Daftar Isi
Wah saham X lagi ARA berjilid-jilid nih, ikutan nggak ya?
Hajar aja, tapi hati-hati. Takut dibanting bandar dari ARA langsung ARB!
Sebentar, sebentar! ARA dan ARB saham itu apa yah? Buat para trader pemula, pasti auto bingung sih, pas dengar kedua istilah ini.
By the way, ARA dan ARB ini adalah sebuah singkatan dari Auto Rejection Atas (ARA) dan Auto Rejection Bawah (ARB). Istilah ini sering digunakan untuk menunjukkan batasan area harga saham.
Kalau pada aset crypto, kenaikan dan penurunan harga asetnya tidak diregulasi. Kalo naik, naik banget. Pas turun, turunnn banget.
Berbeda dengan pasar modal (saham) yang kenaikan dan penurunan harganya sudah diatur oleh Bursa Efek Indonesia.
Sebelum membahas secara lengkap terkait ARA saham dan ARB saham, mari kita simak dulu, maksud dari Auto Rejection itu sendiri.
Apa itu Auto Reject Atas / Bawah dalam Saham?
Auto Rejection adalah sebuah pembatasan minimum dan maksimum, baik kenaikan atau penurunan suatu harga saham, dalam periode satu hari perdagangan, di bursa.
Maka dari itu, ada istilah Auto Rejection Atas (tren kenaikan) dan Auto Rejection Bawah (tren penurunan).
Adapun, pembatasan ini ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan harapan, agar perdagangan saham di bursa, bisa berjalan dengan kondisi yang wajar sesuai mekanisme yang ditetapkan.
BEI juga telah membuat sistem yang otomatis, terkait pembatas atau Auto Rejection di dalam bursa.
Sehingga, jika ada harga saham yang menembus batas atas atau bawah (yang telah ditetapkan BEI), maka bursa akan menolak order jual atau beli yang masuk.
Apa Itu ARA dalam Saham?
ARA saham atau Auto Rejection Atas merupakan pembatasan harga saham yang ditetapkan oleh bursa, ketika harga mengalami kenaikan secara signifikan, hingga menyentuh batas tersebut.
Ketika sudah ARA, artinya investor sudah tidak bisa membeli saham tersebut kecuali harga saham tersebut mengalami penurunan.
Ciri Saham di Posisi ARA
Kamu bisa lihat pada kolom offer (jual), bahwa tidak ada lagi aktivitas antrian order.
Contoh:
- Saham XYZ melakukan penutupan harga di angka Rp3.000 pada 17 Agustus 2022
- Batasan auto rejection pada harga saham ini adalah sebesar 25%
- Kenaikan harga saham XYZ pada 18 Agustus 2022 maksimal adalah: Rp3.000 + (Rp3.000 x 25%) = Rp3.750
- Jika saham XYZ telah melampaui harga Rp3.750 maka saham XYZ akan terkena ARA
Apa Itu ARB dalam Saham?
ARB saham atau Auto rejection Bawah adalah pembatasan harga saham yang ditetapkan bursa, ketika harga saham mengalami penurunan secara signifikan.
Ciri Saham di Posisi ARB
Posisi ini bisa dilihat ketika tidak ada lagi order di antrian bid (beli).
Contoh:
- Saham A melakukan penutupan harga di angka Rp5.000 pada 17 Agustus 2022
- Batas ARA saham yang berlaku sejak pandemi adalah sebesar 7%
- Penurunan harga saham A maksimal adalah Rp5.000 – (Rp5.000 x 7%) = Rp4.650
- Nah, jika saham A telah mencapai batas bawah di harga Rp4.650, maka saham Y akan terkena ARB
- Di sini, kamu bisa melakukan tindakan jual saham, sebelum harga menyentuh batas ARB
Pembatasan Harga Saham Auto Rejection dari BEI
Sebagai acuan, informasi pembatasan auto rejection bisa kamu lihat di website resmi Bursa Efek Indonesia.
Adapun, untuk angka persentase pembatasan auto rejection baik atas maupun bawah yang berlaku saat ini, juga telah tercatat di Keputusan Direksi Nomor Kep-00023/BEI/03-2020. Berikut informasinya:
Berapa Persen ARA?
Untuk harga saham acuan mulai dari Rp50 – Rp200, batas naik (ARA) dalam sehari adalah 35%.
Untuk harga saham mulai dari Rp200 – Rp5.000, batas naik (ARA) dalam sehari adalah 25%.
Untuk harga saham di atas Rp5.000, batas naik (ARA) dalam sehari hanya 20%.
Baca juga: Trader Wajib Paham Bid & Offer
Berapa Persen ARB?
Untuk harga saham acuan mulai dari Rp50 – Rp200, batas turun (ARB) dalam sehari adalah 7%.
Untuk harga saham mulai dari Rp200 – Rp5.000, batas turun (ARB) dalam sehari adalah 7%.
Untuk harga saham di atas Rp5.000, batas turun (ARB) dalam sehari 7%.
Perlu kamu ketahui, bahwa pembatasan auto rejection di atas juga memiliki pengecualian, yakni sebagai berikut:
Pembatasan auto rejection khusus saham IPO atau baru listing, besarannya dua kali lebih besar dari persentase. Berlaku untuk pembelian saham maksimal 50.000 lot atau 5 persen, dari jumlah efek yang tercatat (lihat yang lebih kecil). Jika lebih, bisa kena auto rejection.
Untuk besaran ARB terdapat perubahan menjadi 7 persen, sejak pandemi di Indonesia.
Manfaat Auto Reject Atas dan ARB dalam Saham
Ternyata, aturan ARB saham yang digelar oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki manfaat tertentu. Salah satunya untuk mencegah harga saham bergerak turun drastis secara tiba-tiba. Sebaliknya, keuntungan dari Auto Reject Atas saham adalah memastikan agar harga tidak naik terus menerus tanpa batasan.
Berikut manfaat AR& ARB saham:
1. Keuntungan ARA dalam Saham untuk Trader dan Investor
Keuntungan ARA saham ternyata berdampak langsung bagi pelaku pasar. Khusus untuk pedagang harian, mereka akan mendapatkan capital gain pada saat saham yang mereka beli naik beberapa persen bahkan sampai batas atas. Kebanyakan mereka take profit pada kondisi ini.
Manfaat ini tentunya dapat dirasakan oleh para trader maupun investor. Karena mereka sudah memiliki kemampuan analisis teknikal dan penetapan strategi secara matang di pasar saham.
Kehadiran sistem ARA dan sistem ARB pada saham akan semakin terlihat dengan kemampuannya dalam memberikan jaminan kepada trader. Hal ini bertujuan agar bisa mendapatkan harga yang relatif normal sementara waktu.
2. Keuntungan ARA dan ARB dalam Saham Bagi Emiten Terkait
Ternyata, korporasi juga ikut merasakan hal yang sama. Dengan adanya Auto Reject Atas dan ARB, nilai saham akan terlindungi. Begitupun dengan Auto Reject Bawah (ARB) bisa mencegah nilai saham emiten jatuh terpuruk dalam waktu singkat. Emiten terkait punya waktu untuk meminimalisir kerugian secara ekstrim.
Mengapa Saham bisa ARA atau ARB?
Tentunya, hal tersebut bukanlah tanpa sebab. Saham yang berpotensi ARA bisa kita analisis dengan fundamental. Beberapa tips yang bisa kamu pelajari sebagai berikut:
1. Saham Penawaran Perdana (IPO) Terkait
Biasanya, IPO yang akan listing di bursa berpotensi besar untuk ARA. Tapi, faktor barusan bukan satu-satunya acuan mutlak berpotensi ARA. Namun, kamu harus melihat prospek laporan keuangan emiten tersebut berkinerja positif atau negatif.
2. Sentimen Negatif yang Bisa Bikin Geleng-Geleng
Pandemi adalah salah satu faktor yang menyebabkan mayoritas investor panik. Pada saat puncaknya, banyak dari mereka melepaskan saham favoritnya. Akibatnya mayoritas saham ARB berkali-kali.\
3. Saham Gorengan
Kebanyakan, saham gorengan sering mengalami Auto Reject Atas dan ARB dalam waktu yang singkat. Karena volume saham tersebut rendah, akibatnya mudah dimanipulasi oleh investor atau trader yang bermodal sangat besar.
Kesimpulan ARA ARB Saham
Jika kamu trader pemula, disarankan untuk jangan dulu menggunakan ARA ARB sebagai acuan utama. Karena, kamu harus pahami berbagai macam faktor yang mempengaruhi terjadinya ARA dan ARB.
Seperti tingkat likuiditas saham, pemberitaan terkait perusahaan saham tersebut, lalu teori bandarmology, dan masih banyak lagi.
Jika masih tetap ingin menggunakan indikator ini sebagai acuan jual dan beli saham. Pastikan juga, kamu mengetahui berbagai risikonya.
Yuk, mulai beli saham pertamamu di aplikasi saham online InvestasiKu, sambil kamu memperbanyak pengalaman, karena aplikasinya sepraktis itu dan 100% online!
Dapatkan juga cashback berupa Allo Points, untuk kamu yang baru bergabung di InvestasiKu!