PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) memberikan klarifikasi atas pemberitaan terkait bau tidak sedap seperti gas bocor, yang dihasilkan salah satu pabrik kimia milik perseroan di daerah Cilegon, pada 20 Januari 2024.
Namun, perseroan menjelaskan bahwa yang terjadi bukanlah kebocoran gas, melainkan kegagalan fungsi alat penunjang, yang berhubungan dengan air pendingin yang mengandung hidrokarbon.
Perseroan juga menghentikan sementara operasional pabrik ethylene, dan melakukan pembakaran di cerobong, sebagai tindakan pengamanan. Apa penjelasan dan dampak dari kegagalan pabrik TPIA ini?
Penjelasan TPIA tentang Kegagalan Pabrik
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/1/2024), Sekretaris Perusahaan TPIA, Erri Dewi Riani, mengatakan bahwa pada Sabtu (20/1/2024), tepatnya pukul 05.00 WIB, pabrik Chandra Asri Group yang berada di Ciwandan, Anyer, Kota Cilegon mengalami kegagalan fungsi alat penunjang yang berhubungan dengan air pendingin yang mengandung hidrokarbon.
Hal ini menyebabkan timbulnya aroma tidak sedap yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Erri menegaskan bahwa yang terjadi bukanlah kebocoran gas seperti informasi yang banyak beredar di media massa. "Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini," ujar Erri.
Erri menjelaskan bahwa setelah kejadian tersebut, perseroan melakukan shutdown unit ethylene plant dan melakukan pembakaran di cerobong (flaring), yakni pembakaran senyawa hidrokarbon yang muncul ketika saat terjadi kondisi yang tidak biasa (abnormality) dan unplanned shutdown di pabrik.
"Hal ini dilakukan sebagai tindakan pengamanan sesuai prosedur perseroan dan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan karyawan serta masyarakat sekitar," kata Erri.
Erri mengatakan bahwa perseroan masih menyelidiki untuk memastikan sumber utama aroma tidak sedap tersebut. Ia menduga bahwa aroma tersebut muncul karena pembakaran hidrokarbon yang disebabkan oleh kegagalan fungsi alat penunjang yang berhubungan dengan air pendingin.
Erri juga mengatakan bahwa perseroan telah bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, seperti Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, dan Pemerintah Daerah, untuk menangani dan menyelesaikan masalah ini.
Dampak Kegagalan Pabrik bagi TPIA dan Kesehatan Masyarakat
Kegagalan pabrik TPIA di Cilegon tentunya berdampak bagi perseroan dan masyarakat sekitar. Bagi perseroan, kegagalan pabrik ini mengganggu operasional dan kinerja keuangan TPIA.
Erri mengatakan bahwa perseroan menghentikan sementara operasional pabrik ethylene sejak Sabtu (20/1/2024). Pabrik ethylene merupakan salah satu pabrik utama TPIA yang memproduksi bahan baku plastik dan karet sintetis.
Erri belum dapat memastikan kapan pabrik ethylene dapat beroperasi kembali. Ia mengatakan bahwa perseroan akan menginformasikan perkembangan terkini kepada publik melalui BEI.
Erri juga belum dapat menghitung besaran kerugian yang ditimbulkan oleh kegagalan pabrik ini. Ia mengatakan bahwa perseroan akan melakukan evaluasi dan kalkulasi terhadap dampak keuangan dari kejadian ini.
Bagi masyarakat sekitar, kegagalan pabrik ini menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran akibat bau tidak sedap dan pembakaran di cerobong. Beberapa warga mengeluhkan sakit kepala, mual, dan sesak napas akibat menghirup bau tidak sedap tersebut. Beberapa warga juga mengira bahwa ada kebocoran gas berbahaya dari pabrik TPIA.
Erri mengatakan bahwa perseroan telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk membuka layanan kesehatan bagi masyarakat yang terkena dampak kegagalan pabrik ini di seluruh puskesmas yang tersebar di Cilegon dan Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang. Seluruh biaya pelayanan kesehatan akan ditanggung oleh perseroan.
Erri juga mengatakan bahwa perseroan telah mendapatkan konfirmasi dari Puslabfor Polri, bahwa gas hidrokarbon di area kejadian masih sesuai dengan nilai baku mutu, yang ditetapkan pemerintah sehingga dinyatakan aman. Puslabfor Polri juga menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir dan dapat beraktivitas kembali seperti biasa.