Istilah generasi sandwich sekarang tengah ramai di kalangan pengguna sosial media.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan sejak tahun 1981 untuk menyebut orang-orang dewasa yang harus menanggung biaya hidup dari 2-3 generasi, yakni orang tuanya, diri sendiri, dan anak-anaknya.
Lantas, apa penyebab seseorang dapat menjadi generasi sandwich? Apakah seorang generasi sandwich dapat menabung untuk keuangan di masa depan?
Yuk, segera simak penjelasannya berikut ini!
Pengertian Generasi Sandwich
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, generasi sandwich adalah sebutan untuk seseorang yang harus menanggung biaya hidup dari 3 generasi di keluarganya yakni orang tua, diri sendiri, dan anaknya.
Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh seorang profesor asal Kentucky University bernama Dorothy A. Miller melalui bukunya yang berjudul Social Work.
Miller membuat analogi fenomena ini layaknya roti sandwich yang ditumpuk-tumpuk bahannya.
Roti lapisan atas adalah biaya hidup orang tua dan roti lapisan bawah adalah biaya hidup anak.
Nah, seorang generasi sandwich ini diibaratkan daging yang terjebak dan terhimpit di tengah-tengah dua lapisan roti tadi.
Lagipula, Miller memang membuat analogi tersebut berdasarkan fenomena sosial yang terjadi di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Melansir dari penelitian tentang Determinan Keputusan Investasi: Studi pada Generasi Sandwich (2024), menyebutkan bahwa jumlah generasi sandwich di negara ini terus-menerus naik. Pada tahun 2021 saja sudah meningkat hingga 33,82%.
Disinyalir, penyebab generasi sandwich adalah keadaan finansial keluarga yang kurang baik.
Kategori Generasi Sandwich
Generasi sandwich dapat terjadi baik pada wanita maupun pria dengan rentang usia 20-40 tahun. Berikut ini 3 kategori generasi sandwich:
-
The Traditional Sandwich Generation
Merujuk pada orang dewasa usia 40-50 tahun yang harus menanggung biaya hidup orang tua lanjut usia dan anak-anaknya.
-
The Club Sandwich Generation
Merujuk pada orang dewasa usia 30-60 tahun yang harus menanggung biaya hidup keluarga besar. Mulai dari orang tuanya, cucu (jika sudah punya), bahkan hingga kakek neneknya.
-
The Open Faced Sandwich Generation
Merujuk pada orang dewasa yang belum memiliki anak dan harus menanggung biaya hidup orang tuanya saja.
Baca Juga: Investasi Emas Antam, Emang Beneran Cuan?
Penyebab Terjadinya Generasi Sandwich
Generasi sandwich tidak semena-mena terjadi pada generasi boomer dan millenial saja, tetapi juga gen Z sekalipun. Ada banyak penyebab yang membentuk fenomena sosial ini, yakni:
Efek Domino dari Generasi Sebelumnya
Biasanya, generasi sandwich itu menjadi penerus dari generasi sebelumnya yang juga merupakan generasi sandwich.
Jadi, dapat dikatakan fenomena ini adalah efek domino yang terus berulang.
Hal ini juga berkaitan dengan kegagalan finansial ekonomi orang tua.
Alhasil, mereka justru “mewariskan” kemiskinan dan tanggungan biaya hidup kepada anak-anaknya.
Kurangnya Literasi Keuangan
Penyebab efek domino yang terus berulang tersebut adalah kurangnya literasi keuangan dari generasi paling awal.
Berhubung suatu keluarga tidak memiliki perencanaan keuangan sama sekali, maka banyak kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Alhasil, mereka mengandalkan pendapatan dari generasi selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Singkatnya, orang tua yang sudah tua dan tidak memiliki dana pensiun pasti akan terlalu ketergantungan secara finansial kepada anak-anaknya yang masih dalam usia produktif kerja.
5 Cara Aman Generasi Sandwich Untuk Investasi
Saat ini, generasi milenial dan generasi Z menjadi pelaku utama dalam fenomena atas generasi ‘roti lapis’ tersebut.
Di sisi lain, dua generasi tersebut justru lebih memahami keuangan yang lebih baik, dibandingkan generasi sebelumnya.
Mengingat peradaban sekarang sudah kental dengan keberadaan teknologi dan segala pengetahuan terbaru, maka mereka pun sadar pentingnya berinvestasi.
Sayangnya, sekalipun dua generasi tersebut sudah tertarik untuk berinvestasi, mereka masih merasa gundah karena rupiah yang akan diinvestasikan itu tidak ada.
Yap, gaji mereka setiap bulan sudah habis untuk kebutuhan rumah dan sehari-hari.
Bagi pemula, berinvestasi tentu saja masih menjadi hal yang sulit, apalagi untuk memahami istilah-istilahnya.
Lalu, apakah generasi sandwich bisa berinvestasi? Jawabannya adalah bisa.
Semua bergantung pada individu masing-masing dan berikut beberapa caranya:
1. Membicarakan Rencana dengan Keluarga
Generasi sandwich memang akan selalu berkaitan dengan keluarga, baik itu orang tua maupun istri dan anak.
Jadi, hendaknya kamu harus membicarakan rencana untuk berinvestasi ini kepada keluargamu.
Berikan pemahaman bahwa berinvestasi itu sama saja dengan menabung, sehingga kehidupan kelak di masa depan akan ‘tertolong’.
Katakan pada keluarga bahwa mulai bulan depan, gaji akan disisihkan lebih banyak demi kebutuhan investasi ini.
Lakukan investasi di platform investasi yang aman dan telah diawasi oleh OJK yakni di investasiku.
Jika ada keluarga yang mulai skeptis dengan investasi, tunjukkan bahwa melalui investasiku ini sering membahas hal-hal tentang Trading Idea pada Live Instagram.
Alhasil, mereka dapat turut memantau bagaimana perkembangan investasi khususnya saham.
2. Mulai Kelola Keuangan Secara Cermat
Banyak orang menggunakan rumus 50/30/20 untuk mengelola keuangan.
Kamu sebagai generasi sandwich, tentu bisa menerapkan rumus tersebut.
Rumus ini berupa 50% untuk kebutuhan pokok seperti membayar cicilan, tagihan listrik maupun air, hingga belanja bulanan.
Lalu, 30% untuk hiburan atau keinginan lain. Sisanya 20% barulah untuk ditabung.
Catat segala pemasukan dan pengeluaran di buku khusus.
Hal tersebut supaya kamu dapat mengetahui alasan kenapa uangmu tiba-tiba menipis. Jadi, bulan depannya kamu dapat mengelola keuangan secara lebih baik.
Dalam hal ini, usahakan untuk memisahkan anggaran orang tua, dirimu sendiri (jika masih lajang), dan keluarga (jika sudah menikah).
Buat skala prioritas atas kebutuhanmu supaya kamu tetap dapat berinvestasi sedikit demi sedikit.
3. Identifikasi Aset yang Dimiliki Selama Ini
Coba tanyakan ke keluargamu, apakah mereka memiliki aset berupa tanah maupun rumah kosong?
Jika iya, aset tersebut dapat dioptimalkan dengan disewakan kepada orang lain.
Alhasil, keuangan akan membaik dan jangan langsung digunakan untuk foya-foya ya…
FYI, investasi ini juga dapat digunakan sebagai dana pensiun kehidupan orang tua kelak.
4. Berinvestasi Saat Keuangan Mulai Membaik
Nah, saat kondisi finansialmu sudah mulai membaik, segera berinvestasi.
Belajarlah sedikit-sedikit tentang betapa pentingnya investasi untuk masa depan, sekalipun kamu adalah generasi sandwich. Sedikit-sedikit, lunasi hutangmu.
Setiap bulan, sisihkan anggaran untuk investasi dan terus pantau melalui aplikasi InvestasiKu.
Jangan khawatir akan rungkad seperti di lagu-lagu dangdut, sebab di aplikasi ini terdapat pilihan Rencana dan Financial Check-Up untuk mengetahui seberapa sehat level keuanganmu saat ini.
5. Jangan Overthinking
Cara terakhir adalah kamu harus tetap menjaga kesehatan fisik maupun mental. Jangan overthinking terhadap banyak hal.
Menjadi sandwich generation memang sangat berat, tetapi dapat dikendalikan secara perlahan.
Banyak orang sering menganggap bahwa investasi adalah membuang-buang uang kepada orang kaya.
Padahal, kamu yang medioker saja pun juga bisa memiliki investasi saham di perusahaan ternama.
Baca Juga: Pentingnya Literasi Keuangan Buat Milenial dan Gen Z
Siap Memotong Garis Generasi Sandwich?
Saat ini, sudah banyak buku maupun artikel di internet yang membahas seberapa pentingnya investasi demi masa depan.
Jadi, semakin luas pengetahuan dan pemahaman akan keuangan, maka semakin besar pula keinginan untuk berinvestasi.
Sekalipun kamu adalah generasi sandwich, kamu tetap layak mendapatkan hidup lebih baik di masa depan kelak.
Namun, semuanya tidak dapat diperoleh secara instan begitu saja. Harus melalui beberapa proses, salah satunya dengan mulai berinvestasi dari sekarang.
Nah, kamu bisa mulai investasi di platform khusus untuk investasi, yakni InvestasiKu!
Saat ini, InvestasiKu menyediakan produk reksadana dan saham yang bisa langsung kamu beli melalui aplikasi ini.