Menjadi hal wajar jika semua perusahaan berupaya mati-matian untuk mendapatkan keuntungan. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang berkaitan dengan penjualan bisnis, total aset, maupun modal sendiri ini disebut sebagai profitabilitas.
Profitabilitas ini dapat dilihat melalui beberapa rasio, salah satunya ROA (Return On Assets). Memangnya apa itu ROA (Return On Assets)? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Apa itu ROA (Return On Assets)?
ROA adalah salah satu rasio profitabilitas dari keuangan suatu perusahaan. Nyatanya, memang setiap analisis laporan keuangan perusahaan, rasio ini yang paling sering diperhatikan karena menunjukkan seberapa berhasil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
ROA (Return On Assets) ini dinilai mampu mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan di masa lampau, kemudian diproyeksikan di masa mendatang.
Kata “assets” dalam istilah ini mengacu pada seluruh harta perusahaan baik yang diperoleh dari modal sendiri maupun modal asing. Untuk menghitung ROA (Return On Assets) ini menggunakan rumus laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aset.
Beberapa ahli lainnya menyebut ROA (Return On Assets) ini sebagai Net Earning Power Ratio (Rate of Return on Investment/ROI). Pengertiannya hampir sama yakni kemampuan modal yang diinvestasikan dalam seluruh aset untuk menghasilkan keuntungan neto (sesudah pajak).
Jadi, semakin besar angka ROA maka itu berarti keuntungan perusahaan semakin tinggi—pun sebaliknya. Jika keuntungan perusahaan meningkat, maka harga saham pun juga akan meningkat.
ROA (Return On Assets) menjadi gambaran atas kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan melalui jumlah seluruh aset yang ada. ROA (Return On Assets) dikatakan baik jika angkanya mencapai >2%.
ROA (Return On Assets) juga dapat membantu perusahaan dalam menjalankan praktik akuntansi terutama untuk mengukur seberapa efisien penggunaan modal secara menyeluruh. Ingat bahwa setiap perusahaan manapun dalam industri apapun pasti berupaya mencapai laba alias keuntungan, tak terkecuali pada industri perbankan.
Jadi, ketika rasio ini semakin tinggi maka semakin baik pula produktivitas aset perusahaan dalam memperoleh keuntungan bersih. Jika sudah demikian, maka perusahaan akan semakin diminati oleh investor karena dividen juga akan semakin besar.
Baca Juga: Apa Itu Market Cap alias Kapitalisasi Pasar Dalam Dunia Saham?
Fungsi ROA (Return On Assets)
Bagi perusahaan terutama akuntansi keuangan, adanya ROA (Return On Assets) ini akan berfungsi untuk:
- Menganalisis efisiensi penggunaan modal baik untuk kepentingan penjualan maupun efisiensi produk dari perusahaan tersebut.
- Untuk pengambilan keputusan perusahaan. Jika angka ROA tinggi, maka perusahaan tersebut berpotensi dapat mengembangkan bisnisnya lebih besar.
- Untuk membandingkan dengan perusahaan lain, sehingga diketahui perusahaan mana yang lebih rendah atau lebih tinggi angka ROA-nya.
Rumus Perhitungan ROA (Return On Assets)
Berdasarkan sumber jurnal penelitian, ROA (Return On Assets) dapat dihitung dengan cara membandingkan laba bersih (setelah pajak) dengan total aktiva. Jadi, rumus berupa:
ROA = laba bersih setelah pajaktotal aktiva x 100%
Ingat bahwa semakin besar nilai ROA (Return On Assets), maka semakin menunjukkan bahwa kinerja perusahaan tersebut baik. Alhasil, investor akan semakin tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut karena berpeluang dividen besar.
Baca Juga: Istilah ARA Saham, Apa Artinya?
Kelebihan ROA (Return On Assets)
Seperti yang telah tertulis sebelumnya, ROA (Return On Assets) ini memberikan fungsi positif pada perusahaan. Nah, berikut ini beberapa kelebihannya:
- Rasionya mudah dihitung dan dipahami.
- Dapat dijadikan sebagai alat pengukur prestasi manajemen perusahaan, khususnya pada aspek keuangan.
- Sebagai tolok ukur prestasi manajemen, khususnya dalam memanfaatkan aset perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
- Sebagai alat evaluasi atas kebijakan-kebijakan manajemen perusahaan.
- Menarik minat investor untuk bersedia menanamkan modalnya pada saham perusahaan.
Kekurangan ROA (Return On Assets)
Sayangnya, sekalipun ROA (Return On Assets) ini mudah dipahami dan menjadi tolok ukur keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba, tetapi tetap saja memiliki kekurangannya, yakni:
- Kurang mendorong manajemen perusahaan untuk menambah aset, apalagi jika nilai ROA yang diharapkan terlalu tinggi.
- Manajemen cenderung fokus pada tujuan jangka pendek saja, sehingga keputusan yang diambil pun akan lebih menguntungkan pada jangka pendek dan berakibat negatif dalam jangka panjangnya.
Faktor Pengaruh Tinggi-Rendahnya ROA (Return On Assets)
Suatu perusahaan dikatakan menghasilkan laba jika rasio profitabilitasnya tinggi. ROA (Return On Assets) ini menjadi salah satu dari rasio profitabilitas tersebut.
Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya ROA (Return On Assets):
a) Rasio Likuiditas
Adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio ini dihitung dengan membandingkan aktiva lancar perusahaan dengan kewajiban lancar.
Rasio likuiditas terdiri atas:
- Current Ratio: kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Caranya adalah membandingkan semua aktiva likuid perusahaan dengan kewajiban lancar.
- Acid Test: mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang lebih likuid (tanpa memasukkan unsur persedian dibagi kewajiban lancar).
*Aktiva lancar adalah aset yang dapat dikonversi menjadi kas secara cepat tanpa harus mengurangi harganya terlalu banyak.
b) Rasio Manajemen Aktiva
Dapat mengukur seberapa efektif perusahaan dalam rangka pengelolaan asetnya. Terdiri atas:
- Inventory Turnover: mengetahui frekuensi pergantian persediaan yang masuk ke dalam perusahaan. Dilihat dari bahan baku kemudian diolah dan dikeluarkan dalam bentuk produk jadi melalui penjualan dalam satu periode.
- Days Sales Outstanding: mengetahui jangka waktu rata-rata penagihan piutang menjadi kas yang berasal dari penjualan kredit perusahaan.
- Fixed Assets Turnover: mengetahui seberapa efektif perusahaan menggunakan aset tetapnya dengan membandingkan penjualan terhadap aktiva tetap bersih.
- Total Assets Turnover: mengetahui seberapa efektif perusahaan menggunakan seluruh aktivanya dengan membandingkan penjualan terhadap total aktiva
c) Rasio Manajemen Utang
Untung melihat sejauh mana kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang (utang) yang digunakan untuk membiayai seluruh aktivitas perusahaan. Terdiri atas:
- Debts Ratio: mengetahui persentase dana yang disediakan kreditur.
- Times Interest Earned (TIE): mengukur seberapa besar laba operasi dapat menurun sampai perusahaan tidak dapat memenuhi beban bunga tahunan.
*Inventory Turnover dan Days Sales Outstanding termasuk rasio manajemen aktiva.
*Debts Ratio termasuk manajemen utang
Baca Juga: Average Down Saham - Pengertian, Manfaat, Rumus, dan Studi Kasusnya
Mau Memantau Saham dengan ROA Tinggi?
Nah, itulah penjelasan apa itu ROA ROA (Return On Assets) yang dinilai mampu mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Semakin besar angka ROA maka itu berarti keuntungan perusahaan semakin tinggi—pun sebaliknya. Jika keuntungan perusahaan meningkat, maka harga saham pun juga akan meningkat.
Berhubung sekarang ini segalanya sudah serba canggih, maka untuk memantau harga melalui aplikasi smartphone saja. Salah satunya adalah aplikasi InvestasiKu.
Dari aplikasi ini, kamu dapat melakukan investasi berbagai instrumen seperti saham, reksadana, maupun reksadana melalui platform aplikasi investasi terpercaya.
Jangan khawatir sebab aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga aman dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.