BISNIS
 

Sejarah Starbucks, Pemilik, dan Informasi Franchise

by Estrin Vanadianti Lestari - 12 Sep 2023 - Reviewed by Rifdah Fatin H.

 

Jadi kopinya anak gaul, siapa yang tidak tahu Starbucks? Brand kopi asal Amerika ini, bahkan biasa dijadikan ajang flexing. Terlebih, brand Starbucks memang sudah lama menjadi brand kopi terpopuler dan mendunia.

Kira-kira, gimana sih asal usul sejarah Starbucks di negara asalnya dan di Indonesia? Lalu, siapa pemilik Starbucks? Apakah Starbucks menggunakan sistem bisnis franchise juga, seperti brand-brand kopi lokal Indonesia? Kalau iya, berapa modal buka franchise Starbucks?

 

Sejarah dan Pemilik Starbucks

Tidak berdiri dan langsung populer begitu saja! Kedai kopi global Starbucks ini didirikan oleh Howard Schultz pada 30 Maret 1971, di Pasar Pike Place, Seattle, Washington, Amerika. Melalui bukunya yang bertajuk “Pour Your Heart Into It”, Schultz menjelaskan bahwa ada makna dari berdirinya kedai kopi tersebut.

Adapun, makna yang dijelaskan dari buku tersebut adalah, bahwa dirinya ingin menciptakan dan meningkatkan fanatisme, di kalangan para pelanggan. Pasalnya, sebelum didirikan ‘kembali’ oleh Schultz, kedai kopi Starbucks ternyata sudah ada. Lho, bagaimana sejarahnya?

 

Starbucks Dulunya Kedai Kopi Kecil

Kedai kopi Starbucks sendiri, sebenarnya didirikan pertama kali oleh Jerry Baldwin, Zev Siegl, dan Gordon Bowker. Dahulu, Starbucks hanya sebuah kedai kopi kecil, di Amerika. Namun, Starbucks akhirnya dibeli oleh Schultz, begini cerita awalnya!

Schultz bukan terlahir dari keluarga kaya raya,  seperti sekarang. Hidup Schultz di masa kecil sangat menyedihkan, maka keberhasilannya saat ini sangat menginspirasi banyak orang.

 

Baca juga: Franchise Teh Poci Siapin Rp8 jutaan Aja, Gas?

 

Jadi Tulang Punggung Keluarga Sejak Usia 12 Tahun

Ada banyak pelajaran finansial yang bisa dicontoh, di mana sejak usia 12 tahun ia harus bekerja, membantu orang tuanya yang kecelakaan. Mulai menjadi loper koran, pelayan kafe, hingga penjaga toko, sudah dilakoninya.

Ia juga berhasil mengenyam pendidikan full beasiswa, di Northern Michigan University, Jurusan Komunikasi. Setelah lulus, ia langsung bekerja di Xerox, sebagai sales manager, lalu pernah berkarir juga di perusahaan Hammaplast, sampai akhirnya bertemu dengan gerai Starbucks.

Belum seterkenal sekarang, dulu Starbucks hanya sebuah gerai kopi kecil biasa, yang memiliki aura positif dan membuat Schultz tertarik untuk bekerja di sana.

 

Bekerja Menjadi Karyawan Starbucks

Di Starbucks, Schultz diposisikan sebagai marketing, dan memiliki gaji yang lebih rendah ketimbang di perusahaan sebelumnya. Namun, setelah setahun bekerja, akhirnya Schultz dikirim ke Italia untuk belajar tentang industri kopi.

Di Italia, ia menemukan banyak inspirasi tentang bisnis kopi, sampai ia mengajukan ide membuat cafe yang nyaman, desain yang bagus, sehingga pengunjung betah berlama-lama. Tapi, idenya ditolak Starbucks, dan ia memutuskan resign untuk membuat kedai kopi baru bernama II Giornale.

 

Bukan Kedai Kopi ‘II Giornale’ Milik Sendiri

Kedai II Giornale pun berhasil mencetak kesuksesan selama dua tahun berdiri, namun ia kekurangan modal sampai ia harus mencari pinjaman. Tapi, usahanya ditolak mentah-mentah, sampai akhirnya ia kembali ke Starbucks.

 

Baca juga: 10 Bisnis Milik Kaesang Pangarep

 

Starbucks Dibeli Schultz US$4 Juta

Kabar baiknya, pemilik Starbucks saat itu,  menjual gerainya dan semua peralatannya, hingga brand-nya seharga US$4 juta. Schultz pun langsung melobi berbagai pihak, untuk meminjam dana atau menjadi investor di kedai Starbucks yang ia beli.

Tidak disangka, ia berhasil mendapatkan investor sekaligus salah satu orang terkaya, yakni Bill Gates. Setelah di beli, Schultz bukan lagi menjadi karyawan, tapi sudah menjadi pemilik baru Starbucks.

 

Starbucks Sukses Mendunia di Kepemimpinan Schultz

Tidak seperti sebelumnya, di bawah kepemimpinan Schultz, Starbucks menjadi jaya. Bahkan di tahun 1992 sudah memiliki 165 gerai, dengan pendapatan bersih US$93 juta sampai melakukan IPO.

Di negara asalnya, Starbucks sangat populer dan akhirnya Starbucks mulai go internasional pada tahun 2000. Di seluruh dunia, setidaknya sudah ada 3.500 gerai di berbagai negara, dengan total pendapatan bersih mencapai US$ 2,2 miliar.

Meski sempat menutup banyak gerai di Amerika, namun laba bersih Starbucks tetap meroket bahkan sampai tiga kali lipat. Dari Schultz, kita belajar banyak di mana kekurangan bisa menjadikan seseorang lebih kuat.

Jadi, Howard Schultz adalah pemilik Starbucks saat ini, yang juga menjadi salah satu pengusaha kopi terkaya di dunia, urutan ke-728 versi Forbes. Dari situ juga, Schultz juga menjual bisnis Starbucks melalui konsep lisensi non franchise.

 

Sejarah Starbucks di Indonesia

Di Indonesia sendiri, Starbucks pertama kali masuk melalui PT MAP Boga Adiperkasa (anak perusahaan PT Mitra Adi Perkasa, sektor food & beverage). Setelah itu, Starbucks membuka cabang pertamanya di Plaza Indonesia 2002 lalu.

Untuk jumlah gerai Starbucks sudah mencapai 500 gerai, yang tersebar di 22 kota Indonesia. Sementara di negara-negara lainnya, sudah terdapat lebih dari 30.000 gerai. Gimana nggak tertarik untuk buka gerai lagi coba?

Tapi, balik lagi ke konsep bisnis Schultz untuk Starbucks, di mana Starbuck nggak buka franchise biasa, tapi dengan konsep lisensi.

 

Starbucks Buka Bisnis Non Franchise (Berlisensi)

Betul! Bukan berupa franchise, semua gerai Starbucks berdiri dengan sistem jaringan toko berlisensi. Bukan tanpa alasan, pendiri Starbucks yakni Schultz memang ingin membuat bisnis dengan konsep lisensi non franchise.

Hal tersebut dilakukan karena ia takut, akan munculnya kekhawatiran dalam mempertahankan nilai-nilai yang dimiliki perusahaannya.

Sehingga, ia lebih memilih untuk membuka bisnis Starbucks non franchise. Tapi, apa bedanya bisnis franchise dan non franchise? Singkatnya begini:

  • Franchise/Waralaba: Jenis bisnis waralaba dengan hak pemakaian merek, yang bisa dioperasikan langsung oleh pemilik gerai dengan ketentuan SOP, dan membayar sejumlah nominal tertentu untuk memiliki sebuah gerai.
  • Lisensi Non Franchise: Jenis bisnis, yang hanya bisa mengaplikasikan pemakaian hal lisensi, dalam periode waktu tertentu (properti gerai berikut karyawannya adalah milik dari perusahaan atau manajemen Starbucks).

Nah, sistem non franchise inilah yang digunakan Starbucks, di mana ketika masa lisensi sudah selesai, pemilik gerai harus menyerahkan semua fasilitas dan properti kepada pihak manajemen Starbucks.

Jadi, tetap mau buka franchise Starbucks berlisensi nggak nih?

 

Starbucks Non Franchise Indonesia

Kalau dibilang menjanjikan, tentu Starbucks menjadi salah satu bisnis kopi yang menjanjikan, karena Starbucks adalah brand kopi yang sudah populer. Kamu bisa lihat ada banyak kedai kopi Starbucks di mall, rest area, tempat wisata, dan lainnya.

Namun, kamu juga harus pertimbangkan juga beberapa hal Ketika kamu tertarik untuk membangun bisnis non franchise Starbucks. Mulai dari:

 

1. Pemilihan Lokasi Gerai

Hal yang perlu dipertimbangkan jika kamu ingin membuka franchise Starbuck berlisensi, adalah pemilihan lokasi gerai Starbucks. Karena lokasi menjadi faktor penting untuk meningkatkan peluang keuntungan bisnis.

Dari lokasi, kamu bisa melihat segmen calon konsumen Starbucks, apakah cocok dengan harga, karena biasanya konsumen Starbucks masuk dalam kalangan menengah ke atas.

 

2. Punya Aset Likuid Sebesar Rp9 Miliar

Meski disebut menjanjikan, semua bisnis pasti memiliki peluang atau risiko kegagalan. Nah, sebagai calon pemilik lisensi, di sini manajemen Starbucks menerapkan sebuah syarat, di mana kamu harus memiliki aset likuid sebesar Rp9 miliar sebagai jaminan.

Adanya jaminan tersebut, akan membuat pihak manajemen lebih percaya, dengan kamu dan benar-benar mampu, dalam menangani masalah-masalah bisnis yang mungkin muncul.

Wah, besar juga ya Rp9 miliar? Namun, untuk jaminan senilai Rp 9 miliar, tentu saja sepadan, dengan brand kopi global sekelas Starbucks. Jadi, kamu memang harus menyiapkan banyak uang, untuk memiliki cabang bisnis kopi yang satu ini.

 

3. Bayar Biaya Lisensi Rp500 Juta

Tidak hanya memiliki aset berupa uang Rp9 miliar, kamu juga harus membayar biaya lisensi franchise Starbucks sebesar Rp500 juta, sebagai syarat. Adapun, pemakaian lisensi tersebut hanya berlaku dalam jangka waktu tertentu, sesuai perjanjian.

Untuk membayar lisensi Rp500 juta, mungkin tidak terlalu besar bagi brand sebesar Starbucks. Terlebih jika dibandingkan dengan franchise coffee shop lokal lainnya.

Lantas, jika ketiga syaratnya sudah dipenuhi, hal apalagi yang harus kamu lakukan? Tenang! Jika permohonan kamu sudah disetujui oleh manajemen Starbucks, maka kamu sudah tidak perlu repot-repot lagi, karena semua akan diurus oleh pihak manajemen Starbucks. Mulai dari:

  • Konstruksi
  • Dekorasi
  • Bahan baku
  • Alat produksi
  • Training pegawai

Setelah itu kamu harus apa lagi? Kamu hanya tinggal menunggu pembagian sharing profit saja, dari gerai tersebut, sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

Gimana? Tertarik nggak nih untuk membuka gerai Starbucks selanjutnya di Indonesia? Jika iya, kamu bisa langsung ajukan permohonan lisensi melalui laman resmi Starbucks.

Buat gerai Starbucks cukup menjanjikan dan menguntungkan sih, tapi belum punya modal sebesar itu. Tenang! Jika Starbucks terlalu besar, kamu bisa pilih franchise kedai kopi lain yang lebih murah.

Atau, jika kamu mau dapat keuntungan dari modal yang dimiliki saat ini, tapi bukan dari bisnis, coba diinvestasikan saja ke investasi saham! Kamu juga bisa menanamkan modal dan dapat keuntungan kok!

Jangan lupa, investasikan asetmu melalui platform investasi online, InvestasiKu yang aman dan terpercaya! Selain banyak fitur yang memudahkan berinvestasi, InvestasiKu juga bisa memberikanmu keuntungan berupa poin, di setiap transaksinya. Yuk, download aplikasi InvestasiKu sekarang juga!

 

 
Share this article via :
whatsapp-investasiku
 
InvestasiKu-footer
 

#YukInvestasiKu For Better Tomorrow

Download aplikasi InvestasiKu di Android, iOS, dan Windows serta nikmati kemudahan berinvestasi saham, reksa dana, obligasi, dan rencana keuangan

 
Download di Google Play Download di App Store Download desktop version
 

InvestasiKu adalah produk dari PT Mega Capital Sekuritas

Menara Bank Mega, Lantai 2, Jalan Kapten Tendean Kavling 12-14A,
RT 002/RW 002, Kelurahan Mampang Prapatan,
Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Kode Pos 12790

Telepon : 021-79175599
Email : customer.care@investasiku.id
WhatsApp : +6282260904080

 
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Spotify
  • LinkedIn
  • Facebook
  • Twitter
Eduvest
 

© 2024 InvestasiKu. All rights reserved.

InvestasiKu adalah aplikasi finansial yang dikelola dan dikembangkan oleh PT Mega Capital Sekuritas, dengan misi membuka akses lebih luas bagi masyarakat pada produk-produk keuangan dengan mudah, aman dan terjangkau. Semua transaksi saham, reksa dana, dan obligasi difasilitasi oleh PT Mega Capital Sekuritas sebagai broker saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sekaligus agen penjual reksa dana yang memiliki izin usaha dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan

OJK KOMINFO