Pada Rabu, 17 Maret 2022, Jerome Powel selaku Gubernur The Fed, Amerika Serikat resmi menaikkan suku bunga sebesar 25 bps atau 0,25%. Kenaikan suku bunga ini merupakan yang pertama kali dalam 3 tahun belakangan.
Kenaikan ini disebabkan oleh inflasi AS yang sudah sangat tinggi disusul oleh perang Rusia vs Ukraina yang berpotensi juga akan menaikkan resiko inflasi.
Dalam rapat FOMC juga, Jerome Powel mengatakan bahwa dampak dari perang Rusia vs Ukraina ini bisa semakin menambah resiko naiknya inflasi karena harga-harga komoditas naik signifikan akibat perang yang membuat banyak kebutuhan pokok harganya ikutan naik karena bahan bakunya naik.
Sebagian besar pejabat The Fed memperkirakan suku bunga fed-funds akan naik setidaknya menjadi 1,875% pada akhir 2021 dan menjadi sekitar 2,75% pada akhir 2023. Indonesia akan umumkan suku bunga acuannya pada hari ini, 17 Maret 2022.
Meski konsensus mengatakan BI masih akan pertahankan di level 3,5% karena inflasi yang masih bisa dijaga di level 2%an namun para analis yakin BI akan menaikkan suku bunga pada tahun ini hingga ke level 4,5% pada akhir tahun ini.
Baca juga: Harga Emas Naik Signifikan Karena Rusia vs Ukraina
Key Takeaway
Jika BI ikut menaikkan suku bunganya, maka sektor bank yang paling diuntungkan sebab akan menaikkan Net Interest margin mereka.
Namun, sektor yang memiliki hutang bank yang gede dan yang bergantung pada suku bunga acuan akan mendapatkan katalis negatif dari aksi ini.
Sebab ada resiko gagal bayar dari emiten yang punya hutang bank besar dan adanya resiko penurunan penjualan/pendapatan dari emiten yang penjualannya bergantung pada suku bunga.
Investasi saham sekarang!