Di era media sosial, banyak orang flexing hasil investasinya di media sosial. Produk investasi apapun itu, pasti orang berlomba-lomba menunjukkan grafik pertumbuhan saham maupun reksadana, dengan mengunggah screenshot-nya ke sosial media. Tak jarang, diberi cerita bahwa portofolionya naik sekian persen dalam waktu singkat.
Bagi investor pemula, konten-konten tersebut tentu menimbulkan rasa penasaran. Alhasil, muncul FOMO dalam benak mereka.
Lantas, bolehkah kita membandingkan portofolio investasi milik sendiri dengan orang lain? Apakah itu berguna, atau justru hanya menambah beban hidup? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Apakah Boleh Membandingkan Portofolio Investasi?
Jawabannya boleh, tapi dengan batasan yang sehat.
Maksudnya, kamu boleh saja kok membandingkan portofolio bisa bermanfaat jika tujuannya untuk belajar. Lihat saja bagaimana orang lain mengatur alokasi aset, atau strategi dalam mengelola risiko. Dari situ, kamu bisa menilai apakah ada hal yang bisa diterapkan dalam portofoliomu.
Namun ingat, membandingkan portofolio tidak boleh dijadikan dasar utama dalam mengambil keputusan investasi karena kondisi finansial, tujuan investasi, dan profil risiko setiap orang itu berbeda.
Jika terlalu sering membandingkan portofolio dengan orang lain, justru kamu akan merasa overthinking hingga merasa tertinggal. Semakin lama, perasaan tersebut terus memenuhi pikiran dan timbullah frustrasi.
Ada pepatah “comparing is killer of joy”. Artinya, terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain akan membuatmu sulit menghargai progress sendiri.
Ada beberapa waktu kamu bisa melakukan perbandingan portofolio investasi ini, yakni:
- Saat ingin mencari referensi strategi diversifikasi.
- Ketika kamu ingin belajar bagaimana investor lain mengelola risiko investasinya.
- Jika tujuannya memang untuk belajar pola pikir, bukan untuk menyalin mentah-mentah pada portofolio milik sendiri.
Dengan kata lain, membandingkan boleh dilakukan hanya sebagai inspirasi, bukan sebagai ajakan untuk langsung meniru.
Hal-Hal yang Boleh Dibandingkan
1. Strategi investasi
Misalnya, orang lain menaruh 70% di reksadana saham dan 30% di obligasi. Kamu bisa belajar logika di balik strategi itu, lalu menilai apakah sesuai dengan tujuan keuanganmu.
2. Diversifikasi aset
Membandingkan seberapa luas orang lain menyebar investasinya bisa membuka wawasan. Kamu bisa mengevaluasi apakah portofoliomu terlalu terfokus di satu instrumen atau sudah diversifikasi secara optimal.
3. Pengelolaan risiko
Melihat bagaimana cara orang lain menyeimbangkan antara instrumen berisiko tinggi dan rendah bisa. Setelah itu, bisa menjadi bahan refleksi.
Hal-Hal yang Tidak Boleh Dibandingkan
1. Nominal investasi
Besarnya dana yang ditanamkan tiap orang berbeda, sesuai penghasilan dan kebutuhan hidup masing-masing. Jika kamu membandingkan start investasi, justru akan menimbulkan rasa minder.
2. Return jangka pendek
Hasil investasi dalam hitungan minggu atau bulan tidak selalu mencerminkan kinerja jangka panjang. Bisa jadi return tinggi itu hanya efek timing.
3. Produk populer yang sedang tren
Jangan merasa wajib membeli reksadana atau saham tertentu hanya karena banyak orang membicarakannya. Hal itu justru berpotensi menjerumuskan pada FOMO (Fear of Missing Out).
Baca Juga: FOMO Saham - Definisi, Ciri, dan Alasan Tidak Boleh FOMO
Tips Agar Tidak Overthinking Saat Membandingkan
1. Tetapkan tujuan pribadi
Apapun instrumen yang kamu investasikan, harus selalu berkaitan dengan tujuan keuangan masing-masing. Misalnya dana pensiun, dana pendidikan anak, atau beli rumah. Fokus saja pada tujuan keuangan tersebut, bukan return orang lain.
2. Kenali profil risiko
Setiap orang punya toleransi risiko berbeda. Jangan memaksakan gaya orang lain ke dalam portofolio sendiri.
3. Gunakan sosmed secara bijak
Ingat, yang ditampilkan orang lain biasanya hanya sisi positifnya saja. Kamu tidak tahu cerita lengkap di balik layar. Kalau kamu ingin tahu strategi orang lain, tanyakan baik-baik.
Namun jangan langsung menirunya begitu saja. Sesuaikan dengan profil risiko, gaya hidup, pendapatan, dan pengeluaranmu.
Minat Berinvestasi Tanpa Membandingkan Portofolio?
Nah, itulah penjelasan tentang kebiasaan membandingkan portofolio investasi milik sendiri dengan orang lain. Sejatinya, membandingkan portofolio investasi dengan orang lain boleh saja, asal tujuannya untuk belajar, bukan untuk meniru. Hal berbahaya dari tindakan membandingkan ini adalah seiring berjalannya waktu, kamu akan overthinking, merasa ketinggalan, atau terjebak FOMO.
Ingat, investasi adalah perjalanan yang sangat personal. Setiap orang punya starting point, tujuan, dan ritme masing-masing. Jadi jangan biarkan kebiasaan membandingkan merusak kebahagiaanmu dalam berinvestasi. Ingat pepatah bijak: comparing is killer of joy.
Sebelum berinvestasi pada instrumen investasi apapun termasuk reksadana, perhatikan profil risikomu. Jika profil risikomu konservatif, maka pilih reksadana pasar uang. Jika profil risikomu adalah moderat maka pilih reksadana pendapatan tetap. Jika profil risikomu agresif, bisa pilih reksadana saham. Namun apabila kamu cukup fleksibel dan ingin seimbang antara return serta risiko, bisa pilih reksadana campuran.
Semua jenis reksadana tersebut dapat kamu investasikan melalui aplikasi InvestasiKu. Mulai dari Mega Asset Greater Infrastructure, Cipta Dana Cash, Reksadana Pendapatan Tetap PNM Cinta Anak Bangsa Kelas Gold, Reksadana Bahana Primavera 99 Kelas G, maupun Trim Kapital Plus, ada di aplikasi InvestasiKu.
Jangan khawatir, aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga aman dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.