Faktor Pertimbangan Untuk Reksadana - Banyak orang menganggap bahwa investasi hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa yang sudah kaya alias finansialnya stabil. Padahal, berinvestasi khususnya pada produk reksadana justru bisa dilakukan oleh para generasi Z terutama yang masih kuliah.
Meskipun demikian, ada banyak faktor pertimbangan investor untuk berinvestasi pada reksadana. Salah satunya keterbatasan pengalaman dan pengetahuan mereka tentang konsep reksadana, sehingga menyebabkan keraguan untuk berinvestasi.
Hal ini juga pernah dijadikan objek penelitian dengan judul Pengaruh Faktor Demografi Faktor Psikologis Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi Pada Reksadana.
Yuk, simak apa saja faktor pertimbangan tersebut!
3 Jenis Perilaku Investor Dalam Menghadapi Risiko Investasi
Sudah bukan rahasia umum jika semua investor pasti mengharapkan tingkat return tinggi atas investasinya. Lagipula, memang itu ‘kan tujuan dari investasi?
Di sisi lain, seorang investor pasti akan membutuhkan berupa informasi penting yang berkaitan dengan investasi. Informasi itu kemudian dijadikan acuan dalam proses mengambil keputusan supaya dapat memilih mana investasi yang cocok dengan dirinya.
Nah, berikut ini ada 3 jenis perilaku para investor khususnya dalam menghadapi risiko, yakni:
1. Risk Seeker
Perilaku dimana investor akan selalu mengharapkan tingkat return yang tinggi. Perilaku ini tergolong agresif dan berani mengambil risiko, dibandingkan dengan jenis perilaku lainnya.
2. Risk Indifference
Perilaku dimana investor akan lebih memilih berinvestasi pada aset yang tidak terlalu berisiko. Perilaku ini tergolong netral.
3. Risk Averter
Perilaku dimana investor merasa tidak nyaman atas adanya risiko investasi. Perilaku ini tergolong konservatif dan berupaya lebih supaya dapat terhindar dari risiko tinggi dalam investasi.
Faktor Eksternal: Demografi
Faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, hingga status pernikahan ternyata mampu mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan investasi. Hal ini sepenuhnya wajar sebab kita memang hidup dalam masyarakat.
1. Jenis Kelamin
Perbedaan biologis antara pria dan wanita ternyata memberikan karakteristik peran yang berbeda. Seorang pria cenderung berperan sebagai pelindung sehingga tertarik pada hal-hal yang praktis, penuh tantangan, dan lebih percaya diri.
Sementara seorang wanita berperan sebagai inisiatif sekaligus pemberi stimulan, sehingga karakternya lebih berhati-hati, lamban, dan bahkan penakut. Namun perlu diketahui bahwa karakter ini tidak menggeneralisasi ya…
Alhasil, investor pria akan lebih mampu menempatkan dananya pada aset yang berisiko seperti pasar modal, sementara wanita justru akan memilih yang risikonya rendah.
2. Usia
Batasan usia berpengaruh pada bagaimana kondisi fisik dan kemampuan berpikir dalam menghadapi sesuatu. Semakin tua usianya, maka akan semakin besar upayanya menghindari risiko khususnya dalam berinvestasi.
Yap, semakin bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan dan pengalaman juga akan semakin tinggi. Itulah mengapa, investor muda dibawah usia 30 tahun justru memiliki toleransi lebih tinggi daripada investor yang lebih tua diatas 30 tahun.
3. Tingkat Pendidikan
Faktor pendidikan turut mempengaruhi bagaimana tingkat penguasaan ilmu pengetahuan seseorang, khususnya bagaimana dirinya memahami sesuatu di bidang akademik.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi pula toleransinya terhadap risiko investasi. Singkatnya, investor yang paling tidak telah menempuh studi diploma maka akan memilih menginvestasikan dananya pada pasar modal daripada pada produk bank atau aset riil.
Hal tersebut karena tingkat pendidikan yang tinggi dianggap lebih berpengetahuan dan mampu berinvestasi khususnya dalam memperhitungkan risiko.
4. Status Pernikahan
Status pernikahan seseorang turut berpengaruh dalam menentukan keputusan berinvestasi. Biasanya, orang yang sudah menikah akan menanggung hidup orang lain sehingga ada banyak hal yang kemudian mempengaruhi keputusannya dalam berinvestasi.
Investor yang belum menikah cenderung lebih berani menanamkan modal pada aset berisiko, dibandingkan investor yang sudah menikah. Hal ini wajar, sebab orang yang sudah menikah pasti akan menghindari berbagai risiko yang membuatnya bangkrut demi kehidupan rumah tangga.
5. Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang ditanggung turut berpengaruh dalam keputusan seorang investor untuk berinvestasi. Keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga yang lebih sedikit cenderung lebih berani mengambil risiko dalam berinvestasi, daripada dengan keluarga besar.
Hal ini karena keluarga besar pasti total pengeluarannya lebih banyak, sehingga dana untuk kegiatan investasi akan dibatasi sekaligus menghindari risiko tinggi.
6. Pekerjaan
Profesi yang dimiliki seseorang turut berpengaruh dalam keputusannya untuk berinvestasi. Semakin baik pekerjaan seseorang, maka akan semakin besar pula penghasilannya.
Alhasil, seseorang tersebut akan berani dalam memilih investasi dengan risiko tinggi sekalipun karena return juga akan tinggi. Faktor ini berkaitan dengan faktor jumlah penghasilan.
7. Jumlah Penghasilan
Jumlah penghasilan seseorang berkaitan dengan pekerjaan yang dimilikinya. Orang-orang yang berusia dibawah 25 tahun cenderung masih berpenghasilan rendah karena memang pekerjaan dan finansialnya belum stabil, daripada yang diatas 25 tahun.
Semakin tua usia seseorang, justru biasanya penghasilannya lebih tinggi. Namun hal ini tidak bisa digeneralisasi ya… Mengingat pengalaman seseorang dalam suatu bidang itu pasti akan lebih matang jika telah berkecimpung untuk waktu yang lama.
Jadi, investor berpenghasilan rendah cenderung menjadi investor yang menghindari risiko.
Baca Juga: Rahasia Investor Sukses - Berani Rugi!
Faktor Internal: Psikologis Sang Investor
1. Overconfidence
Overconfidence adalah perasaan percaya diri yang berlebihan. Jika seorang investor memiliki sifat ini, justru akan cenderung melebih-lebihkan kemampuan dan pengetahuannya dalam investasi. Alhasil, dirinya akan mengabaikan dampak yang terjadi.
Sementara investor yang rasional pasti akan berupaya memaksimalkan keuntungan dan memperkecil risiko.
2. Data Mining
Investor akan menemukan pola dengan membaca dan meneliti data dari masa lalu. Lalu, dirinya akan menggunakan data tersebut sebagai alat untuk memprediksi kejadian di masa depan.
3. Social Interaction
Jika mengacu pada reksadana, maka hal ini berkaitan dengan bagaimana interaksi antara investor dengan Manajer Investasi maupun beberapa investor lainnya. Faktor ini berupa bagaimana orang-orang di dunia investasi berkomunikasi dan berbagi informasi tentang investasi.
Adanya interaksi tersebut pasti akan menambah insight baru sehingga mempengaruhi keputusan mereka dalam berinvestasi.
4. Emotion
Faktor emosi dalam diri seorang investor sangat berpengaruh pada keputusannya dalam berinvestasi. Semakin kompleks suasana hatinya, maka akan menyebabkan ketidakpastian dalam keputusan investasi tersebut.
Misalnya, saat masih dalam suasana hati baik alias good mood maka seorang investor akan mengambil keputusan secara baik dan benar. Pun sebaliknya.
5. Representatives
Adalah bagaimana penilaian seorang investor berdasarkan stereotipnya terhadap emiten. Apakah citranya baik, bagaimana produk perusahaannya, dan lainnya.
6. Familiarity
Faktor ini mengacu pada situasi ketika ada seseorang yang dihadapkan pada 2 pilihan risiko, pasti akan langsung memilih pilihan yang lebih familiar. Jadi, seorang investor akan cenderung memilih emiten yang lebih familiar terutama produknya di masyarakat.
7. Considering the Past
Faktor ini adalah ketika seorang investor mengingat kejadian di masa lalu, kemudian menjadikannya dasar evaluasi dalam situasi saat ini. Alasannya adalah supaya terhindar dari risiko besar di masa depan.
Investor akan cenderung berani mengambil risiko lebih besar jika sebelumnya telah mendapatkan return tinggi. Pun sebaliknya, seorang investor akan mengambil risiko lebih kecil atau bahkan tidak berani mengambil risiko sama sekali karena kerugian yang diperolehnya dulu.
Nah, itulah beberapa faktor yang mempengaruhi seorang investor dalam mengambil keputusannya untuk berinvestasi. Saat ini, sudah banyak aplikasi investasi yang mudah dan aman, salah satunya InvestasiKu. Tenang saja, aplikasi ini diawasi oleh OJK dan bahkan memberikan bonus MPC Points setiap transaksi investasi baik itu reksadana maupun saham.
Sumber:
Puspitasari, Poppy Novianti. (2014). Pengaruh Faktor Demografi dan Faktor Psikologis Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi Pada Reksadana. STIE PERBANAS.