Perilaku Konsumtif - Zaman sudah semakin canggih, maka belanja kebutuhan sehari-hari atau bahkan hiburan saja sudah mudah didapatkan.
Katakanlah hendak membeli kebutuhan sembako, kamu tidak perlu datang ke minimarket atau pasar. Cukup gunakan sama e-commerce dan pilih pengantaran Same Day, maka akan datang di hari itu juga.
Ditambah lagi, e-commerce saat ini menyediakan fitur PayLater maupun diskon besar-besaran. Alhasil, banyak orang semakin berperilaku konsumtif dan foya-foya.
Memangnya, perilaku konsumtif itu berbahaya?
Definisi Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif sudah sering dikaji oleh banyak penelitian seiring dengan berkembangnya globalisasi seperti saat ini. Ditambah lagi fakta bahwa manusia itu tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang dimilikinya sekarang.
Singkatnya, perilaku konsumtif adalah perilaku individu membeli barang yang tidak benar-benar dibutuhkan atau hanya mengikuti tren semata. Perilaku membeli barang ini tidak dipertimbangkan atas prioritas, tetapi hanya sekadar menuruti FOMO (fear of missing out) alias ketinggalan tren.
Padahal, barang-barang yang dibeli itu belum tentu digunakan saat itu juga. Selain itu, jika mengikuti tren semata justru akan membuat dompetmu semakin boros karena tren itu bersifat dinamis yang berganti setiap harinya.
Jadi, perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang dengan lebih mementingkan faktor keinginan (want) saja, daripada faktor kebutuhan (need).
Perilaku konsumtif ini cenderung tidak didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan rasional, tetapi lebih pada materialistik. Yap, adanya hasrat besar untuk memiliki barang-barang tren yang berlebihan hanya untuk kesenangan ego semata.
Biasanya, perilaku konsumtif memiliki ciri-ciri berupa:
- Mudah terbujuk rayuan dari penjual baik secara langsung maupun live online.
- Sering merasa tidak enak pada penjual ketika tengah menanyakan harga barang.
- Tidak sabar jika ingin membeli barang.
Faktor Pengaruh Perilaku Konsumtif
Ada banyak hal-hal yang mempengaruhi perilaku konsumtif yang telah menjadi kajian dalam berbagai penelitian.
Faktor Internal
- Konsep diri, yakni dalam diri seorang individu ada keinginan untuk membeli barang yang disesuaikan dengan penilaian diri sendiri.
- Gaya hidup, yakni ketika diri seorang individu begitu ingin selalu mengikuti perkembangan zaman terutama dengan membeli barang sesuai tren.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini mengacu pada kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, keluarga, dan demografi.
Baca Juga: Apa Perbedaan Antara Investasi dan Gaya Hidup Konsumtif?
Apakah Perilaku Konsumtif itu Berbahaya?
Tentu saja perilaku konsumtif itu berbahaya karena akan merusak kondisi keuanganmu secara drastis. Mungkin pada awal bulan akan terlihat baik-baik saja, tetapi seiring berjalannya waktu kondisi keuangan tersebut akan tidak stabil. Alhasil, sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok dan bahkan kamu akan bingung membayar tagihan bulanan.
Melansir dari prudential.co.id, sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan 5% dari gajinya untuk berbelanja di e-commerce. Sebenarnya sah-sah saja jika kamu membelanjakan gajimu untuk keinginanmu.
Namun ingat, tidak boleh berlebihan dan tidak perlu FOMO. Jika kamu berada dalam lingkungan pertemanan yang selalu mencemooh atau mengejek saat ada yang tidak mengikuti tren terkini, maka itu berarti kamu harus menjauhi mereka.
Di usia yang semakin matang, kamu harus berani mengambil pilihan atas apa yang membuatmu bahagia dan sedih tertekan.
FOMO alias takut ketinggalan zaman memang seolah menjadi ‘penyakit’ peradaban saat ini. Hal ini karena manusia pada dasarnya akan saling mempengaruhi dan dipengaruhi.
Banyak penelitian mengatakan bahwa dampak negatif dari perilaku konsumtif khususnya bagi milennial maupun Gen Z adalah kecemburuan sosial hingga mengurangi kesempatan menabung.
Kecemburuan sosial mengacu pada FOMO, dimana seorang individu dengan penghasilan pas-pasan berusaha menyetarakan perilaku berbelanjanya dengan individu berpenghasilan dua digit. Biasanya, hal itu dikarenakan tuntunan sosial dan keinginan untuk dipandang "keren" oleh individu lain.
Perilaku konsumtif cenderung akan menjadikan individu selalu merasa tidak puas yang berkepanjangan. Jika sudah begitu, justru akan merugikan kesejahteraan sendiri maupun anggota keluarga lain.
Maka dari itu, perlu adanya literasi keuangan dan memulai gaya hidup frugal living. Tidak perlu mengikuti tren terkini sebab tren itu dapat terus berganti setiap harinya.
Jika gajimu pas-pasan, ada baiknya hidup sederhana saja. Pun jika kamu memiliki gaji 2 digit, maka lebih baik ditabung atau diinvestasikan dalam bentuk saham maupun reksadana.
Kamu tidak akan tahu hal darurat apa yang terjadi di masa depan. Investasi saham maupun reksadana dapat menjadi dana darurat yang akan kamu sadari bahwa keberadaannya sangat penting, kelak.
Salah satu platform investasi yang jelas terpercaya dan aman adalah InvestasiKu. Melalui InvestasiKu juga, kamu akan mendapatkan banyak literasi keuangan dan serba-serbi saham secara live.