PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) resmi meluncurkan produk obat anemia Efepoetin Alfa atau EFESA pertama di dunia, melalui anak usaha mereka, yakni Kalbe-Genexine Biologics (KGbio).
Selain menjadi perusahaan pertama, alasan Kalbe memproduksi obat EFESA ini adalah, karena obat ini memiliki potensi market yang cukup besar, termasuk potensi market di Indonesia.
Mengapa? Karena kasus penderita gagal ginjal kronis di Indonesia itu cukup banyak, yakni sekitar 100 ribuan orang dan hampir semua pasien tersebut membutuhkan obat seperti EFESA.
Bahkan, produk-produk sejenis yang ada dipasaran Indonesia, sebut saja seperti Eritropoietin, juga memiliki market yang besar, yakni bisa sekitar Rp300 miliar hingga Rp350 miliar.
Apa Itu EFESA?
Jadi, obat anemia EFESA ini merupakan zat yang dihasilkan dari pembentukan molekul baru, yakni molekul eritropoietin yang diikat oleh antibodi tubuh. Dengan molekul baru, EFESA akan memiliki efek yang bisa bekerja dengan jangka waktu lebih panjang.
Bahan dasar EFESA adalah sel CHO (Chinese Hamster Ovary). Di mana sel CHO ini akan memicu pembentukan sel darah merah dari dalam sumsum tulang, sehingga bisa mengatasi anemia.
Jika obat yang ada saat ini biasa diberikan 2 kali seminggu, namun EFESA bisa diberikan hanya 2-4 minggu sekali.
EFESA Untuk Pasien Anemia Dengan Ginjal Kronis
Bukan untuk penyakit anemia biasa, obat anemia Efepoetin Alfa yang dikembangkan menggunakan platform fusi hyFc® Genexine ini, lebih dikhususkan untuk pasien anemia dengan ginjal kronis.
Terlebih, kandungan Efepoetin Alpha (EPO-HyFc, GXE4) ini juga telah mendapat izin edar, dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI (BPOM).
Tidak mudah bagi BPOM, dalam memberikan izin edar obat anemia EFESA. Namun, dengan melalui serangkaian proses yang panjang, dan telah memenuhi ketentuan kualitas yang dibutuhkan sesuai standar.
Mulai dari harus mendapatkan Manufacturing Practice (GMP) dalam proses produksinya, sudah mendapatkan cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), dan uji klinik seperti yang dikatakan Penny K Lukito, selaku Kepala BPOM RI.
Bahkan, uji klinik yang dilakukan juga didampingi oleh badan POM, hingga pendampingan di berbagai negara. Di mana sejak 2019 ada 7 negara yang bekerjasama (Indonesia, Australia, Taiwan, Filipina, Thailand, dan Malaysia dan Korea).
PT Kalbe Farma Tbk, rencananya juga akan mengekspor produk obat tersebut, karena untuk pengembangan produk Kalbe bekerjasama dengan perusahaan Korea Selatan.
Sehingga PT Kalbe Genexine Biologics memiliki hak untuk memasarkan produk tersebut ke negara di Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, dan Eropa.