Bank sentral Indonesia belum ada urgensi untuk menaikkan suku bunga acuannya bahkan ketika BI melihat adanya potensi kenaikkan inflasi di kuartal 3 tahun ini akibat melonjaknya berbagai harga komoditas yang menjadi bahan baku barang-barang konsumsi.
BI saat ini hanya melakukan pengurangan likuiditas terlebih dahulu yaitu dengan menaikan Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap dari Maret hingga akhir kuartal III 2023.
Sederhananya GWM adalah simpanan minimum yang harus dijaga oleh bank konvensional dan syariah dalam bentuk saldo rekening giro di BI. GWM ini untuk mengatur jumlah uang beredar di masyarakat secara langsung yang berpengaruh terhadap laju inflasi.
Pada tahap pertama, GWM akan naik 150 basis poin (bps) menjadi 5% dengan pemenuhan harian 1% pada 1 Maret 2022. GWM Rerata ditetapkan sebesar 4%.
Lanjut pada 1 Juni 2022 GWM akan naik 100 bps menjadi 6% dengan pemenuhan harian 1%. GWM Rerata ditetapkan 5%.
Terakhir, GWM akan naik lagi sebesar 50 bps menjadi 6,5% pada September 2022 dengan pemenuhan harian 1%. GWM Rerata ditetapkan 5,5%.
Saat ini juga, BI dan pemerintah sedang berdiskusi terkait berapa lama dapat mempertahankan subsidi dan bantuan social yang telah diberikan untuk meminimalisir potensi dampak inflasi. Sekadar informasi, BI menargetkan inflasi berada di kisaran 2% - 4% dan per Februari 2022, inflasi Indonesia tercatat di level 2,03%
Baca juga: Pasti Bisa! Sebelas Cara Jadi Trader Profesional
Key Takeaway
Ditahannya kenaikan suku bunga ini di tengah sudah mulainya beberapa negara menaikkan suku bunga nya seperti AS, karena pemerintah tidak ingin kehilangan momentum di masa pemulihan ekonomi pasca covid ini.
Jika BI menaikkan suku bunganya, maka dikhawatirkan akan kembali terjadi perlambatan ekonomi sebab daya beli masyarakat belum benar-benar pulih, namun bunga pinjaman mau tidak mau harus dinaikkan sebab adanya kenaikan suku bunga.
Investasi saham sekarang yuk!