• Meski aturan dari pemerintah Indonesia tentang pelarangan ekspor minyak sawit ke luar negeri sudah dicabut sejak Senin 23 Mei lalu namun ekspor minyak sawit Indonesia belum sepenuhnya beroperasi.
• Terbukti tangki penyimpanan di top grower hampir meluap dimana menurut data stok minyak sawit di penyimpanan melampaui rekor yaitu hingga 7 juta ton.
• Hal ini berdampak buruk bagi harga sawit yang dibeli dari petani Indonesia sebab supply yang banyak tak diimbangi dengan permintaan yang ada.
• Bahkan menurut direktur Godrej International Ltd, perusahaan asal India yang bergerak di bidang consumer product ini, jika hingga akhir Mei ekspor Indonesia masih belum pulih sepenuhnya maka semua tangki penyimpanan akan penuh dan terburuknya industry akan terhenti. Bahkan jika pun sebelum Mei sudah berangsur pulih, aka nada potensi bahwa petani local tidak dapat memanen buah sawitnya di awal Juni yang akhirnya harus iklas membusuk.
• Over supply ini semakin diperparah dengan curah hujan yang baik sehingga produksi sawit Indonesia memasuki siklus booming
Key Takeaway
Direktur Godrej memperkirakan harga minyak sawit berjangka bisa berpotensi turun hingga ke level RM5,000 di awal Juni dan semakin turun hingga ke level RM4,000 di September 2022. Saat ini harga minyak sawit diperdagangkan di level RM6,575/ton nya. Sehingga ada potensi penurunan hingga 24% kalua mengacu ke level harga di RM5,000/ton. Potensi penurunan ini disebabkan karena supply yang banyak karena Indonesia mulai melakukan ekspor dan perang Ukraina vs Rusia yang diharapkan akan segera membaik.
Download InvestasiKu sekarang!