Bank sentral adalah lembaga negara independen yang bertanggung jawab mengatur dan mengawasi berbagai sistem keuangan di suatu negara, supaya tetap stabil. Nah, di Indonesia bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia (BI) yang bebas dari campur tangan pemerintah dan diatur tegas dalam Undang-Undang.
Peran bank sentral dalam keuangan dan ekonomi negara tentu saja sangat penting. Jika melansir pada UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bank sentral ini memiliki tujuan utama.
Tujuan utama tersebut adalah berupaya mencapai sekaligus memelihara kestabilan nilai mata uang rupiah. Selain itu, apa saja peran bank sentral dalam keuangan dan ekonomi Indonesia? Yuk, simak ulasannya berikut ini!
5 Peran Bank Sentral dalam Keuangan dan Ekonomi
Di Indonesia, posisi bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia yang memiliki 5 peranan utama dalam stabilitas keuangan dan ekonomi negara. Berhubung pada tahun 1998 silam, Indonesia pernah terjadi krisis ekonomi maka Bank Indonesia selalu berupaya menjaga kestabilan sistem keuangan.
Kestabilan sistem keuangan ini tentunya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Nah, sebagai bank sentral maka tentu saja Bank Indonesia harus berupaya memelihara kestabilan sistem keuangan Indonesia.
Nah, berikut 5 peran bank sentral dalam keuangan dan ekonomi Indonesia:
1. Menjaga Stabilitas Moneter
Dalam hal ini, Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan segala kebijakan moneter yang tepat sekaligus berimbang. Jika terdapat stabilitas moneter terganggu, tentu akan langsung berdampak pada berbagai kegiatan ekonomi negara.
Misalnya, jika Bank Indonesia menerapkan suku bunga yang ketat justru dapat mematikan kegiatan ekonomi. Pun, sebaliknya.
Maka dari itu, Bank Indonesia akhirnya menerapkan kebijakan bernama inflation targeting framework.
FYI, Inflation Targeting Framework (IFT) ini pertama kali diterapkan di Selandia Baru pada tahun 1990. Lalu, banyak bank sentral di sejumlah negara termasuk Indonesia ikut menjalankan kerangka kerja kebijakan moneter tersebut.
2. Menciptakan Kinerja Lembaga Keuangan yang Sehat
Penciptaan kinerja lembaga keuangan khususnya perbankan yang sehat tentu hanya dapat dilakukan melalui pengawasan dan regulasi. Apabila sektor perbankan terjadi kegagalan, maka dapat menimbulkan ketidakstabilan pada sistem keuangan negara. Alhasil, perekonomian negara pun terganggu.
Taktik jitu untuk mencegah kegagalan tersebut adalah dengan upaya penegakan sistem pengawasan dan kebijakan perbankan. Tak berhenti disitu saja, harus diadakan disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan, pembuat kebijakan, dan penegakan hukum.
Nah, upaya penegakan hukum ini sengaja untuk melindungi perbankan, stakeholder, dan mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk itu, pihak Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan Basel II.
Baca Juga: Capital Gain Adalah - Pengertian, Jenis, Rumus, dan Contohnya
3. Berwenang Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Dalam upaya mengelola rupiah khususnya pada sistem pembayaran, Bank Indonesia berusaha menjaga kelancaran.
Misal terjadi gagal bayar pada salah satu peserta, ternyata dapat menimbulkan risiko potensial yang serius. Alhasil, kelancaran sistem pembayaran juga akan terganggu. Lalu, kegagalan bayar tersebut juga bersifat menular sehingga akan terjadi gangguan yang bersifat sistemik.
Itulah mengapa, Bank Indonesia berupaya mengembangkan mekanisme dan pengaturan yang pasi, supaya risiko kegagalan pada sistem pembayaran pun berkurang. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan sistem pembayaran bersifat real time alias Real Time Gross Settlement (RTGS).
4. Riset dan Pemantauan
Adanya wewenang tersebut, pihak Bank Indonesia dapat mengakses berbagai informasi yang dinilai mampu mengancam stabilitas keuangan. Pada riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan berbagai instrumen dan indikator macroprudential. Langkah ini berguna untuk mendeteksi kerentanan yang terjadi dalam sektor keuangan.
Sementara pada pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia akan memonitor adanya kerentanan khususnya sektor keuangan. Selain itu juga mendeteksi terjadinya potential shock yang justru berdampak pada stabilitas sistem keuangan.
Nah, melalui hasil riset dan pemantauan tersebut, akan diolah menjadi langkah-langkah untuk meredam gangguan yang terjadi dalam sektor keuangan.
Baca Juga: Cara Hitung Pendapatan Per Kapita, Beserta Rumus dan Contohnya
5. Sebagai Lender of The Last Resort (LoLR)
Artinya, Bank Indonesia berperan mengelola krisis guna menghindari adanya ketidakstabilan sistem keuangan. Hal ini meliputi penyediaan likuiditas baik dalam kondisi normal maupun kondisi krisis.
Fungsi ini hanya boleh diberikan kepada bank (swasta maupun negeri) yang sedang menghadapi masalah likuiditas dan bahkan berpotensi memicu krisis endemik. Apabila dalam kondisi normal, LolR ini dapat diterapkan saat ada bank yang sedang kesulitan temporer, tetapi masih mampu membayar kembali.
Di sisi lain, Bank Indonesia harus menghindari adanya moral hazard. Moral hazard adalah permasalahan yang terjadi saat ada debitur menggunakan dana bank untuk kepentingannya di luar yang telah dijanjikan dengan bank tersebut.
Maka dari itu, Bank Indonesia harus ketat dalam hal sistemik dan persyaratan, khususnya dalam penyediaan likuiditas.