Sebuah perusahaan yang sudah go public, pasti akan mencari keuntungan melalui bisnisnya dengan tujuan supaya mampu berbagi keuntungan dengan para pemegang sahamnya. Semakin hari, semakin banyak perusahaan yang go public sehingga menyebabkan ketatnya persaingan dari para perusahaan yang bergerak di industri sama.
Perusahaan-perusahaan ini seolah berlomba-lomba mendapatkan investor terbanyak sehingga berupaya menaikkan nilai perusahaannya. Dalam konteks ini, nilai perusahaan tersebut dinamakan Enterprise Value (EV) yang tentu harus dipahami oleh para investor sebelum memilih perusahaan emiten untuk menanamkan modalnya.
Memangnya, apa itu Enterprise Value (EV) yang ternyata berpengaruh pada harga saham? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Apa Itu Enterprise Value (EV)?
Enterprise Value (EV) adalah nilai perusahaan yang menjadi indikator pasar dalam menilai bagaimana perusahaan tersebut secara keseluruhan. Enterprise Value (EV) terkadang disebut sebagai firm value.
Jika dari sudut pandang perusahaan, maka perusahaan yang notabene merupakan entitas bisnis maka akan selalu berupaya memaksimalkan nilai perusahaan tersebut supaya memberikan kesejahteraan para pemegang sahamnya.
Sementara jika dari sudut pandang investor, maka semakin meningkatnya Enterprise Value (EV) alias nilai perusahaan, maka dividen yang diberikan kepada para pemegang saham juga akan meningkat.
Dalam hal ini, harga saham suatu emiten akan berbanding lurus dengan peningkatan kemakmuran para pemegang saham. Itulah mengapa, para investor cenderung akan mempercayakan modalnya (dalam bentuk saham) dikelola oleh perusahaan yang memiliki Enterprise Value tinggi.
Enterprise Value alias nilai perusahaan tidak hanya dinilai dari bagaimana kinerja perusahaan terhadap bisnisnya, tetapi juga dalam meningkatkan kepercayaan pasar pada prospek perusahaan di masa mendatang.
Secara tidak langsung, Enterprise Value ini akan mendorong manajer perusahaan untuk memaksimalkan perannya dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan. Mulai dari kegiatan personalia, produksi, pemasaran, hingga keuangan supaya nantinya perusahaan memiliki nilai yang menarik para investor.
Lagipula, pengoptimalisasian nilai perusahaan melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan juga akan berdampak pada keputusan keuangan perusahaan dan akan mempengaruhi nilai perusahaan pula.
Baca Juga: Laporan Keuangan Perusahaan - Pengertian, Pihak yang Berkaitan, Jenis, dan Manfaatnya
3 Fungsi Enterprise Value Terhadap Investasi Maupun Akuisisi
Berhubung Enterprise Value alias nilai perusahaan dapat dilihat dari sudut pandang investor dan perusahaan itu sendiri, maka fungsinya juga pasti akan berkaitan dengan investasi hingga akuisisi sekalipun.
1. Menunjukkan Bagaimana Kinerja Perusahaan
Perhitungan suatu Enterprise Value dapat menunjukkan nilai rasio keuangan suatu perusahaan. Alhasil, para investor pun dapat mengetahui bagaimana kinerja perusahaan khususnya emiten yang hendak ditanamkan modal sahamnya tersebut.
2. Informasi atas Utang dan Kas Perusahaan
Mengingat nilai perusahaan ini menggambarkan nilai rasio keuangan perusahaan, maka tentu saja melibatkan kisaran jumlah utang dan kas juga.
Dari sudut pandang investor, maka dapat mengetahui bagaimana kemampuan perusahaan emiten dalam melunasi utang-utangnya. Jika memang perusahaan tersebut memiliki Enterprise Value yang bagus, maka kinerja keuangannya juga akan baik sehingga sahamnya layak dibeli oleh para investor.
3. Memudahkan Penentuan Nilai Akuisisi
Investor tidak melulu “berupa” individu saja, tetapi juga badan usaha. Singkatnya, suatu perusahaan berhak berinvestasi pada perusahaan lain atau bahkan hendak mengakuisisinya melalui Enterprise Value.
Dari adanya Enterprise Value ini, investor perusahaan dapat lebih mudah mengukur berapa jumlah modal yang hendak dikeluarkan apabila ingin mengakuisisi perusahaan lain.
Faktor Pengaruh Enterprise Value Dari Perusahaan
1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan berpengaruh pada Enterprise Value. Ukuran perusahaan ini dilihat dari total aset untuk digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan.
Jika suatu perusahaan memiliki total aset yang besar, maka pihak manajemen akan lebih leluasa menggunakan aset tersebut dalam memaksimalkan bisnis. Namun, keleluasaan itu juga sebanding dengan kekhawatiran pemilik atas asetnya.
Dari sisi pemilik perusahaan, jumlah aset yang besar justru akan menurunkan perusahaan. Sementara di sisi manajemen, jumlah aset yang besar justru memudahkannya mengendalikan perusahaan sehingga nantinya akan menaikkan nilai perusahaan.
2. Leverage
Leverage adalah tingkat kemampuan perusahaan emiten dalam menggunakan aset atau modal yang memiliki biaya tetap (hutang maupun saham) dalam rangka mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin.
Jika dalam konteks investasi, maka leverage ini mengacu pada utang atau pinjaman modal dari pihak investor kepada perusahaan emiten dengan tujuan mengembangkan usahanya.
Nah, leverage ini akan menunjukkan sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh utang dibandingkan dengan modal sendiri. Biasanya, leverage dianggap sebagai penaksir risiko perusahaan.
Semakin besar leverage, maka semakin besar pula risiko investasi.
3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah gambaran kinerja manajemen dalam mengelola bisnis perusahaan. Ada berbagai indikator penentu profitabilitas seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik.
Rasio profitabilitas ini akan menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Naiknya nilai perusahaan juga sejalan dengan kenaikan laba bersih.
Jika sudah demikian, maka harga saham juga akan naik karena Enterprise Value juga naik.
4. Corporate Social Responsibility (CSR)
Adalah mekanisme suatu perusahaan yang secara sukarela memperhatikan lingkungan dan sosial, terutama dalam kegiatan operasional perusahaan yang berkenaan pada interaksinya dengan stakeholders.
Nilai perusahaan akan meningkat jika perusahaan turut memperhatikan bagaimana dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
Nyatanya, sebagian besar konsumen pasti akan berbondong-bondong meninggalkan produk dari perusahaan yang memiliki citra buruk atau bahkan pemberitaan negatif. Sebut saja pada langkah boikot pada perusahaan yang pro dengan Israel, yang tentu memberi dampak berupa menurunnya nilai perusahaan. Hal ini dilihat dari harga saham dan laba perusahaan.
Baca Juga: Inklusi Keuangan - Definisi, Manfaat, dan Penerapannya
Mau Memantau Harga Saham Secara Mudah?
Nah, itulah penjelasan mengenai apa itu neraca lajur yang biasanya dibuat untuk memudahkan akuntan dalam penyusunan laporan keuangan lebih lanjut.
Sebagai investor, perlu menyimak bagaimana perkembangan keuangan dari perusahaan emiten yang telah kamu tanamkan sahamnya untuk mengetahui apakah saham tersebut dapat terus dipertahankan atau tidak.
Omong-omong soal menentukan dipertahankannya saham, kamu dapat memantau harga saham yang jelas berkesinambungan dengan kondisi keuangan perusahaan emiten.
Berhubung sekarang ini segalanya sudah serba canggih, maka untuk memantau perkembangan harga saham pun dapat dilakukan melalui aplikasi smartphone saja. Salah satunya adalah aplikasi InvestasiKu.
Dari aplikasi ini, kamu dapat melakukan investasi berbagai instrumen seperti saham, reksadana, maupun reksadana melalui platform aplikasi investasi terpercaya.
Jangan khawatir sebab aplikasi InvestasiKu ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga aman dan terpercaya.
Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.