Pada Selasa, 26 April kemarin, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) baru saja melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di mana hasil RUPS ini menyatakan bahwa ADMR tidak akan mencanangkan penggunaan laba bersih 2021 nya untuk dibagikan sebagai dividen ke para pemegang saham.
RUPS setuju dari laba USD156,7 juta, sebanyak USD1,57 jutanya akan digunakan sebagai cadangan wajib untuk patuhi aturan di pasal 70 UU No.40 Tahun 2007 dan sisanya atau USD155 juta untuk laba ditahan.
Kedepannya, perusahaan akan mengoptimalkan peran sebagai pusat pengelolaan dan pengkoordinasian seluruh bisnis grup Adaro yang berhubungan dengan produk mineral.
Langkah awalnya, ADMR saat ini sedang melaksanakan proyek smelter aluminium di bawah PT Adaro Indo Aluminium yang mana ADMR memandang investasi guna diversifikasi bisnis akan semakin memaksimalkan pencapaian nilai dari ADMR.
Sekadar informasi, kegiatan bisnis utama dari ADMR yaitu pertambangan batu bara metalurgi di mana ADMR merupakan satu-satunya emiten yang listing di bursa yang bergerak di bidang ini dan yang terbesar di Indonesia.
Masuknya ADMR ke bisnis smelter aluminium, harapannya mampu memberikan potensi bagi ADMR untuk memasok produksinya ke industri-industri yang mendukung gaya hidup ramah lingkungan.
Key Takeaway
Jika melihat dari valuasi Price to Sales maka harga saham ADMR saat ini berada di 7,2 kalinya dibanding forecast pendapatannya di 2022 yang mencapai Rp13 Triliun atau naik lebih dari 100% dibanding 2021 yang sebesar Rp6,5 Triliun dan jika melihat dari nilai intrinsik ADMR dengan menggunakan valuasi EV/EBITDA ratio, maka nilai intrinsik ADMR berada di level Rp6.328/lembar saham.