INVESTASI
 

Perbedaan Perilaku Investor Konservatif vs Agresif

by Rifda Arum Adhi Pangesti - 16 Oct 2025 - Reviewed by Revo Gilang Firdaus M.

 

Setiap berinvestasi pada instrumen apapun, pasti akan selalu ditanya apa profil risikomu. Mengingat setiap investor memiliki gaya dan strategi yang berbeda dalam mengelola uangnya. 

Ada yang cenderung konservatif yakni yang lebih berhati-hati, dan tidak mau mengambil risiko besar. Ada pula yang agresif alias berani menaruh modal besar di instrumen berisiko demi potensi keuntungan yang lebih tinggi.

Perbedaan perilaku ini bukan sekadar soal pilihan instrumen investasi, tetapi juga terkait erat dengan profil risiko, kondisi keuangan, serta psikologi individu. Jadi jika profil risikomu berbeda dengan anggota keluarga, rekan kerja, maupun teman tongkrongan, itu wajar banget

Apa Itu Investor Konservatif?

Investor konservatif adalah mereka yang lebih mengutamakan keamanan modal daripada potensi keuntungan besar. Secara psikologi, aspek ketakutan (fear) menjadi dominan, sehingga tipe investor ini sangat menghargai kestabilan daripada potensi keuntungan besar. 

Ada banyak faktor kenapa investor konservatif begitu hati-hati dalam berinvestasi. Biasanya dipengaruhi pengalaman masa lalu seperti pernah rugi besar di instrumen saham, sehingga saat ini menjadi lebih berhati-hati. 

Tak jarang, investor konservatif itu berasal dari kalangan dengan tanggungan finansial besar. Misalnya para sandwich generation, perantau, orang tua yang harus membiayai anak sekolah, atau bahkan orang pensiunan. 

Alhasil, mereka cenderung menghindari risiko tinggi dan lebih memilih instrumen stabil dengan imbal hasil lebih rendah, seperti:

  • Reksadana pasar uang
  • Deposito
  • Obligasi pemerintah
  • Reksadana pendapatan tetap

Bagi investor konservatif, saat berinvestasi itu yang penting dapat menghindari kerugian dan memprioritas keamanan modal. Jadi, tidak masalah apabila keuntungan investasi itu kecil, asal dana tetap aman. 

Baca Juga: Membandingkan Portofolio Investasi Milik Sendiri dengan Orang Lain, Bolehkah?

Apa Itu Investor Agresif?

Sebaliknya, investor agresif adalah mereka yang siap mengambil risiko tinggi demi peluang imbal hasil yang jauh lebih besar. Mereka percaya bahwa risiko besar sebanding dengan potensi return besar alias high risk-high return.

Orang-orang yang memiliki profil risiko agresif ini cenderung memiliki greed (keserakahan) sekaligus optimisme, sehingga memotivasi mereka untuk mengejar keuntungan lebih tinggi. Tak jarang, adanya rasa percaya diri yang berlebihan (overconfidence) mendorong mereka yakin ketika memilih instrumen investasi apa yang menguntungkan. 

Para investor agresif pasti berani mengambil risiko investasi. Ketika terjadi fluktuasi pasar, justru dirinya akan menganggap hal itu sebagai peluang, bukan ancaman. Di sisi lain, investor agresif berorientasi jangka panjang, sehingga sadar bahwa keuntungan besar itu pasti membutuhkan waktu panjang pula. 

Kelebihan investor agresif ini adalah optimis dan percaya diri bahwa pasar akan pulih, sekalipun sempat turun. Jadi, tidak mudah panik apalagi saat IHSG merah menyala. Nah, instrumen favorit para investor agresif antara lain: 

  • Reksadana saham
  • Saham individual
  • Reksadana indeks
  • ETF (Exchange Traded Fund)
  • Investasi alternatif seperti crypto, P2P lending, dan lainnya

Baca Juga: Top 3 Kinerja Reksadana di InvestasiKu (Update September 2025)

Alasan Mengapa Investor Bisa Konservatif atau Agresif

Ingat bahwa setiap individu di muka bumi ini memiliki kehidupan dan keunikan masing-masing. Sekalipun kembar, mereka tetap menjadi individu berbeda. 

Maka dari itu, kamu tidak boleh judgemental dengan investor lain hanya karena mereka konservatif atau agresif. Ada banyak alasan mengapa seorang investor bisa konservatif atau agresif. 

1. Kondisi Keuangan

Orang dengan gaji pas-pasan, banyak cicilan, atau mendekati pensiun biasanya lebih konservatif. Sebaliknya, orang dengan penghasilan tetap tanpa banyak tanggungan cenderung lebih agresif.

2. Pengalaman Investasi

Investor yang pernah rugi besar di saham biasanya trauma sehingga menjadikannya konservatif. Sementara investor yang pernah mendapat keuntungan signifikan justru akan makin agresif.

3. Pengetahuan dan Literasi Keuangan

Orang dengan minim literasi keuangan, pasti konservatif karena takut salah dalam melangkah. Sementara orang dengan berwawasan luas khususnya tentang literasi keuangan, pasti agresif karena berani mengambil risiko terukur.

4. Faktor Psikologi

Investor konservatif adalah mereka yang lebih dipengaruhi rasa takut (fear) dan loss aversion. Sementara investor agresif lebih dipengaruhi optimisme, greed, atau bahkan FOMO karena takut ketinggalan peluang besar.

5. Pengaruh Lingkungan dan Media Sosial

Sadarkah kamu jika media sosial sekarang selalu penuh cerita sukses “cuan cepat”, sehingga membuat orang berubah lebih agresif. Namun jika kamu berada di lingkungan keluarga yang konservatif, pasti bisa menanamkan pola investasi aman sejak dini.

Minat Berinvestasi ke Reksadana?

Nah, itulah penjelasan tentang apa saja perbedaan perilaku investor konservatif dan investor agresif pada cara mereka memandang risiko dan keuntungan. Investor konservatif lebih memilih aman meski return kecil, sedangkan investor agresif berani menanggung risiko besar demi hasil lebih tinggi.

Investor agresif lebih akrab dengan FOMO (Fear of Missing Out) Ketika melihat tren saham atau reksadana tertentu naik, investor agresif bisa terdorong membeli tanpa analisis matang karena takut ketinggalan peluang.

Namun, investor konservatif juga bisa terpengaruh FOMO. Misalnya, mereka akhirnya “terpaksa” membeli reksadana saham karena semua teman ikut, meski sebenarnya tidak sesuai dengan profil risiko mereka.

Jadi, investor konservatif maupun agresif, FOMO tetap bisa menjadi jebakan psikologis jika tidak dikelola dengan bijak. Maka dari itu, perhatikan dulu apa profil risikomu ketika hendak berinvestasi, terutama pada instrumen reksadana. 

Jika profil risikomu konservatif, maka pilih reksadana pasar uang. Jika profil risikomu adalah moderat maka pilih reksadana pendapatan tetap. Jika profil risikomu agresif, bisa pilih reksadana saham. Namun apabila kamu cukup fleksibel dan ingin seimbang antara return serta risiko, bisa pilih reksadana campuran. 

Semua jenis-jenis reksadana tersebut dapat kamu investasikan melalui aplikasi InvestasiKu. Mulai dari Mega Asset Greater Infrastructure, Cipta Dana Cash, Reksadana Pendapatan Tetap PNM Cinta Anak Bangsa Kelas Gold, Reksadana Bahana Primavera 99 Kelas G, maupun Trim Kapital Plus, ada di aplikasi InvestasiKu.

Jangan khawatir, aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga legal dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.

 
Share this article via :
whatsapp-investasiku
 
InvestasiKu-footer
 

#YukInvestasiKu For Better Tomorrow

Download aplikasi InvestasiKu di Android, iOS, dan Windows serta nikmati kemudahan berinvestasi saham, reksa dana, obligasi, dan rencana keuangan

 
Download di Google Play Download di App Store Download desktop version
 

InvestasiKu adalah produk dari PT Mega Capital Sekuritas

Menara Bank Mega, Lantai 2, Jalan Kapten Tendean Kavling 12-14A,
RT 002/RW 002, Kelurahan Mampang Prapatan,
Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Kode Pos 12790

Telepon : 021-79175599
Email : customer.service@megasekuritas.id
WhatsApp : +6282260904080

 
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Spotify
  • LinkedIn
  • Facebook
  • Twitter
Eduvest
 

©2025 InvestasiKu. All rights reserved.

InvestasiKu adalah aplikasi finansial yang dikelola dan dikembangkan oleh PT Mega Capital Sekuritas, dengan misi membuka akses lebih luas bagi masyarakat pada produk-produk keuangan dengan mudah, aman dan terjangkau. Semua transaksi saham, reksa dana, dan obligasi difasilitasi oleh PT Mega Capital Sekuritas sebagai broker saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sekaligus agen penjual reksa dana yang memiliki izin usaha dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan

OJK
KOMINFO