Daftar Isi
Bukan cuma kamu saja kok, yang takut, khawatir dan panik ketika membeli saham. Ya! Takut tiba-tiba sahamnya anjlok, jatuh, bahkan sampai tembus kerugian yang cukup besar.
“Kalau gitu tadi langsung cut loss aja! Andai saja tahu kalau bakal …….”
Nggak apa-apa, menyesal pasti ada, namanya juga manusia! Maka dari itu, modal berinvestasi tuh, bukan hanya uang saja. Tapi juga berupa pengetahuan, mental, dan prinsip.
Pentingnya Memiliki Prinsip Investasi
Jadi gini Kawan, setiap manusia yang hidup di dunia saja, pasti punya prinsip. Nah, prinsip hidup masing-masing dari kita juga berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Sama, ketika berinvestasi juga kita harus punya prinsip. Bahkan, tokoh-tokoh investor ternama juga punya prinsip investasi, yang bisa membuat dirinya yakin dan menjadi kaya, dari berinvestasi.
Prinsip Investasi Warren Buffett
Siapa yang tidak tahu Warren Buffett? Ya, tokoh investor ternama di dunia ini, pernah bertengger di top 5 orang terkaya di dunia berkat investasi saham.
Hal yang membuat dirinya menjadi kaya seperti sekarang ini, salah satunya adalah memiliki prinsip. Apa prinsip investasi yang dimiliki Warren Buffett?
Prinsipnya adalah “Be greedy when others are fearful".
Mengenal Prinsip Be Greedy When Others are Fearful
Oke, pengertian dari “be greedy when others are fearful” sendiri adalah sebuah prinsip dalam investasi, yang didasarkan pada pemikiran bahwa saat pasar saham sedang jatuh atau kondisi ekonomi tidak stabil, ada peluang untuk membeli saham atau aset lainnya, dengan harga yang lebih rendah, dibandingkan dengan harga pasar saat ini.
Prinsip ini didasarkan pada keyakinan bahwa, kondisi pasar akan pulih dalam jangka panjang, dan aset yang dibeli saat harganya rendah akan menghasilkan keuntungan besar, ketika harga kembali naik.
Namun, prinsip ini juga harus diterapkan dengan benar dan tidak asal. Gimana caranya? Idealnya, kamu bisa membeli saham atau aset lainnya, saat harganya rendah dan menjualnya saat harga naik.
Sehingga, transaksi tersebut akan menghasilkan keuntungan dari perbedaan harga tersebut. Akan tetapi, prinsip ini tentu tidak selalu mudah untuk diikuti. Mengapa?
Karena, untuk menerapkan prinsip ini memerlukan ketekunan dan keberanian, untuk membeli saham atau aset saat harga sedang rendah, ketika kebanyakan orang lain cenderung menjauh dari pasar.
Namun tetap harus diingat, investasi selalu diiringi dengan risiko. Sehingga, saat transaksi harus disertai dengan analisis fundamental yang baik, dan riset pasar untuk menentukan saham yang berpotensi menguntungkan.
Gunakan Fear and Greed Index Saat Berinvestasi
Jika kamu tahu, bahwa Warren Buffett juga punya kutipan populer, tentang ketakutan dan keserakahan, yakni:
“Serakahlah ketika orang lain takut, dan takutlah ketika orang lain serakah.” Kutipan itu bukan hanya jadi peringatan, tetapi justru bisa menjadi penentu waktu yang tepat untuk berinvestasi atau merealisasikan keuntungan.
Kamu bisa gunakan Fear and Greed Index atau indikator ketakutan dan tamak. Jadi, fear and greed index adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kecenderungan investor, di pasar saham untuk merasa takut atau tamak.
Nah, indeks ini juga didasarkan pada beberapa faktor, seperti harga saham, volatilitas, momentum, dan jumlah pembelian dan penjualan saham.
Indeks ini mengukur tingkat ketakutan atau tamak dengan mengkombinasikan data dari berbagai sumber, seperti perubahan harga saham, volatilitas harga, dan jumlah pembelian dan penjualan saham, yang diolah menjadi skala dari 0 hingga 100.
Skor yang lebih rendah menunjukkan tingkat ketakutan yang lebih tinggi, sementara skor yang lebih tinggi menunjukkan tingkat tamak yang lebih tinggi.
Indeks ini berguna untuk memberikan pandangan umum tentang kondisi pasar saham saat ini. Selain itu, juga bisa menunjukkan apakah investor sedang menjadi lebih takut atau tamak.
Beberapa penyedia indeks ini menyediakan grafik historis yang dapat digunakan untuk menganalisis tren dan pola, dalam tingkat ketakutan atau tamak investor.
Namun, perlu diingat bahwa Indeks ini adalah alat bantu dalam menentukan posisi investasi, tetapi tidak selalu dapat menjadi acuan pasti.