjadi role model dan benchmark bagi bank syariah lain, baik di regional maupun global," ucap Adib.
Sebelumnya, BSI telah mendapatkan lisensi penuh (full license) untuk membuka kantor cabang di Dubai, Uni Emirat Arab, pada tahun 2023.
Dengan lisensi ini, BSI dapat menjalankan berbagai layanan, seperti transaksi ekspor-impor, sindikasi, desk capital market, dan agen untuk sukuk.
BSI juga berencana untuk membuka kantor cabang di negara-negara lain, seperti Malaysia, Singapura, dan Turki.