Daftar Isi
Baru mau main saham? Tapi, nggak ngerti siklus saham seperti apa? Terlebih, pergerakan saham sering naik turun, dengan jangka waktu yang sulit ditebak.
Nah, biar kamu paham,
Yuk pelajari siklus saham berikut ini, agar kamu bisa dengan mudah memprediksi arah pergerakan suatu saham, di waktu berikutnya. Apakah akan naik, stabil, atau turun.
4 Siklus Saham: Akumulasi, Mark Up, Distribusi, dan Mark Down
1. Akumulasi
Di siklus saham pertama ada fase akumulasi yang berada di stage 1. Pada fase ini, posisi saham biasanya berada di bawah dengan harga saham yang cukup murah untuk dibeli.
Karena harganya sedang turun atau karena posisinya berada di bawah, maka menyebabkan banyaknya permintaan beli yang lebih dominan, ketimbang jual.
Seperti diobral, sehingga saham tersebut banyak dibeli dan selanjutnya terjadi kenaikan harga saham, meskipun hal tersebut belum terlihat secara signifikan.
Tapi, dari fase akumulasi ini, kira-kira kapan kamu bisa mengetahui bahwa saham tersebut akan beralih menuju ke fase berikutnya?
Di sinilah kamu harus menerapkan analisis teknikal. Intinya, fase akan beralih menuju fase berikutnya ketika sudah terjadi breakout oleh para trader terhadap pembelian, karena aktivitas transaksi yang berlebihan.
Baca juga: Harga Saham Naik Turun: 8 Faktor yang Berkaitan Erat
2. Mark Up
Seperti yang sudah dijelaskan sedikit di poin sebelumnya, bahwa siklus saham selanjutnya setelah akumulasi (fase terendah), akan muncul kondisi breakout, sehingga masuk ke fase mark up.
Fase mark up sendiri merupakan fase dimana kondisi pasar saham menunjukkan siklus yang bergerak naik. Di fase ini, biasanya akan ada banyak trader retail, yang ikutan membeli saham.
Dari yang awalnya berada di posisi terendah, dan harga saham mulai naik, di situ banyak trader ritel yang sebelumnya mungkin belum sempat membeli saham di harga bawah, dan akhirnya melakukan pembelian.
Ketika hal tersebut terjadi, harga saham mulai naik, dan akan semakin naik dengan durasi yang cukup cepat. Akhirnya, harga saham sudah dianggap mahal, dan dalam siklus saham bisa digambarkan dalam grafik akan membentuk higher high.
3. Distribusi
Di fase ini, akan mendominasi aksi jual atau profit taking dari pelaku pasar, yang juga mulai jenuh untuk melakukan pembelian. Sehingga, harga saham juga akan semakin menurun kembali, dan mulai bergerak ke posisi stagnan/stabil atau istilahnya adalah sideways.
Intinya, di fase distribusi dalam siklus saham ini, tekanan jual (offer) akan lebih mendominasi ketimbang, permintaan beli (bid), bahkan mungkin akan menghasilkan gerakan kecil naik turun yang tidak terlalu signifikan.
Fase ini ditandai dengan harga saham yang mendadak turun drastis, dengan volume transaksi yang besar. Lalu harga saham mulai naik kembali, dengan volume transaksi yang kecil.
Sampai kapan fase ini akan berjalan? Biasanya, sampai target jual saham dari para investor-investor besar telah mencapai targetnya. Jika sudah terjadi kondisi seperti itu, harga saham akan kembali menurun, bahkan sampai tidak ada saya beli.
Tapi, tidak semua fase akan mengalami siklus seperti ini, karena belum tentu saham yang ada di stage 3 ini, akan mengalami ke fase penurunan harga saham.
Baca Juga: 6 Ciri Saham Gorengan, Cara Cuan, & Tips Anti Guyur Bandar!
4. Mark Down
Di siklus terakhir ini ada fase mark down, yang menggambarkan penurunan harga saham. Hal ini terjadi karena saham-saham yang sebelumnya sudah dibeli bandar, sudah dilepaskan pada fase distribusi.
Sehingga, kini saham-saham yang beredar di pasar saham, lebih dikendalikan oleh para retail, yang strategi jual-beli-nya berbeda-beda.
Perlu diketahui juga dimana pada fase ini, tidak jarang terjadi ‘panic selling’. Di mana para trader ritel akan khawatir ketika melihat harga saham mulai jatuh bahkan sudah mencapai level terendah, hampir kembali ke stage 1 atau akumulasi.
Sehingga, mereka akan ikut menjual sahamnya dan penurunan harga saham juga akan semakin menukik tajam.