Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) atau ketakutan akan ketinggalan sesuatu telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan modern.
Di era digital media sosial memainkan peran besar dalam memperkuat FOMO. Hal ini karena kita terus-menerus terpapar oleh kehidupan glamor dan tren terbaru yang dipamerkan oleh teman-teman, selebriti, dan influencer.
Salah satu manifestasi paling merugikan dari FOMO adalah budaya belanja yang berlebihan, yang justru dapat mengarah pada masalah keuangan serius dan bahkan kemiskinan.
Artikel ini akan membahas bagaimana budaya belanja FOMO dapat menyebabkan kemiskinan, serta strategi untuk mengatasi dan menghindarinya.
Memahami FOMO dan Dampaknya Pada Perilaku Belanja
Apa Itu FOMO?
FOMO adalah perasaan cemas atau takut ketinggalan tren, perasaan takut orang lain mengalami pengalaman yang lebih baik atau lebih menarik daripada yang kita alami.
Ini sering kali diperparah oleh media sosial. Dimana kita melihat postingan tentang liburan mewah, gadget terbaru, fashion dan kuliner terkini, dan gaya hidup yang tampaknya sempurna.
Bagaimana FOMO Mempengaruhi Perilaku Belanja?
FOMO dapat mendorong perilaku belanja yang tidak sehat dan impulsif. Ketika seseorang merasa bahwa mereka harus memiliki atau mengalami sesuatu yang sedang tren untuk tetap relevan atau diterima, mereka cenderung mengeluarkan uang tanpa pertimbangan yang matang.
Beberapa contoh perilaku belanja yang dipengaruhi oleh FOMO termasuk:
- Membeli Pakaian dan Aksesori Terbaru:
- Tren mode yang terus berubah membuat banyak orang merasa harus selalu memiliki pakaian dan aksesori terbaru untuk tetap "in".
- Pengeluaran untuk fashion cepat (fast fashion) ini dapat menumpuk dan menghabiskan anggaran bulanan.
- Menghadiri Acara dan Festival Populer:
- Keinginan untuk tidak ketinggalan acara besar seperti konser, festival musik, dan pesta sosial mendorong orang untuk mengeluarkan uang yang banyak.
- Biaya tiket, transportasi, dan konsumsi selama acara ini dapat sangat mahal.
- Mengikuti Tren Gadget dan Teknologi:
- Setiap kali ada peluncuran gadget baru, banyak orang merasa perlu segera memilikinya meskipun gadget lama masih berfungsi dengan baik.
- Pembelian gadget terbaru yang tidak diperlukan mengakibatkan pemborosan uang.
- Liburan Mewah:
- Media sosial penuh dengan foto-foto liburan eksotis, mendorong orang untuk berlibur di tempat yang sama atau lebih mahal.
- Biaya perjalanan, akomodasi, dan kegiatan selama liburan bisa sangat tinggi, menguras tabungan.
- Berbelanja Online Tanpa Rencana:
- Flash sale, promosi, dan diskon di platform belanja online seringkali memicu pembelian impulsif.
- Tanpa perencanaan, belanja online bisa menjadi pengeluaran yang tidak terkontrol.
Dampak Negatif Budaya Belanja FOMO
1. Pengeluaran Tidak Terkontrol
Budaya belanja FOMO membuat seseorang sulit mengendalikan pengeluaran mereka. Mereka cenderung membeli barang-barang yang tidak diperlukan hanya karena takut ketinggalan tren.
2. Hutang Konsumtif
Banyak orang menggunakan kartu kredit atau pinjaman untuk membiayai gaya hidup yang dipengaruhi oleh FOMO.
Akibatnya, mereka seringkali terjebak dalam hutang konsumtif dengan bunga yang tinggi.
3. Kurangnya Tabungan dan Investasi
Fokus pada belanja dan pengeluaran impulsif menghambat kemampuan seseorang untuk menabung dan berinvestasi. Tanpa tabungan atau investasi, mereka tidak memiliki bantalan finansial untuk menghadapi keadaan darurat atau merencanakan masa depan.
4. Stres dan Kecemasan Finansial
Ketika pengeluaran melebihi pendapatan, hal ini dapat menyebabkan stres dan kecemasan tentang kondisi keuangan.
Kekhawatiran tentang bagaimana membayar tagihan atau memenuhi kebutuhan di masa depan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik.
5. Penurunan Kualitas Hidup
Pengeluaran berlebihan untuk memenuhi kebutuhan FOMO seringkali mengorbankan pengeluaran untuk kebutuhan dasar seperti makanan, perawatan kesehatan, dan pendidikan. Ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.
Baca Juga: Latte Effect, Kebiasaan Tanpa Sadar Mempengaruhi Kondisi Keuangan
Strategi Mengatasi dan Menghindari Budaya Belanja FOMO
1. Membuat Anggaran dan Rencana Keuangan
Memiliki anggaran bulanan yang jelas dan rencana keuangan jangka panjang adalah langkah pertama untuk mengendalikan pengeluaran.
Anggaran membantu memastikan bahwa pendapatan dialokasikan dengan bijak untuk kebutuhan, tabungan, dan investasi.
Langkah Praktis:
- Buat daftar pendapatan dan pengeluaran bulanan.
- Tentukan prioritas keuangan seperti menabung, membayar hutang, dan kebutuhan sehari-hari sebelum mengalokasikan uang untuk hiburan atau pengeluaran lainnya.
2. Menetapkan Tujuan Keuangan yang Spesifik
Menetapkan tujuan keuangan yang spesifik dan realistis dapat memberikan motivasi untuk menabung dan berinvestasi. Misalnya, menabung untuk membeli rumah, pendidikan anak, atau dana pensiun.
Langkah Praktis:
- Tetapkan tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang.
- Buat rencana yang terukur untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan pantau kemajuan secara berkala.
3. Menghindari Pengeluaran Impulsif
Sebelum melakukan pembelian, tunda keputusan selama 24 jam untuk mempertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar diperlukan. Hal ini membantu mengurangi pengeluaran impulsif yang dipicu oleh FOMO.
Langkah Praktis:
- Buat daftar belanja sebelum pergi berbelanja, baik secara online maupun offline.
- Hanya beli barang yang ada dalam daftar belanja dan hindari godaan diskon yang tidak relevan dengan kebutuhan.
4. Kurangi Waktu di Media Sosial
Batasi waktu yang dihabiskan di media sosial untuk mengurangi tekanan sosial dan keinginan untuk mengikuti tren yang tidak perlu.
Fokuslah pada apa yang benar-benar penting dan bermanfaat bagi diri sendiri.
Langkah Praktis:
- Tentukan batas waktu harian untuk penggunaan media sosial.
- Fokus pada aktivitas yang lebih produktif dan memberikan nilai tambah bagi diri sendiri.
5. Pilih Hiburan yang Hemat Biaya
Cari alternatif hiburan yang lebih hemat biaya. Misalnya, menghabiskan waktu dengan keluarga atau teman di rumah, mengikuti kegiatan komunitas, atau menikmati alam sekitar tanpa harus mengeluarkan banyak uang.
Langkah Praktis:
- Buat daftar aktivitas hiburan yang murah atau gratis.
- Jadikan kebiasaan untuk menikmati waktu luang tanpa harus selalu mengeluarkan uang banyak.
6. Berbagi Pengalaman dan Belajar dari Orang Lain
Bergabunglah dengan komunitas atau kelompok yang memiliki minat yang sama dalam mengelola keuangan.
Berbagi pengalaman dan belajar dari orang lain dapat memberikan wawasan dan motivasi untuk mengelola keuangan dengan lebih baik.
Langkah Praktis:
- Ikuti forum atau grup diskusi online yang membahas pengelolaan keuangan.
- Berpartisipasi dalam acara atau workshop tentang manajemen keuangan.
Kesimpulan
Budaya belanja FOMO bisa sangat merugikan jika tidak dikendalikan. Keinginan untuk selalu up-to-date dengan tren terbaru dan mengikuti gaya hidup yang dipromosikan di media sosial dapat menyebabkan pengeluaran yang tidak terkontrol, hutang yang menumpuk, dan kurangnya tabungan serta investasi.
Untuk mengatasi dampak negatif budaya belanja FOMO, penting untuk membuat anggaran dan rencana keuangan, menetapkan tujuan keuangan yang spesifik, menghindari pengeluaran impulsif, dan mengurangi waktu di media sosial.
Pilihlah hiburan yang hemat biaya, investasi dalam pendidikan dan keterampilan, dan berbagi pengalaman dengan komunitas yang peduli tentang manajemen keuangan untuk belajar buat keputusan keuangan yang bijaksana untuk mencapai stabilitas finansial jangka panjang.
Dengan demikian, kita dapat menghindari jebakan FOMO dan membangun masa depan finansial yang lebih aman dan sejahtera.
Untuk menghindari kerugian di masa depan, ada baiknya jika kamu segera berinvestasi baik dalam produk saham maupun reksadana. Salah satunya melalui platform InvestasiKu yang terjamin aman sebab telah diawasi oleh OJK.
Nah, jika kamu penasaran dengan bagaimana budaya belanja FOMO bisa membuat miskin, coba deh simak video berikut ini supaya lebih paham!