Daftar Isi
PT Bentoel Internasional Investama Tbk. (RMBA) lebih memilih untuk delisting alias hengkang, dari daftar saham Bursa Efek Indonesia (BEI) per 16 Januari 2024. Adapun rencana delisting RMBA ini, ternyata telah direncanakan sejak beberapa tahun yang lalu.
Setelah 34 tahun menjadi perusahaan terbuka, RMBA akhirnya mengajukan permohonan untuk delisting secara mandiri, pada 12 Oktober 2023 lalu. Setelah itu, dilanjutkan mengajukan surat permohonan penghapusan pencatatan efek pada 9 Januari 2024.
Permohonan Delisting Disetujui BEI
BEI menyetujui kedua permohonan tersebut, dan RMBA efektif delisting pada Selasa 16 Januari 2024. Dengan begitu perseroan tidak lagi memiliki kewajiban, sebagai perusahaan yang tercatat dan sahamnya juga sudah dihapus dari daftar.
Alasan RMBA Delisting
Dinar Shinta Ulie selaku Direktur Bentoel mengatakan bahwa ada banyak tantangan yang dialami perseroan, khususnya pada tahun 2022. Karena pada tahun tersebut, industri tembakau sedang goyah, disebabkan kenaikan tarif cukai dan Harga Jual Eceran (HJE), kurangnya tingkat prediktabilitas peraturan, hingga meningkatnya perdagangan rokok ilegal.
Di sini, Dinar sangat mengharapkan perhatian dari pemerintah, terkait keberlanjutan industri tembakau melalui regulasi yang berimbang, bagi seluruh pemangku kepentingan.
Meski sudah delisting dan mengalami banyak tantangan, perseroan akan tetap berperan aktif dalam perekonomian Indonesia.
RMBA Jadi Emiten Rokok Kretek Pertama yang IPO
PT Bentoel Internasional Investama Tbk, merupakan perusahaan yang resmi melantai di bursa atau melakukan penawaran umum perdana (IPO), yakni sejak tahun 5 Maret 1999. Itu artinya, RMBA sudah 34 tahun melantai di BEI.
Bahkan, RMBA menjadi emiten rokok kretek pertama, yang terdaftar sebagai perusahaan publik. Sementara sang kompetitor seperti Sampoerna (HMSP), melakukan penawaran umum kepada publik pada 15 Agustus 1990, dan Gudang Garam (GGRM) pada 27 Agustus 1990.
Saat IPO, RMBA sebar sebanyak 1,2 juta lembar saham, atau sekitar 31,57% di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Untuk nilai nominal saham RMBA adalah Rp1.000 per lembar, dengan harga penawaran Rp3.380 per lembar, dan menghasilkan nilai IPO dengan total Rp4,06 miliar.
Bentoel Group sendiri, adalah bagian dari British American Tobacco (BAT). BAT merupakan perusahaan tembakau global, yang memiliki banyak jaringan, tepatnya lebih di 180 negara.
Tidak hanya memproduksi produk tembakau, Bentoel juga melakukan beberapa kegiatan usaha kelas dunia, seperti:
- Riset dan pengembangan
- Pemrosesan daun tembakau dan cengkeh
- Manufaktur produk tembakau
- Pemasaran dan distribusinya
Bentoel Alami Masalah Keuangan Setelah IPO
Ada banyak tantangan yang dialami perusahaan rokok Bentoel terutama setelah IPO, yakni masalah keuangan yang terjadi pada tahun 1991.
Namun, saat itu Bentoel dibantu oleh Rajawali Group dengan mengambil alih saham Bentoel dan mengubah namanya, menjadi Bentoel Group.
Setelah masalah keuangan dan perutangan selesai, dengan manajemen yang baru, akhirnya Bentoel mengubah namanya menjadi PT Bentoel Prima.
Setelah perusahaan berjalan stabil, BAT resmi mengakuisisi 99% saham Bentoel dari Rajawali Corpora, pada 17 Juni 2009. Tepat pada tahun 2000, BAT resmi menjadi pemilik minoritas Bentoel.
Pada tahun 2010, Bentoel merger dengan PT BAT Indonesia Tbk (BATI), yang merupakan entitas anak BAT lainnya. Setelah bergabung dan mempercayakan Bentoel, akhirnya BATI bubar demi hukum dan aset dan liabilitas BATI juga telah beralih ke Bentoel.