Jika kamu melihat di berbagai aplikasi investasi, pada produk obligasi pasti harga yang tercantum senantiasa berbeda-beda. Sama halnya dengan saham, harga obligasi pun juga bisa naik turun tetapi tidak langsung update dalam hari yang sama, melainkan hari esoknya.
Harga obligasi bisa naik turun itu adalah hal wajar, apalagi jika situasi ekonomi di negara tengah kalang-kabut hingga terjadi inflasi. Apa saja faktor pengaruh naik turunnya harga obligasi selain inflasi? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Apa Itu Harga Obligasi?
Harga obligasi adalah nilai yang harus kamu bayarkan jika ingin memiliki atau membeli suatu obligasi.
Harga pasar obligasi akan menunjukkan bagaimana nilai present value dari suatu cash inflow yang diharapkan, kemudian dikaitkan dengan beberapa faktor kinerja obligasi. Misalnya seperti nilai nominal, tanggal jatuh tempo, kupon, dan tingkatan return yang diharapkan (YTM/yield to maturity).
FYI, yield to maturity ini menjadi tingkat return yang menghasilkan nilai present value cash inflow dari suatu obligasi. Jadi, YTM tersebut menjadi rata-rata return yang dihasilkan dari suatu obligasi sampai waktu jatuh tempo.
Penetapan harga obligasi itu ditentukan oleh mekanisme negosiasi antara investor dengan penjual, biasanya melalui perantara (dealer). Proses negosiasi juga ditentukan oleh tingkatan yield to maturity (YTM).
Semakin tinggi yield, justru harga obligasi akan semakin rendah. Apabila yield lebih tinggi dari kupon obligasi, maka harga obligasi akan berada di bawah angka 100 (100% dari nilai nominal).
Baca Juga: Mau Untung? Pilih Investasi Obligasi Pemerintah Seri FR di InvestasiKu!
5 Faktor Pengaruh Harga Obligasi Secara Internal
Harga obligasi pasti akan selalu naik turun. Faktor pengaruh harga obligasi secara internal dapat berupa tingkatan risiko, likuiditas, rating obligasi, dan jangka waktu obligasi.
1. Tingkat Risiko dari Obligasi
Setiap instrumen investasi termasuk obligasi tentu memiliki risiko dan tingkatannya. Tingkat risiko ini akan menggambarkan kemungkinan pihak penerbit obligasi tidak mampu memenuhi kewajibannya membayarkan kupon dan return sesuai perjanjian.
Risiko ini tetap akan selalu dimiliki oleh semua obligasi, sekalipun penerbitnya adalah perusahaan emiten ternama (jika itu obligasi swasta). Disinyalir, risiko dapat timbul karena memang penerbit obligasi tidak harus menyerahkan jaminan sebagaimana pada proses pengajuan kredit di perbankan.
Alhasil, tingkat risiko ini akan berpengaruh pada pada tingkatan yield yang diharapkan oleh investor. Semakin tinggi risiko obligasi, maka akan semakin tinggi pula yield yang diharapkan.
Dalam praktiknya, terdapat lembaga khusus yang mengevaluasi bagaimana kinerja obligasi secara keseluruhan. Hasil dari evaluasi tersebut tergambar dalam rating obligasi. Jadi, investor yang hendak membeli suatu obligasi cukup melihat ratingnya saja.
2. Likuiditas
Tingkat likuiditas tidak hanya pada saham saja, tetapi juga obligasi. Likuiditas obligasi akan mencerminkan apakah obligasi tersebut cukup mudah untuk diperjualbelikan kembali di pasar sekunder atau tidak.
Bagi investor jangka pendek, pasti cenderung memilih obligasi dengan likuiditas tinggi supaya nantinya tidak sulit mendapatkan calon pembeli jika hendak menjual kembali obligasi tersebut.
Bagi investor jangka panjang alias mereka yang memang akan bertahan memegang obligasi sampai waktu jatuh tempo, maka cenderung tidak memperdulikan bagaimana likuiditasnya di pasar sekunder.
3. Rating Obligasi
Rating obligasi adalah indikator ketepatan-waktu pembayaran pokok dan bunga utang dari investasi obligasi.
Rating obligasi menjadi indikator utama untuk para investor pemula dalam melihat bagaimana kualitas kredit perusahaan penerbit. Baik obligasi pemerintah maupun obligasi swasta sama-sama memiliki rating ini.
Semakin tinggi tingkatan rating pada obligasi, maka akan semakin tinggi pula peluang pihak penerbit untuk membayarkan utangnya kepada investor.
Jadi, adanya rating obligasi ini diharapkan dapat menjadi petunjuk bagi investor pemula maupun profesional untuk melihat bagaimana kualitas investasi obligasi tersebut nantinya
4. Tingkat Kupon
Apabila kupon obligasi bernilai tinggi, maka harga obligasi dapat semakin meningkat. Pun sebaliknya, jika kupon obligasi relatif rendah, maka harga obligasi cenderung turun karena daya tarik investor juga semakin sedikit.
5. Periode Jatuh Tempo (Maturity)
Periode jatuh tempo adalah rentang waktu berlakunya suatu obligasi mulai sejak diterbitkan. Tentu saja, periode jatuh tempo ini berkaitan dengan harga obligasi. Semakin kecil periode jatuh tempo, maka harganya semakin tinggi.
Hal itu karena obligasi dengan periode jatuh tempo lebih lama, justru akan semakin tinggi tingkat risikonya. Alhasil, yield juga berubah-ubah, berbeda dengan obligasi dengan umur jatuh tempo lebih pendek.
Baca Juga: Saham INPC - Profil, Kinerja Keuangan, Riwayat Dividen, dan Prospek Bisnisnya
5 Faktor Pengaruh Harga Obligasi Secara Eksternal
Perubahan harga obligasi tentu saja sangat dipengaruhi oleh bagaimana pertumbuhan ekonomi negara. Terlebih lagi inflasi yang berdampak pada instrumen investasi, tak terkecuali obligasi maupun saham.
Sekali saja terjadi inflasi di suatu negara, segala harga kebutuhan masyarakat hingga instrumen investasi turut berubah.
1. Inflasi
Inflasi adalah fenomena terjadinya kenaikan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat, yang kemudian mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat.
Jika inflasi terlampaui tinggi, justru akan berdampak pada melemahnya keinginan masyarakat untuk berinvestasi karena mereka pasti lebih mengutamakan kebutuhan hidup terlebih dahulu.
Jika investasi semakin lemah, maka permintaan obligasi pun akan mengalami penurunan dan berdampak pada harga obligasi di pasar.
Tingkat inflasi dapat dihitung berdasarkan persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) atas beberapa bahan sembako dan biasanya akan diinformasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
2. Suku Bunga
Dalam konteks ini, suku bunga mengacu pada return yang diperoleh investor jika menanamkan modalnya pada industri perbankan dalam bentuk tabungan atau deposito. Jika kamu menabung di bank, pasti akan selalu mendapatkan informasi terkait tingkat suku bunga.
Pada situasi ketika suku bunga naik, maka investor profesional pasti akan memilih investasi di sektor perbankan karena sudah jelas akan berpeluang untung besar. Nah, investor akan dihadapkan pada penawaran obligasi dengan kondisi yang mengharapkan tingkatan yield to maturity sekurang-kurangnya sama dengan tingkat suku bunga.
Obligasi dengan tingkat risiko lebih tinggi dari risiko simpanan di bank, maka yield to maturity pun akan diharapkan dapat lebih tinggi lagi. Alhasi, suku bunga pun akan turut meningkat seiring dengan yield to maturity, sehingga akan menekan harga obligasi di pasar.
FYI, tingkat inflasi dan suku bunga pasti pergerakannya akan serarah. Jadi, saat inflasi tinggi maka suku bunga akan ikut naik, dan sebaliknya.
3. Nilai Tukar Mata Uang
Pergerakan nilai tukar mata uang rupiah dengan negara lain turut berpengaruh pada harga obligasi di negara ini. Ditambah lagi jika terjadi kenaikan nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dari negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat, Inggris, Eropa, dan Jepang.
Hal tersebut karena pergerakan nilai tukar mata uang akan mencerminkan aliran uang asing ke dalam maupun ke luar suatu negara.
Peningkatan nilai tukar mata uang dari suatu negara (tidak melulu Indonesia) justru akan menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan pada permintaan mata uang tersebut dari negara lain. Hal ini merupakan imbas dari aktivitas ekonomi seperti ekspor-impor, pembayaran jasa, hingga rencana investasi dari pihak asing.
4. Pertumbuhan Ekonomi Negara
Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan nasional pada suatu negara dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi ini akan menunjukkan seberapa besar tingkat produktivitas dari para pelaku ekonomi.
Mulai dari sektor swasta, keuangan, manufaktur, dan pemerintahan dalam rentang waktu 1 tahun sehingga menghasilkan nilai pendapatan yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Jika suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan, maka akan menandakan bahwa roda perekonomian di negara itu tengah berjalan apik. Dampak positifnya tentu banyak seperti menurunnya angka pengangguran, naiknya akses lapangan kerja, meningkatnya taraf pendidikan, meningkatkan pendapatan masyarakat, hingga meningkatnya investasi swasta maupun pemerintah.
Dengan demikian, maka semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka akan meningkat pula volume transaksi obligasi.
5. Perkembangan Harga Saham
Investasi baik itu saham, reksa dana, maupun obligasi pasti sangat diharapkan oleh investor untuk memperoleh return berupa dividen maupun capital gain.
Perkembangan return saham berhubungan terbalik dengan harga obligasi. Jika terjadi kenaikan di salah satu instrumen investasi seperti return saham, maka akan memotivasi investor untuk memindahkan dananya yang semula tertanam pada obligasi menjadi saham sehingga akan menambah proporsi saham pada portofolio investasinya
Di sisi lain, perkembangan return saham turut berbanding lurus dengan harga obligasi. Jika dana yang diinvestasikan pada kedua instrumen investasi ini belum optimal, maka masih banyak instrumen lain yang berpeluang untung. Misalnya tabungan, deposito, emas dan lain-lain.
Baca Juga: Obligasi Pemerintah - Pengertian, Keuntungan, dan Risikonya
Mau Membeli Obligasi dengan Harga Oke?
Nah, itulah penjelasan tentang apa saja faktor pengaruh harga obligasi secara internal maupun eksternal. Faktor pengaruh harga obligasi secara internal dapat berupa tingkatan risiko, likuiditas, rating obligasi, dan jangka waktu obligasi. Sementara faktor pengaruh harga obligasi secara eksternal berupa inflasi, peningkatan suku bunga, nilai tukar mata uang, dan lainnya.
Berhubung sekarang ini segalanya sudah serba canggih, maka untuk membeli obligasi dengan rating apik hanya melalui aplikasi saja, salah satunya InvestasiKu.
Jangan khawatir sebab aplikasi ini telah berada di bawah pengawasan OJK sehingga aman dan terpercaya. Yuk, download InvestasiKu dan tanamkan saham demi masa depan yang lebih baik.
Sumber:
Arief, M. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Obligasi Korporasi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017.
Eriani, N., & Resmi, S. Analisis Faktor Penentu Harga Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Analysis of Determinants of Corporate Bond Prices on the Indonesia Stock Exchange.
Juhartono, I. (2010). Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Obligasi Korporasi di Indonesia (Doctoral dissertation, Tesis).