Kamis, 21 April kemarin telah dilaksanakan diskusi panel International Monetary Fund yang berkolaborasi dengan The Fed sebagai pembicaranya yaitu ketua The Fed, Jerome Powel lalu ada Presiden Bank Sentrak Eropa Christine Lagarde, Menkeu Sri Mulyani, Direktur IMF Kritalina Georgieva dan Perdana Mentri Barbados Mia Mottley.
Berikut 4 Catatan Penting dari The Fed
The Fed memperkuat ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga acuan US 0,5% atau 50 bps yang akan diumumkan pada rapat The Fed 3-4 May 2022 mendatang.
Presiden Bank Sentral Eropa Lagarde, tidak memberikan informasi secara rinci terhadap kebijakannya selanjutnya. Keputusan apakah suku bunga naik atau tidak akan dibahas di pertemuan bank sentral Juni mendatang.
Sri Mulyani yang mewakili negara berkembang berkomentar bahwa emerging market harus bersiap untuk pengetatan moneter namun Sri Mulyani meyakini Indonesia berada di fundamental yang kuat berkat kenaikan harga komoditas yang signfikan yang menguntungkan Indonesia sebagai negara produsen beberapa komoditas terbesar di dunia.
Fundamental Indonesia yang baik ditunjukkan cadangan devisa yang surplus, dana asing yang tak lagi menguasai market obligasi dan pasar saham.
Key Takeaway
Implikasi pernyataan The Fed ini awalnya membuat pasar saham US naik namun akhirnya ditutup melemah dengan S&P 500 turun 0,87% dan kebalikannya yield obligasi 10 tahun naik 2,92%.
Di pasar saham Indonesia, bursa terapresiasi 0.68% dengan bank besar menjadi top net buy asing.
Potensi kenaikan suku bunga The Fed yang lebih agresif membuat Indonesia mau tidak mau harus ikut menaikkan suku bunganya yang hal ini akan menjadi katalis positif bagi emiten bank.
Net Interest Margin Bank akan mengalami kenaikan namun perlu diwaspadai NPL Bank juga berpotensi akan mengalami kenaikan karena dana murah sudah selesai dan para debitur harus bersiap dengan dinaikkannya bunga kredit pinjaman mereka.