Pada hari Kamis, 30 Juni 2022 kemarin Badan Anggaran DPR menyerahkan hasil pembicaraan pendahuluan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN 2023).
Dari laporan tersebut, diinformasikan bahwa target defisit APBN 2023 di bawah 3% terhadap PDB, pertumbuhan ekonomi 5,3% - 5,9%, laju inflasi berkisar 2% - 4% dan nilai tukar ditargetkan terjaga di level Rp14,300 – Rp14,800/dollar AS. Angka ini masih tidak jauh berbeda dengan prospek ekonomi Indonesia di 2022.
Namun, yang membedakan adalah defisit anggaran di 2022 ditargetkan sebesar 4,1% atau lebih besar dibanding ekspektasi di 2023. Selain itu, anggaran infrastruktur akan dinaikkan 5% YoY di 2023 karena pemerintah menilai anggaran besar yang beberapa tahun ini dianggarkan ke sektor Kesehatan dinilai sudah cukup mengingat covid sudah semakin terkendali dan program vaksin sudah terlaksana. Anggaran juga naik ke sektor consumer lalu utnuk sektor subsidi energi guna mendukung daya beli.
Key Takeaway
Naiknya anggaran RAPBN 2023 ke sektor infrastruktur akan menguntungkan emiten infrastruktur khususnya emiten BUMN yang proyeknya banyak bersumber dari pemerintah. Sebab, sektor ini yang sempat terpuruk akibat pandemi covid 19 karena banyak proyek yang akhirnya diberhentikan karena dialihkan ke sektor lain (seperti kesehatan) kini pembangunannya dapat kembali dilanjutkan karena sudah dinaikkannya anggarannya meski belum sebesar masa pra-pandemi.
Ingin rekomendasi saham harian?
Join Komunitas Saham Rencana Cuan sekarang!