Daftar Isi
Kamu sudah tahu belum, kalau Indonesia memiliki banyak perusahaan konstruksi yang menjadi salah satu faktor percepatan pembangunan di Indonesia. Perusahaan ini bisa kamu beli sahamnya juga loh!
Nah, buat kamu yang mengincar saham perusahaan konstruksi di Indonesia, bisa cek informasi terkait daftar perusahaan Konstruksi yang terdaftar di BEI berikut ini!
Daftar Perusahaan Konstruksi yang Terdaftar di BEI
-
Waskita Karya - WSKT
Waskita Karya adalah perusahaan konstruksi BUMN yang didirikan pada tahun 1961. WSKT merupakan perusahaan nasionalisasi dari zaman pemerintahan Belanda.
Beberapa proyek terkenal yang dikerjakan oleh Waskita Karya meliputi Gedung BNI46, Gedung Bank Indonesia (BI), Hotel Shangri-La, dan Menara Mandiri Plaza. Pada kuartal III 2022, Waskita Karya mencatat laba sebesar Rp574 miliar, meningkat dari 111 miliar pada tahun sebelumnya.
-
Adhi Karya - ADHI
Adhi Karya merupakan perusahaan konstruksi BUMN yang terkenal. Sebagai hasil nasionalisasi dari Belanda, Adhi Karya bergerak di bidang konstruksi, engineering & construction (EPC), properti, industri, dan investasi.
Performa keuangan Adhi Karya membaik pada tahun ini dengan perolehan kontrak baru yang signifikan. Pada kuartal III 2022, Adhi Karya mencatat pendapatan sebesar 9,1 triliun rupiah, meningkat dari 7,3 triliun pada September 2021. Laba perusahaan ini melonjak 4 kali lipat menjadi 97 miliar rupiah pada September 2022 dari 23 miliar pada tahun sebelumnya.
Baca juga: META Gandeng ADHI dan ACST untuk Dukung Infrastruktur di Indonesia
-
Wijaya Karya - WIKA
WIKA merupakan salah satu kontraktor terbesar di Indonesia. Sebagai BUMN yang didirikan pada tahun 1960, WIKA telah menangani proyek-proyek besar seperti simpang susun Semanggi, Terminal 3 Bandar Udara Soekarno-Hatta, Bendungan Jatigede, Bandar Udara Ngurah Rai, Jembatan Suramadu, dan jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Pada kuartal III 2022, pendapatan WIKA meningkat menjadi 12,7 triliun rupiah dari 11,6 triliun pada September 2021. Namun, laba perusahaan turun signifikan menjadi 8 miliar rupiah dari 190 miliar pada periode yang sama. Penurunan ini disebabkan oleh tingginya biaya operasional dan beban pendanaan.
-
PT Pembangunan Perumahan - PTPP
PTPP dianggap sebagai salah satu saham konstruksi terbaik dengan berbagai aset yang terkenal. PTPP telah membangun gedung-gedung megah seperti Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel, Ambarukmo Palace Hotel Yogyakarta, dan Samudera Beach Hotel Pelabuhan Ratu.
Pada kuartal II 2022, PTPP mencatat pendapatan sebesar 9 triliun rupiah, sedangkan laba bersihnya naik dari 122 miliar rupiah pada Juni 2021 menjadi 140 miliar rupiah pada Juni 2022.
-
Total Bangun Persada - TOTL
Total Bangun Persada adalah perusahaan swasta di bidang konstruksi dan layanan terkait. Didirikan pada tahun 1970, perusahaan ini telah menyelesaikan banyak proyek pembangunan di berbagai wilayah di Indonesia.
Pandemi Covid-19 tidak menghentikan aktivitas TOTL. Pada akhir tahun 2020, TOTL mendapatkan kontrak dari Intiland Development untuk membangun apartemen SQ Res dengan target selesai pada tiga bulan pertama tahun 2023. Selain itu, saat masih dalam pengerjaan Sakura Garden City pada Maret 2021, perusahaan ini juga mendapat kontrak pembangunan hotel senilai Rp26 miliar.
Tahun 2022 bukanlah tahun yang baik bagi pergerakan harga saham TOTL, seperti halnya saham sektor konstruksi lainnya. Sepanjang tahun tersebut, harga saham perusahaan ini hampir selalu mengalami penurunan, meskipun kisaran harganya hanya Rp290-Rp330 per lembar.
Meskipun demikian, kinerja keuangan TOTL selama tahun 2022 terbilang cukup baik dengan pendapatan meningkat dari 1,3 triliun menjadi 1,7 triliun rupiah antara September 2021 hingga September 2022. Namun, laba perusahaan ini turun dari 75 miliar menjadi 65 miliar rupiah dalam periode yang sama.
-
Surya Semesta Internusa - SSIA
Surya Semesta Internusa adalah perusahaan konstruksi swasta dengan kode saham SSIA. Perusahaan ini masih menghadapi beban berat akibat penurunan kinerja keuangan.
Namun, pemulihan ekonomi berpotensi meningkatkan permintaan lahan industri, yang berdampak positif dalam jangka panjang. Saham SSIA menarik dan layak dikoleksi karena memiliki aset bangunan yang terdiversifikasi.
Setelah mengalami kerugian selama dua tahun berturut-turut, SSIA akhirnya mencatatkan keuntungan pada kuartal ketiga tahun 2022. Pendapatan perusahaan ini naik dari 1,3 triliun menjadi 2,4 triliun rupiah antara September 2021 hingga September 2022. Laba perusahaan juga meningkat dari kerugian 272 miliar rupiah pada tahun 2021 menjadi keuntungan 95 miliar rupiah pada tahun 2022.
-
Jasa Marga - JSMR
Jasa Marga diakui sebagai BUMN konstruksi terkemuka dalam pembangunan jalan tol di Indonesia. Saham JSMR tetap optimis menjaga kinerja keuangan pada tahun 2022 meskipun ada potensi peningkatan kasus Covid-19 varian Omicron.
Pada kuartal ketiga tahun 2022, Jasa Marga mencatat laba sebesar 639 miliar rupiah berkat peningkatan pendapatan dari penggunaan jalan tol oleh masyarakat. Ini merupakan pembalikan dari periode yang sama pada tahun 2020. Saat itu, Jasa Marga mengalami kerugian sebesar 309 miliar rupiah akibat kebijakan PPKM.
-
PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk - DGIK
PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi dan rekayasa. Selain konstruksi, perusahaan ini memiliki diversifikasi bisnis di sektor energi, terutama mini hidro dan pertambangan batubara.
Perusahaan ini telah melakukan ekspansi dan mengerjakan berbagai proyek infrastruktur di berbagai wilayah di Indonesia. NKE juga berkontribusi dalam pembangunan di Indonesia melalui pembangunan bendungan, kanal irigasi, pelabuhan, mitigasi banjir, pelindung pesisir, dan normalisasi sungai.
Itulah beberapa daftar saham emiten yang bergerak pada konstruksi di Indonesia yang bisa kamu coba untuk berinvestasi.
Nah, kamu bisa mulai investasi di platform khusus untuk investasi, yakni InvestasiKu!
InvestasiKu, adalah platform investasi online, yang punya banyak produk dan fitur unggul, baik untuk investor pemula maupun profesional. Saat ini, InvestasiKu menyediakan produk saham, dan selanjutnya akan ada produk reksadana, obligasi, dan rencana.