Pada Jumat, 1 Juli 2022 BPS umumkan inflasi periode Juni 2022. Hasilnya, inflasi inti tahunan naik ke level 4,35% YoY di Juni 2022 dari sebelumnya di level 3,5% dan inflasi secara bulanan naik 0,61% MoM.
Penyumbang terbesar dari naiknya inflasi ini dari makanan dan minuman lalu tembakau sedangkan komoditas penyumbang terbesar dari minyak goreng, cabai merah dan rokok kretek filter.
Naiknya inflasi Juni 2022 merupakan yang tertinggi sejak 2017 dan artinya juga sudah melampaui target pemerintah yang menjaga inflasi tahunan di level 3% - 4,2% di 2022.
Karena inflasi yang sudah melampaui target, maka akan ada potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia selain guna mempertahankan agar inflasi tidak naik signifikan, juga demi menjaga agar investor asing masih ingin menempatkan uangnya di Indonesia.
Pada 20 Juli 2022 mendatang, The Fed kembali akan melakukan rapat membahas suku bunga acuannya, dimana menurut consensus suku bunga akan kembali dinaikkan 50 bps – 75 bps.
Jika The Fed menaikkan suku bunga hingga 75 bps, artinya suku bunga The Fed di Juli 2022 nanti sebesar 2,5%. Jika mengacu pada data historis, saat suku bunga The Fed berada di level 2,5% di periode Desember 2018 – Juni 2019, suku bunga BI berada di angka 6% atau menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah.
Podcast: Suku Bunga Acuan Naik Jadi 550
Key Takeaway
Jika ternyata BI jadi untuk menaikkan suku bunga pertama kalinya sejak Februari 2021 silam yang dipertahankan di level terendahnya di 3,5% maka waspadai katalis negatif terhadap IHSG karena IHSG secara historis berpengaruh negatif dari kenaikan suku bunga, lalu sektor yang sensitive terhadap pergerakan suku bunga seperti properti, lalu emiten yang memiliki hutang bank besar namun cash sedikit karena akan berpotensi gagal bayar, dan untuk emiten yang impor bahan baku namun produknya dijual dalam mata uang rupiah.
Ingin mendapatkan rekomendasi saham? Join grup telegram Rencana Cuan sekarang!