Kamu pasti sudah tidak asing dengan keberadaan sajadah.
Seolah sudah menjadi properti wajib para muslim yang hendak shalat, baik itu mushola pribadi maupun masjid di luar.
Kira-kira, bagaimana sih sejarah sajadah hingga akhirnya ditemukan?
Kenapa motif sajadah harus selalu bentuk kubah masjid? Yuk, simak serba-serbinya berikut ini!
Sejarah Sajadah
Sebagai muslim, kamu pasti memiliki sajadah lebih dari satu karena menjadi alas saat beribadah shalat. Ibadah shalat memegang peranan sentral sebagai tiang agama dan sarana komunikasi langsung dengan Allah SWT.
Perlu kamu ketahui nih, sajadah itu bukan hanya sekadar alas shalat saja, tetapi asal-usulnya bahkan tak terpisahkan dari praktik keagamaan.
Pada masa awal perkembangan Islam, shalat dilakukan secara sederhana saja. Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya melaksanakan shalat di mana pun mereka berada, baik di masjid, rumah, bahkan saat di alam terbuka.
Kala itu juga lantai masjid masih berupa tanah atau pasir. Berhubung dalam shalat itu ada gerakan bersujud, maka tentu saja harus ada alas untuk jidat supaya tetap dalam keadaan suci.
Hadist Seputar Sajadah
Ada beberapa riwayat hadits yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW memang selalu shalat dengan beralaskan anyaman tikar kecil.
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat di atas permadani.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Dari Al Mughiroh bin Syu’bah, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa salat di atas tikar dan kulit yang disamak.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Dari Abu Sa’id, ia berkata bahwa beliau pernah menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau katakan: “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat di atas tikar, beliau sujud di atasnya.” (HR. Muslim).
Nah, dari beberapa hadist tersebut menggambarkan bahwa tujuan utama Rasulullah SAW menggunakan tikar kecil selama shalat adalah untuk menjaga kebersihan tempat sujud dari najis dan kotoran.
Perkembangan Sajadah
Seiring perkembangan peradaban Islam, maka banyak orang yang membutuhkan alas shalat.
Apalagi pada zaman dulu, banyak orang yang melakukan perjalanan jauh atau tinggal di lingkungan yang kurang bersih, sehingga solusi supaya shalat tetap terjaga kesuciannya adalah dengan memanfaatkan tikar kecil tadi.
Pada awalnya, sajadah memang masih berupa potongan kain sederhana, anyaman tikar, atau bahkan kulit binatang yang telah disucikan.
Fungsi utamanya tetap sama, yaitu menciptakan area suci untuk bersujud.
Lambat laun, dengan berkembangnya seni dan budaya Islam, sajadah tidak hanya berfungsi praktis tetapi juga mulai dihiasi dengan berbagai motif dan ornamen yang memiliki makna filosofis.
Baca Juga: 7+ Keutamaan Air Zamzam, Ide Oleh-Oleh Umroh yang Berkhasiat Bagi Kesehatan
Filosofi Motif Sajadah
Saat ini, sajadah hadir dalam berbagai ukuran, bahan, warna, dan motif.
Setiap motif pada sajadah memiliki makna dan filosofi tersendiri, yang justru secara tidak langsung mencerminkan kekayaan seni dan budaya Islam di berbagai belahan dunia.
Berikut adalah beberapa motif umum pada sajadah dan filosofinya:
1. Mihrab
Motif sajadah ini yang paling umum, dengan bentuk gerbang atau ceruk masjid yang mengarah ke kiblat (Kabah di Mekah).
Mihrab melambangkan arah shalat dan mengingatkan penggunanya akan tujuan utama dalam beribadah, yaitu menghadap Allah SWT.
Tak jarang, motif ini juga seringkali dihiasi dengan lampu atau ornamen masjid lainnya.
2. Kabah
Motif Ka’bah secara langsung mengingatkan umat Islam akan kiblat shalat.
Motif ini juga sekaligus membangkitkan kerinduan untuk mengunjungi Baitullah.
3. Pola Geometris
Motif geometris yang rumit dan berulang justru menjadi ciri khas seni Islam.
Pola-pola ini melambangkan kebesaran dan keagungan Allah SWT yang tak terbatas.
4. Motif Tumbuhan dan Bunga
Motif tumbuhan seperti pohon kehidupan, bunga, dan dedaunan seringkali menghiasi sajadah.
Motif tersebut melambangkan keindahan ciptaan Allah SWT dan harapan akan kehidupan yang subur dan penuh berkah.
5. Lampu Masjid dan Peralatan Shalat
Beberapa sajadah menampilkan gambar lampu masjid, tasbih, atau kitab suci Al-Quran.
Motif ini mengingatkan penggunanya akan pentingnya ilmu, dzikir, dan cahaya hidayah dalam kehidupan seorang Muslim.
6. Kaligrafi Arab
Ayat-ayat Al-Quran atau nama-nama Allah SWT (Asmaul Husna) seringkali diukir dalam bentuk kaligrafi yang indah pada sajadah.
Motif ini tidak hanya menambah nilai estetika tetapi juga berfungsi sebagai pengingat akan kebesaran Allah SWT dan ajaran-ajaran Islam.
Baca Juga: 7+ Keutamaan Kurma Ajwa, Salah Satu Oleh-Oleh Umroh yang Wajib Dibeli
Motif Sajadah yang Dilarang oleh Ulama
Meskipun demikian, ada juga motif sajadah yang dilarang oleh ulama. Alasannya adalah motif tersebut dapat mengganggu konsentrasi selagi shalat.
Beberapa motif yang umumnya dihindari adalah:
1. Gambar Makhluk Bernyawa
Mayoritas ulama melarang penggunaan sajadah yang bergambar makhluk bernyawa seperti manusia atau hewan.
Hal itu karena mampu mengganggu konsentrasi saat shalat. Selain itu, juga berpotensi menimbulkan kemiripan dengan praktik penyembahan berhala.
2. Simbol Agama Lain
Penggunaan simbol-simbol agama lain pada sajadah tentu saja dilarang.
Alasannya karena dapat menimbulkan kerancuan dan tidak sesuai dengan akidah Islam.
3. Gambar dengan Unsur Pornografi atau Kekerasan
Motif-motif yang mengandung unsur pornografi, kekerasan, atau hal-hal yang tidak pantas tentu saja dilarang keras dalam Islam.
Terlebih lagi pada sajadah yang mana sebagai alas shalat.
4. Motif yang Terlalu Ramai dan Mengganggu
Sebenarnya, motif ini tidak secara eksplisit dilarang.
Namun, motif yang terlalu ramai, dan mencolok dikhawatirkan dapat mengganggu konsentrasi dan kekhusyukan saat shalat.
Maka dari itu, sebaiknya kamu memilih motif yang sederhana saja, tanpa terlalu menarik perhatian.
Fakta Unik tentang Sajadah
Seiring berkembangnya agama Islam terutama di zaman modern seperti ini, ada beberapa fakta unik tentang sajadah, yakni:
- Asal-usul sajadah disinyalir berasal dari penggunaan Rasulullah SAW akan khumrah, sebuah tikar kecil yang terbuat dari anyaman daun kurma sebagai alat shalat dan mudah dibawa kemana-mana.
- Jika tidak punya khumrah, pada zaman itu sering shalat langsung di atas tanah atau pasir yang bersih.
- Di berbagai negara Muslim, sajadah tidak hanya berfungsi sebagai alat ibadah tetapi juga menjadi bagian dari tradisi dan identitas budaya.
- Berbeda wilayah, justru punya sesain, warna, dan bahan sajadah yang berbeda.
- Sajadah selalu menjadi opsi utama untuk oleh-oleh terutama saat pulang dari umroh.
- Sajadah secara langsung menjadi cerminan bahwa Islam juga kaya akan nilai seni dan budaya.
Baca Juga: 17+ Oleh-Oleh Umroh, Kurma dan Air Zamzam Tentu Harus Ada!
Sudah Siap Untuk Beribadah Umroh?
Sajadah dengan harga ratusan tentu saja tidak berbeda dengan harga belasan ribu saja. Mengingat fungsinya sama-sama sebagai alas shalat. Namun jika ingin lebih bernilai, kamu bisa menjadikan sajadah sebagai pilihan oleh-oleh sepulang umroh.
Jika demikian, sajadah tidak hanya sebagai alat shalat juga tetapi juga sesuatu untuk menambah keakraban sekaligus menjaga tali silaturahmi dengan sanak saudara maupun rekan.
Jadi, yuk ikuti program Umroh Vest untuk wujudkan mimpi ke tanah suci dan belajar berinvestasi demi finansial yang lebih baik. Jangan lupa beli oleh-oleh sajadah untuk sanak saudaramu!