Perkembangan jumlah investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menunjukkan peningkatan yang signifikan pada tahun 2024. Hingga Maret 2024, jumlah investor pasar modal sudah mencapai 12,59 juta, meningkat dari 12,47 juta pada Februari 2024 (Bisnis.com).
Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh pertumbuhan investor di Reksadana yang mencapai 11,88 juta pada Maret 2024, yang artinya hampir 94%-an investor pasar modal di Bursa Efek Indonesia memilih Reksadana sebagai produk investasinya.
Jika dilihat trend jumlah investor dalam 5 tahun kebelakang, maka investor pasar modal menunjukkan trend positif yang berarti semakin besar minat dari masyarakat Indonesia dalam berinvestasi di pasar modal.
Hampir mayoritas yang berinvestasi adalah investor pemula sehingga perlu mengetahui tips investasi untuk investor pemula berikut ini.
Tips Investasi untuk Investor Pemula
-
Memahami Dasar-dasar Investasi (Mindset)
Dasar investasi yang diperlukan adalah untuk menjawab pertanyaan “Mengapa harus berinvestasi?”. Setiap tahun kita pasti ada inflasi (kenaikan harga barang) yang juga berarti penurunan nilai beli mata uang kita.
Contoh, dulu tahun 2015 pergi ke pasar dengan uang 100 ribu sudah dapat banyak hal, namun sekarang jika dengan uang yang sama yaitu 100 ribu pergi ke pasar, maka hanya akan mendapat beberapa barang saja.
Disamping faktor inflasi, salah satu alasan mengapa harus investasi juga terkait pertumbuhan kekayaan karena dengan investasi dapat membantu meningkatkan nilai uang kita dimasa depan.
-
Mempunyai Tujuan dalam Berinvestasi
Sebelum mulai investasi, paling dasar adalah menentukan tujuan keuangan (goal investasinya). Misalnya ingin membeli rumah dalam tiga tahun kedepan, ingin nikah dalam 4 tahun kedepan dan pergi liburan untuk tahun depan, atau tujuan investasinya ingin mempersiapkan dana pensiun. Tujuan yang jelas akan membantu kamu menentukan strategi investasi yang sesuai.
Baca juga: Investasi Saham untuk Pemula Beserta 11 Tips Bermanfaat
-
Kenali Profil Risiko
Setiap investor memiliki toleransi risiko yang berbeda-beda. Banyak faktor yang mempengaruhi kenapa toleransi berbeda, misalnya faktor umur, tanggungan, besarnya penghasilan dan kebutuhan hidup, harapan akan potensi keuntungan dan potensi risiko yang sanggup diterima, serta tingkat edukasi atas produk investasi tersebut.
Ada 3 jenis profil risiko yang umum yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Pertanyaan yang paling sederhana untuk mengetahui profil risiko adalah jika nilai investasinya turun, contoh -5% atau -10% sanggup menerima. Jika tidak sanggup menerima potensi penurunan maka termasuk jenis investor yang konservatif, sehingga disarankan untuk memilih produk investasi yang tingkat risikonya rendah misalnya deposito atau reksadana pasar uang.
Jika jenis profil risiko moderat maka bisa memilih produk yang berbasis obligasi, baik obligasi negara, obligasi perusahaan atau produk reksadana berpendapatan tetap (fix income). Namun jika termasuk profil risiko yang agresif maka bisa memilih produk investasi berbasis saham, baik saham langsung (contoh saham BBCA, BBRI, TLKM) atau reksadana saham dan reksadana campuran.
-
Memilih Intrumen Investasi yang Tepat Sesuai Profil Risiko
Berikut beberapa produk investasi yang populer di Indonesia saat ini :
- Deposito : Produk simpanan dari Bank yang memberikan imbal hasil (return) yang telah disepakati sebelumnya. Deposito menawarkan kepastian tingkat suku bunga selama jangka waktu tertentu. Misalnya saat ini tahun 2024, rata-rata tingkat suku bunga deposito adalah 3,75-4,5% pertahun.
- Emas : Sejak zaman dahulu investasi emas fisik, misalnya emas dari logam mulia sudah menjadi produk investasi yang digunakan untuk lindung nilai (safe heaven) dari nilai inflasi.
- Obligasi : Surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia atau perusahaan yang memberikan potensi kupon yang menarik. Biasanya lebih tinggi dari suku bunga deposito Bank Indonesia. Contoh, jika Bank Indonesia suku bunga acuannya adalah 6% maka kupon obligasi negara (ORI, SR, SBR, dan ST) bisa mencapai 6,4-6,5%
- Reksadana : Produk investasi yang dikelola oleh Manajer Investasi yang berlisensi OJK, dengan menginvestasikan uang kita kedalam portofolio efek (saham, obligasi, dan deposito). Cocok untuk pemula, karena dikelola oleh profesional dan pilihan produknya beragam, mulai dari risiko rendah misalnya produk reksadana pasar uang, hingga risiko yang lebih tinggi yaitu reksadana saham.
- Saham : Saham merupakan bukti kita memiliki suatu perusahaan yang ada dalam daftar BEI. Dengan membeli saham suatu perusahaan, contoh membeli saham BBCA harga 1 lembar 9.200, maka kita perlu 1 lot alias 100 lembar dengan modal 1 lot adalah 920.000. Manfaat membeli saham adalah potensi kenaikan harga (capital gain) serta dividen yang dibagikan tiap tahun rata-rata.
-
Mulai dengan Jumlah yang Kecil
Salah satu kesalahan umum yang dilakukan pemula adalah berpikir bahwa investasi membutuhkan modal yang besar. Kenyataannya, banyak platform yang memungkinkan kita berinvestasi dengan modal yang kecil. Misalnya di aplikasi InvestasiKu, mulai berinvestasi hanya dengan Rp100.000 sudah bisa menjadi investor di reksadana.
-
Monitoring dan Review
Secara berkala, misalnya tiap enam bulan sekali atau setahun sekali kita pantau kinerja investasi kita dan apakah sesuai dengan rencana investasinya? Jika tidak, maka perlu di evaluasi misalnya ditambah investasinya (top up) atau justru di swiching ke produk lain.
Dengan memahami dasar-dasar investasi, mengenali profil risiko, dan memilih instrumen yang tepat, kamu bisa memulai perjalanan investasi dengan langkah yang lebih percaya diri.
Untuk memudahkan proses ini, kamu bisa memanfaatkan aplikasi InvestasiKu yang menawarkan berbagai pilihan investasi seperti saham dan reksadana, tentunya dengan modal yang terjangkau.
Mulailah berinvestasi sekarang juga dan raih potensi keuntungan di masa depan. Unduh aplikasi InvestasiKu dan jadilah bagian dari jutaan investor sukses lainnya!
Ditulis oleh : Gembong Suwito (CEO Jooara Rencana Keuangan)