Salah satu instrumen investasi yang kian naik namanya adalah reksadana, meskipun belum sepopuler saham. Hal ini karena masih banyak mitos reksadana yang beredar, terutama di kalangan masyarakat awam atau yang tinggal di daerah pedesaan.
Banyak orang yang masih menganggap reksadana itu mirip arisan bodong atau bahkan judi. Padahal sejatinya, reksadana tidak demikian.
Langsung saja simak apa saja mitos reksadana yang kerap beredar di masyarakat sekaligus faktanya.
1. “Reksadana itu sama kayak judi, bisa untung atau rugi tanpa jelas”
Mitos reksadana yang paling sering beredar adalah instrumen investasi ini mirip dengan judi karena hasilnya tidak pasti. Biasanya, pandangan ini muncul di daerah pedesaan yang mana masyarakat masih awam dengan istilah reksadana hingga definisi sebenarnya.
Selain itu, masyarakat pedesaan juga masih terbiasa dengan sesuatu yang hasilnya terlihat jelas, seperti menabung di bank.
Fakta: Reksadana bukan judi.
Dana pada instrumen investasi ini dikelola oleh Manajer Investasi profesional yang kemudian menginvestasikan di berbagai instrumen keuangan seperti saham, obligasi, maupun deposito. Memang tetap ada risiko fluktuasi, tetapi tetap berdasarkan analisis data, bukan untung-untungan semata.
Lagipula, kamu analisis data tersebut akan kamu terima setiap bulannya dalam bentuk fund fact sheet.
2. “Uang bisa hilang begitu saja kalau invest di reksa dana”
Mayoritas orang tentu akan ikut khawatir ketika ada ada cerita orang rugi besar di saham. Alhasil, menganggap semua jenis investasi itu sama.
Fakta: Nilai reksa dana memang bisa naik-turun, tapi uang tidak langsung “hilang.”
Prinsip investasi adalah high return-high risk dan semua instrumen investasi memiliki risiko masing-masing. Nah pada reksadana, risiko terbesarnya adalah penurunan nilai sementara.
Selain itu, reksa dana juga diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sehingga lebih aman dibanding investasi bodong.
3. Reksa dana itu hanya untuk orang kaya”
Di banyak desa, investasi selalu dianggap sebagai “hobi” untuk orang yang punya banyak uang. Alhasil, masyarakat awam merasa kalau modal kecil tidak akan berpeluang apapun.
Fakta: Reksa dana bisa dimulai dari Rp10.000–Rp100.000.
Jadi, semua orang bisa mulai berinvestasi tanpa harus menunggu jadi orang kaya terlebih dahulu. Misalnya pada Reksadana Avrist Emerald Stable Fund, minimal pembeliannya adalah Rp10.000, pun demikian dengan pembelian selanjutnya.
Baca Juga: 8+ Macam Investasi Beserta Kelebihan dan Kekurangannya, Apa Saja?
4. “Kalau butuh uang, dana di reksadana susah dicairkan”
Sebagian orang takut karena menganggap uang yang diinvestasikan akan terikat dan tidak bisa ditarik. Mengingat setiap individu itu punya kebutuhan masing-masing, sehingga bisa saja setelah setahun berinvestasi reksadana, individu ternyata membutuhkan dana tersebut.
Fakta: Reksa dana sangat likuid.
Biasanya pencairan hanya butuh 1–3 hari kerja, bergantung produknya. Pada reksadana pasar uang, pencairan bisa lebih cepat.
5. “Reksa dana pasti bikin kaya cepat”
Mitos reksadana yang lain adalah anggapan bahwa investasi yang satu ini bisa langsung melipatgandakan uang dalam waktu singkat. Secara langsung, berkaitan dengan mitos “investasi bodong”.
Fakta: Reksa dana adalah investasi jangka menengah–panjang.
Artinya, keuntungan tidak datang dalam semalam, tetapi butuh waktu agar bunga berbunga (efek compounding) bisa terasa.
6. “Reksa dana sama dengan menabung di bank”
Di pedesaan, kebanyakan hanya mengenal konsep menabung. Saat ditawari reksadana, mereka cenderung membayangkannya sama dengan tabungan biasa.
Fakta: Tabungan berbeda dengan reksadana.
Tabungan memberikan bunga tetap dan dijamin LPS, sementara reksa dana nilainya bisa naik atau turun sesuai kondisi pasar. Return reksa dana juga bisa lebih tinggi, tetap tetap ada risiko.
7. “Kalau manajer investasi kabur, uang saya hilang”
Masyarakat awam sering mencampuradukkan reksa dana dengan kasus investasi bodong. Terlebih lagi, investasi reksadana dikelola oleh suatu lembaga.
Fakta: Reksa dana diawasi OJK.
Artinya, dana investor tidak disimpan oleh manajer investasi, melainkan oleh bank kustodian yang fungsinya menjaga keamanan aset. Pengelolaan dana investor baru dipegang oleh manajer investasi.
Baca Juga: Apa Itu Reksa Dana? Bisa Jadi Pintu Gerbang Investasi Bagi Pemula
8. “Investasi reksa dana harus pintar ekonomi dulu”
Banyak orang merasa tidak punya kemampuan analisis pasar, sehingga takut berinvestasi. Orang-orang tersebut cenderung menyamakan reksadana dengan saham, yang mana harus memiliki pengetahuan membaca grafik saham.
Fakta: Justru analisis dilakukan oleh manajer investasi.
Yap, manajer investasi lah yang berperan menganalisis, sementara investor cukup memilih jenis reksa dana sesuai tujuan dan profil risikonya. Bisa dibilang, reksadana adalah opsi cerdas investor yang sibuk atau belum bisa membaca grafik saham, tetapi tetap ingin berinvestasi.
9. “Reksa dana hanya ada satu jenis”
Banyak orang masih mengira bahwa reksadana itu hanya satu produk tunggal.
Fakta: Reksa dana ada beberapa jenis.
Mulai dari reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan reksadana saham. Masing-masing jenis reksadana itu memiliki risiko masing-masing yang menyesuaikan profil risiko investor.
10. “Kalau harga turun, lebih baik langsung tarik semua”
Banyak investor pemula panik saat harga reksa dana turun sedikit. Alhasil, mereka akan langsung menarik semua dana begitu saja.
Fakta: Turunnya nilai reksa dana belum tentu kerugian permanen.
Pasar modal itu selalu memiliki siklus naik,-turun. Justru dengan bertahan, investor bisa menikmati kenaikan kembali di masa depan.
11. “Kalau investasi reksa dana, saya tidak bisa sambil usaha”
Sebagian masyarakat berpikir investasi hanya untuk mereka yang tidak punya usaha sampingan. Ada juga anggapan bahwa jika sudah investasi reksadana, maka tidak perlu bekerja lagi.
Fakta: Reksa dana justru bisa melengkapi.
Jadi, uang hasil usaha bisa ditempatkan di reksa dana agar nilainya berkembang, sembari tetap bekerja atau menjalankan usaha.
Baca Juga: Manajer Investasi - Sosok Kapten dalam Kesuksesan Investasi Reksadana
Siap Berinvestasi Reksadana?
Nah, itulah penjelasan tentang apa saja mitos dan fakta reksadana yang sering beredar di khalayak umum. Sejatinya, reksadana itu berbeda dengan tabungan di bank atau bahkan deposito. Sebelum memilih produk reksadana jenis apa yang cocok, kamu perlu cek profil risiko terlebih dahulu.
Jika profil risiko sudah ditentukan, baru deh kamu memilih jenis reksadana. Ingat, selalu baca fund fact sheet yang sudah diterbitkan pada bulan-bulan sebelumnya. Reksadana pasar uang hingga reksadana syariah dapat kamu investasikan melalui aplikasi InvestasiKu.
Jangan khawatir, aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga legal dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.