Setelah Upacara Kemerdekaan Indonesia ke-80 silam, situasi Indonesia langsung chaos. Pada awal September 2025 saja, media massa sudah ramai memberitakan tentang situasi darurat militer.
Melansir dari BBC News Indonesia, sejumlah 344 guru besar dari berbagai universitas di Indonesia mendesak Presiden Prabowo untuk tidak memberlakukan darurat militer. Ditambah lagi, di berbagai sosial media juga terus menggaungkan narasi darurat militer sehingga memicu kekhawatiran masyarakat.
Jika darurat militer dilaksanakan, berarti negara tengah dalam kondisi terancam stabilitas dan keamanannya. Tentu saja berpengaruh pada pasar modal. Langsung saja simak seberapa dampak darurat militer terhadap pasar modal.
Apa Itu Darurat Militer?
Darurat militer adalah kondisi ketika kekuasaan sipil atau pemerintahan digantikan oleh otoritas militer. Situasi ini biasanya terjadi karena negara menghadapi ancaman serius yang dianggap tidak bisa ditangani dengan mekanisme normal. Ancaman tersebut dapat berupa konflik internal, kerusuhan besar, terorisme, kudeta, hingga perang.
Ketika darurat militer diberlakukan, aturan hukum sipil biasanya dibatasi atau bahkan ditangguhkan. Alhasil, militer akan diberi wewenang lebih besar untuk menjaga ketertiban, mengatur pergerakan masyarakat, hingga mengendalikan media.
Bagi masyarakat awam, darurat militer mungkin terasa sebagai upaya pemerintah atau militer untuk memulihkan ketertiban negara. Namun secara politik, justru menunjukkan bahwa stabilitas nasional berada dalam titik yang genting.
Baca Juga: Dampak Perang Iran-Israel Bagi Pasar Modal Indonesia, Apa Saja?
Mengapa Darurat Militer Berpengaruh ke Pasar Modal?
Darurat militer tentu berpengaruh ke berbagai sektor terutama ekonomi dan investasi, yang mana investor menganggap deklarasi darurat militer sebagai sinyal negatif. Khususnya investor asing, pasti enggan berinvestasi pada negara yang tengah menghadapi ketidakpastian politik dan keamanan.
Bayangkan saja pasar modal adalah sebuah pasar tradisional yang biasanya ramai. Semua pihak yang datang baik pedagang sayur, pedagang pakaian, dan pembeli berlalu-lalang untuk bertransaksi secara normal sekaligus aman. Namun tiba-tiba, di pasar tradisional itu tiba-tiba terjadi keributan besar seperti tawuran, kebakaran, atau aparat datang menutup jalan.
Otomatis pembeli panik sehingga mereka buru-buru pergi dan tidak jadi belanja. Sementara para pedagang bingung sehingga menutup kiosnya lebih cepat. Dampaknya, harga barang anjlok karena orang-orang ingin cepat menjual dagangannya sebelum situasi makin buruk.
Nah, jika suatu negara mengumumkan darurat militer, maka yang akan terjadi di pasar modal adalah:
- Investor (selaku pembeli) panik dan keluar dari pasar.
- Emiten (selaku pedagang) kesulitan menarik modal karena tidak ada yang mau beli.
- Harga saham dan obligasi jatuh karena semua orang ingin cepat menjual.
Butuh waktu lama untuk membuat orang berani datang lagi. Perlu ada jaminan keamanan, kepercayaan, dan kepastian sebelum pasar bisa pulih.
Perlu kamu pahami bahwa pasar modal bekerja berdasarkan kepercayaan (confidence). Investor menanamkan uang dengan harapan mendapatkan imbal hasil, dan mereka hanya mau melakukannya jika yakin pada kondisi politik, ekonomi, dan hukum di suatu negara. Begitu ada guncangan politik besar seperti darurat militer, tingkat ketidakpastian melonjak ‘kan.
Jika darurat militer benar-benar dilaksanakan di suatu negara, maka pengaruhnya ke pasar modal adalah sebagai berikut:
1. Terjadi Panic Selling di Pasar Saham
Begitu darurat militer diumumkan, banyak investor lokal maupun asing akan buru-buru menjual saham mereka. Hal ini memicu penurunan indeks saham secara tajam.
Dalam sejarah, bursa saham bisa jatuh 5–10% hanya dalam satu hari perdagangan setelah kudeta atau deklarasi darurat.
2. Pelemahan Nilai Tukar
Investor asing biasanya menarik dananya keluar dari negara yang bergejolak. Artinya, mereka akan menukar mata uang lokal menjadi dolar AS atau mata uang lain yang lebih aman. Akibatnya, kurs mata uang negara tersebut melemah tajam.
Hal ini terjadi pada 1 September 2025 silam, dimana Rupiah melemah imbas dari sentimen negatif berupa demo rusuh di Tanah Air ini, pada level Rp16.499 per dollar AS.
3. Tekanan pada Obligasi dan Surat Utang
Selain saham, obligasi pemerintah juga terkena dampak. Investor menilai risiko utang negara meningkat, sehingga mereka melepas obligasi yang dipegang.
Harga obligasi turun, yield naik, dan pemerintah harus membayar bunga lebih tinggi jika ingin berutang lagi.
4. Turunnya Minat Investasi Asing
Darurat militer membuat investor jangka panjang menunda bahkan membatalkan rencana investasinya. Investor jangka panjang ini biasanya berupa perusahaan global yang ingin membuka pabrik atau kantor di negara tersebut.
Akibatnya, arus modal asing langsung menurun drastis.
5. Lonjakan Aset Safe Haven
Setiap ada krisis, investor pasti mencari tempat aman untuk menyimpan uang dalam bentuk aset safe haven. Aset safe haven itu berupa emas, dolar AS, atau instrumen pasar uang jangka pendek.
Akibatnya, harga emas melonjak, sementara saham dan obligasi malah tertekan.
Baca Juga: Emas Digital - Performa, Perbedaan dengan Emas Batangan, dan Emiten Emas
Contoh Negara yang Pernah Darurat Militer
Nyatanya, sudah ada banyak contoh negara yang memberlakukan darurat militer dan berdampak pada pasar modal mereka.
1. Thailand (2014)
Negara pertama yang pernah melakukan darurat militer adalah Thailand. Negara ini memiliki sejarah panjang kudeta militer, dan yang terbesar terjadi pada Mei 2014.
Kala itu, militer mengambil alih kekuasaan dari Perdana Menteri Yingluck Shinawatra setelah berbulan-bulan terjadi demonstrasi besar dan kebuntuan politik. Begitu darurat militer diumumkan, langsung berdampak pada pasar saham Thailand (SET Index) berupa:
- Index turun sekitar 2,4% dalam sehari.
- Investor asing mencatatkan penjualan bersih alias net sell besar-besaran.
- Nilai tukar baht melemah terhadap dolar AS.
Meskipun begitu, dalam beberapa minggu SET Index mulai stabil kembali karena militer menjanjikan pemerintahan transisi dan keberlanjutan proyek infrastruktur. Namun tetap saja, citra Thailand sebagai tujuan investasi jangka panjang memburuk karena dianggap negara dengan stabilitas politik rendah.
2. Turki (2016)
Pada 15 Juli 2016, sebagian faksi militer Turki berusaha menggulingkan Presiden Recep Tayyip Erdoğan. Percobaan kudeta itu gagal, tetapi pemerintah kemudian memberlakukan keadaan darurat atau state of emergency.
Sekalipun kudeta gagal, dampaknya ke pasar modal Turki (Borsa İstanbul) berupa:
- Index Borsa İstanbul jatuh sekitar 7% dalam satu hari perdagangan.
- Mata uang Lira Turki melemah lebih dari 4% terhadap dolar AS dan terus merosot dalam bulan-bulan berikutnya.
- Yield obligasi pemerintah Turki naik tajam, menandakan risiko utang meningkat.
Percobaan kudeta yang gagal saja sudah cukup untuk mengguncang pasar modal Turki. Dalam jangka panjang, mata uang Lira semakin tertekan, sehingga banyak investor asing memilih keluar karena menganggap risiko politik di negara semakin tinggi.
3. Mesir (2011)
Pada tahun 2011, terjadi Arab Spring yang berupa serangkaian gerakan anti-pemerintah di sebagian besar wilayah Arab dan Afrika. Mesir adalah salah satu negara yang terkena gelombang Arab Spring pada tahun 2011 itu.
Kala itu, rakyat Mesir melakukan demonstrasi besar-besaran menuntut penurunan Presiden Hosni Mubarak. Setelah 18 hari demonstrasi, Mubarak mundur, dan militer mengambil alih kekuasaan sementara.
Atas kudeta tersebut, dampaknya pada Bursa Mesir (EGX) berupa:
- Bursa saham Mesir ditutup hampir dua bulan untuk mencegah kepanikan lebih parah.
- Begitu dibuka kembali, indeks langsung jatuh hampir 10% dalam sehari.
- Dalam beberapa bulan, EGX 30 kehilangan lebih dari 30% nilai.
- Mata uang Pound Mesir melemah tajam karena investor asing menarik modal mereka keluar.
4. Pakistan (2007)
Pakistan menjadi negara yang punya sejarah panjang darurat militer. Pada 2007, Presiden Pervez Musharraf mengumumkan keadaan darurat, membekukan konstitusi, dan membubarkan Mahkamah Agung.
Akibatnya pada Bursa Efek Pakistan (PSX) adalah:
- Bursa saham Karachi, salah satu bursa saham utama di Pakistan, turun lebih dari 4% hanya dalam beberapa hari pertama.
- Investor asing menahan diri, arus modal keluar meningkat.
- Mata uang Rupee Pakistan ikut melemah karena tekanan ekonomi.
Baca Juga: 8 Perusahaan Merger Paling Fenomenal di Indonesia, Apa Saja?
Yuk, Berinvestasi Secara Cerdas!
Nah, itulah penjelasan tentang dampak darurat militer terhadap pasar modal. Ingat, pasar modal itu tidak suka ketidakpastian. Begitu kepastian kembali muncul, meskipun lewat jalur militer, pasar bisa pulih. Namun reputasi jangka panjang mungkin sulit diperbaiki.
Jika suatu saat (amit-amit) Indonesia mengalami darurat militer, dampaknya hampir pasti sama yakni IHSG rontok, rupiah melemah, reksadana saham dan campuran ikut jatuh, obligasi tertekan, dan arus investasi asing keluar. Satu-satunya instrumen yang relatif lebih aman adalah reksadana pasar uang atau emas.
Kamu bisa berinvestasi pada reksadana pasar uang seperti Mega Asset Greater Infrastructure, Reksadana Avrist ADA Kas Mutiara, dan masih banyak lainnya lewat aplikasi InvestasiKu.
Jangan khawatir, aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga legal dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.